Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Danau Lindu Simbol Asmara Sawerigading yang Tertinggal di Tana Kaili

13 November 2017   23:25 Diperbarui: 14 November 2017   03:27 7160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga di sebuah tempat di Kabupaten Sigi, La Bolong berhasil membunuh lawannya dan tempat dibenamkannya belut raksasa itu menjadi danau besar yang kemudian hari disebut Danau Lindu.
Penyebutan nama danau tersebut diambil dari peristiwa matinya belut raksasa, dimana dalam Bahasa Kulawi, Lindu berarti belut, sejenis sogili yang merupakan salah satu jenis ikan endemik danau-danau dataran tinggi di Sulawesi Tengah.

Karena peristiwa dasyat perkelahian La Bolong dan Lindu raksasa, Sawerngading mengurungkan niat menemui Ratu Kaili. Untuk mengenang kehadirannya di Tana Kaili, serta gemuruh dalam dadanya yang tak kesampain. Iapun membiarkan perahunya terdampar begitu saja di dataran Kaili yang mengesankannya tersebut.

Menurut mitologi Kaili, perahu Sawerigading itu terdampar di Sambo (sekarang Kecamatan Dolo). Hingga di desa ini ada gunung yang kalau dipandang dari jauh menyerupai perahu, masyarakat setempat menyebutnya Bulu Sakaya (gunung perahu). Kemudian layar perahu Sawerigading diterbangkan angin ke sebelah timur lembah yang kini disebut Bulu Masomba yang berarti gunung yang menyerupai layar.

Entah bagaimana caranya pulang ke Tompotikka, di Tana Luwu. Pastinya Sawerigading menyimpan rasa yang mendalam atas persinggahannya di Tana Kaili. Entah asmara yang tak kesampain. Namun dikemudian hari anak cucu Sawerigading telah datang mempersunting gadis-gadis Kaili. Mungkin menjawab teka-teki dalam dada moyangnya tersebut. Dan kini Kaili telah menjadi bagian tak terpisahkan dari suku-suku yang menjadi cucu cicit Sawerigading, Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, dan Enrekang.

-Bacaan pemerkaya: wikipedia.org, ilhamqmoehiddin.wordpress.com

-Pernah dipublish di blog penulis: lenterasulawesi blogspot.com tahun 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun