Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kecupan Noni di Pos Tiga Gunung Bawakaraeng

21 Desember 2017   20:48 Diperbarui: 21 Desember 2017   21:03 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecupan Noni di Pos Tiga Gunung Bawakaraeng

Seorang wanita berpakaian putih-putih menenangkan Noval yang gelisah menahan sakit. Ia belum sepenuhnya paham, tiba-tiba seluruh tubuhnya terasa nyeri dan kepalanya masih pusing.

"Anda baru saja terjatuh dari motor."

Perawat itu kembali tenangkan kasadaran Noval kemudian memperbaiki slang infus yang melekat di  pungung telapak tangan Noval. Noval mulai mengingat, bukankah ia baru saja pulang dari rumah Noni di jalan Gunung Bawakareng, Kota Makassar.

//

Pria separuh baya itu tidak bisa menolak ketika teman-teman sehobbynya, mendaki gunung, menyebutnya Bujang Lapuk  Kepala Batu, alias Bulangkepat. Karena ia memang mempertahankan kesendiriannya, semenjak mengalami trauma berat pada Pos 3 menuju puncak Gunung Bawakaraeng.  Di tengah kabut dan angin kencang, kekasihnya Noni, menghilang.

Noni  baru diketemukan sehari kemudian  oleh warga pencari kayu. Kondisinya cukup mengenaskan, ia tersangkut di sebuah pohon besar. Pada situasi  ini Noval  tidak dapat kendalikan diri, hatinya hancur berkeping-keping ditinggal sang kekasih.

Untuk mengobati sakitnya, Noval memilih untuk tinggal di Jalan Gunung Bawakaraeng. Sepulang kerja sebagai redaktur  pada salah salah atu harian di kotanya. Ia banyak menelusuri  jalan protokol itu mencari wanita-wanita single yang bernama Noni. Tidak terkecuali mengaduk-gaduk nama warga yang ada di kelurahan setempat.

Ratusan Noni telah diketemukannya, namun semuanya telah bersuami. Itulah yang membuatnya menjadi pria Bulangkepat. Hingga akhirnya bertemua  janda beranak satu di sebuah warung kopi. Ternyata, janda ini adalah pemilik warung.

Dua, tiga bulan Noval, sepulang kerja, ia habiskan waktunya di warung kopi janda beranak satu itu. Namun ia tidak pernah berkenalan secara lansung. Yang membuat  Noval menghabiskan waktu luangnya di warung itu adalah senyum pemiliknya. Kayak senyum pendaki gunung,  tajam dan membus kabut.

"Dimanaki tinggal."

" Di jalan Gunung Bawakaraeng."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun