La Kalando Palapana, pangeran tampan dari kerajaan Tindalu. Sebuah kerajaan yang berada di kaki Gunung Bambapuang, Enrekang. Kalando adalah cucu dari Raja Tindalu tua, ayahnya adalah seorang lelaki tampan yang disebut Mellaorilangi atau To Manurung yang muncul dari sebelah selatan Bambapuang. Sedangkan ibunya, putri cantik Kerajaan Tindalu.
"Kalando, engkau telah dewasa, sementara aku semakin tua. Persiapkanlah dirimu untuk menjadi Raja Tindalu."
"Iyye puang.",
"Tetapi sebelum menjadi raja, carilah dulu pendamping hidupmu. Sebab pemimpin tanpa wanita di sampingnya tentu tidak lengkap Kalando. Karena wanita itu adalah tempat kita bersandar, mengasoh, membenamkan kepala dalam pangkuannya di malam hari. Sampaikan keluh kesah pekerjaan yang pelik dan rumit."
La Kalando menekur ke lantai dan menyimak baik-baik apa yang disampaikan oleh ayahandanya. Sebagai anak yang ia akan menuruti titah ayahnya tersebut. Ia menyadari kalau selama ini, ia hanya berjalan ke sana kemari dari kampung ke kampung dan tidak juga menentukan pilihannya pada seorang gadis. Berpacar-pacaran adalah kebiasaan pria muda di kala itu.
Gaya hidup rakyat Tindalu memang sunggung berlebihan . Kerajaan Tindalun amat kaya dengan sumber daya alamnya. Dalam setiap musim panen, rakyat bersuka ria karena hasil pertanian yang melimpah ruah. Karena kondisi ini mereka lantas lupa diri. Suasana hura-hura nyaris tak terlewatkan setiap saat. Tabiat penduduk berubah. Mereka tidak lagi menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat leluhur. Seks bebas merajalela warnai kehidupan mereka.
"La Kalando, saya dengar Raja Suppa memiliki putri cantik dan jelita. Berangkatlah ke sana lamar putri itu untuk istrimu. Bawalah semua yang kau butuhkan."
Usai menikah dengan putri Raja Suppa, La Kalando Palapana diangkat menjadi raja Tindalu. Ia memerintah didampingi istrinya yang berdarah Bugis Sawitto. Kerajaannya semakin maju dan berkembang namun ia melupakan sekeping hati yang luka akibat mengikuti perintah ayahnya menikah dengan putri Raja Suppa.
//
We Tandi Mataranna duduk terkulai lemas, sudah sepekan putri cantik dari Kerajaan Massenrengpula ini bermuram durja. Ia hanya mengurung diri dalam bilik. Hanya dua tiga suap dan dua tiga teguk kalau ia makan dan minum. Kedua orang tuanya, sangat khawatir kalau terjadi apa-apa dengan putrinya itu.
"Apakah yang telah terjadi anakku."