"Polopadang, apa yang disampaikan To Rije'ne."
"To Rije'ne bersedia tinggal di Buntu Bulo, tuangku. Namun ia mensyaratkan tuaku harus datang dulu ke tempatnya yang bernama Kapusaang. Ia ingin berkenalan dangan tuangku lebih jauh lagi."
Mendengar jawaban Polopadang, Pongka Padang bersedia datang ke Kapusaaang. Ia sangat gembira dan senang mendengar apa keinginan To Rije'ne. Saat itu juga Pongka Padang berkemas persiapkan segala sesuatunya.
Sampai di Kapusaang, Pongka Padang dan pengawalnya Polopadang disambut To Rije'ne. Saat  jari-jari tangan To Rije'ne menyentuh jari lelaki perkasa yang telah menaklukan gunung, lembah dan sungai itu. Pongka Padang tak dapat menahan haru dan gembira, saat  itu juga ia terkulai pingsan. Lalu Pue Magondang dan Polopadang mengangkatnya masuk dalam rumah, lansung ke bilik To Rije'ne.
Ketika kedua pegawal itu keluar, To Rije'ne membasu jari-jarinya dengan air dalam mangkuk  lalu di sampukan ke wajah Pongka Padang. Seketika itu juga mata Pongka Padang terbuka pelan, To Rije'ne kemudian mengangkat  kepala lelaki  itu dalam pangkuanya, kemudian membuka destarnya dan mengusap pelan rambut  Pongka Padang yang panjang. Dalam bathin, wanita cantik ini berguman.
"Inilah lelaki yang datang dalam mimpiku."
Saat To Rije'ne sampaikan syukurnya kepada Dewata penguasa alam. Pongka Padang benar-benar telah siuman. Ia pun terduduk di depan To Rije'ne sambil mengusap mata dan bersyukur pula pada Dewata, wanita dalam mimpinya itu telah nyata di hadapannya.
"Siapakah nama tua."
"Pongka Padang."
"Saya To Rije'ne. Datang dari laut memakai perahu pada waktu air pasang. Perahu saya  karam di atas gunung ini. Saat air kembali surut,  tidak bisa lagi ditarik ke laut,  dan tinggal di gunung ini. Diberi nama To Rije'ne, artinya orang yang datang dari laut."
Pongka Padang mengangguk. Namun ada rasa sesak yang membucah dalam dadanya. Ia ingin mungutarakan perasaannya, namun tak sanggup. Senyum manis To Rije'ne membuat lidahnya keluh.