Aku lahir di sebuah perkampungan yang pendapatan masyarakatnya adalah kebanyakan menjadi pedagang, peternak dan pencari ikan. Kabupaten tempatku lahir wilayahnya adalah sebagian besar rawa dan sungai. Aku di lahirkan di keluarga yang sederhana, dengan orang tua sebagai pedagang.
Jenjang sekolahku langsung mulai dari SD, tidak ikut TK seperti sebagian kawanku. Hobi ku ialah bermain Playstation dan Sepakbola. Setiap hari sepulang sekolah aku selalu bermain Playstation, lalu sorenya bermain sepakbola hingga adzan maghrib menjelang. Sesekali juga sorenya jika tidak bermain sepakola di ganti dengan berenang di sungai bersama teman-teman.
Di sekolah, aku di anggap siswa yang pintar karena setiap pembagian raport rankingku selalu jadi yang teratas, selalu ranking 1, namun pernah sekali kebablasan dan turun menjadi ranking 2. Aku ingat jelas, di kelas 2 aku kehilangan ranking 1 itu. Karena di anggap pintar dan formal, aku jadi jarang bermain seperti kebanyakan anak lain, hanya bisa bermain bola dan Playstation.
Masa kecilku di SD juga penuh dengan bullyan. Aku dianggap lemah, maka sesekali yang lebih tua meminta uang dengan mengancam akan memukul dan sebagainya. Ya jelas saja ku berikan uangku karena saat itu takut. Lantas aku berpikir mengapa tak memberi uang kepada jagoan saja dengan syarat ia bisa melindungiku, tanpa pikir panjang ku datangi salah satu jagoan di SD ku saat itu dan bernegosiasi, hasilnya dia setuju. Beberapa tahun aku merasa seperti menjadi bos dengan lindungan dari jagoan SD walaupun harus membayar dengan uang jajan untuk hal itu.
“Lingkungan dapat merubahmu, kau mungkin ingin keluar dari zona nyaman dan menjadi sesuatu yang menurutmu keren dan di banggakan”
Kita lanjutkan nanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H