Beggolo, putra Raja Nokilaki di lembah antara Gunung Gawalise dan Gunung Kulawi mengembara ke selatan. Pangeran tanpan ini menolak dinikahkan dengan sepupunya Gammara Ambalolo putri cantik dari Raja Uekuli di tepian Danau Poso.
//
Raja Nokilaki murka dan malu lantaran lamaran sudah dilayangkan. Sakit hati Raja Uekuli bisa berujung pada perang saudara antara Kerajaan Nokilaki dan Uekuli. Walaupun Raja Nokilaki tidak takut pada bala tentara Uekoli namun ia malu kepada pamannya Raja Parigi yang bertahta di tepian Danau Lindu.
"Benggolo engkau telah mempermalukan ayahmu, menolak dinikahkan dengan Gammara Ambalolo, sepupumu anak Raja Uekuli. Itu artinya, kamu telah menampar muka kerabatku di tepian Danau Poso sana. Camkan itu, Beggolo."
Usai beri ultimatun pada putra Mahkota Nokilaki ini, raja menggebrak sandaran tangan kursi kebesarannya. Seketika itu dudukan kebesaran Raja Nokilaki berguncang hebat, kursi kayu jati yang didatangkan dari Kerajaan Raha di tengara itu terbela oleh tenaga dalam raja. Namun Beggolo hanya menekur menatap lantai dimana ia duduk bersilah.
"Maafkan ananda. Hamba siap menerima hukuman. Cabutlah gelar putra mahkota di pundakku. Asalkan raja jangan cabut cinta kami... "
"Apa katamu Beggolo."
Raja Nokilaki yang sudah berdiri lansung menyergap perkataan Beggolo yang belum selesai. Raja betul-betul marah, matanya kemerah-merahan. Tangannya dikepal, namun tak sampai hati menurunkan tangan pada putranya itu. Sebab bencana bakal terjadi, Beggolo bisa cacat seumur hidup kalau nyawanya masih sempat.
//
Perahu Beggolo karam di tepian selat Makassar, kapal sang pangeran bersama pengikut didatangi nelayan setempat. Mereka tawarkan pada Pengeran dari Kerajaan Nokilaki ini untuk merapat saja karena pantai sudah dekat.
Mengetahui kalau Benggolo adalah pangeran dari Nikolaki, kepala pedukuhan, La Tuppu bersama putranya La Ijo menjemput pangeran tampan ini. La Tuppu tahu, walaupun dirinya hanyalah kepala kampung namun aliran darah Kaili diantara mereka adalah sama.