Mohon tunggu...
K1_ Adinda Hasna Mufidah
K1_ Adinda Hasna Mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

semangat bisa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menjaga Kelestarian Meranti: Dampak Perubahan Iklim terhadap Persebaran, Adaptasi, dan Kelangsungan Hidup Tanaman Endemik Sumatera

10 November 2024   16:14 Diperbarui: 10 November 2024   16:24 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Jurnal Asia


Tanaman Meranti adalah kelompok pohon dari genus Shorea dengan berjenis pohon besar yang mendominasi atau sering ditemukan di hutan hujan tropis Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera. Pohon ini dikenal sebagai salah satu tanaman endemik yang menjadi bagian penting dari ekosistem hutan hujan tropis. Tanaman meranti sering sekali ditemukan di daerah dataran rendah hingga di pegunungan dengan ketinggian tertentu. Selain memiliki nilai ekologi yang sangat besar, tanaman meranti juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena kayunya yang keras dan kuat sering dimanfaatkan dalam industri perkayuan.

Pohon meranti memiliki ukuran yang sangat tinggi, bahkan beberapa spesiesnya dapat mencapai ketinggian hingga 50 meter. Itulah yang menyebabkan meranti menjadi salah satu pohon dominan di hutan tropis. Dengan bentuk batang yang tegak dan lurus dengan daun yang besar dan berwarna hijau gelap, tanaman ini memiliki proses pertumbuhan yang membutuhkan banyak Cahaya matahari. Namun pada fase pertumbuhan muda, tanaman ini lebih suka tumbuh di bawah naungan pohon-pohon lain yang lebih besar.

Meranti tumbuh subur di tanah yang kaya akan bahan organik, biasanya di daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Tanaman ini sangat bergantung pada iklim tropis yang lembap dengan suhu yang cukup stabil, antara 25C hingga 30C. Karena itulah, meranti sangat cocok dengan iklim di Sumatera yang dikenal dengan musim hujan yang panjang dan kelembapan yang tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di tanah aluvial, yang memiliki banyak kandungan air, sehingga tidak heran jika pohon meranti sering ditemukan di dekat sungai atau daerah dengan drainase yang baik.

Salah satu daya tarik meranti adalah kayunya yang sangat keras dan tahan lama. Kayu meranti digunakan untuk berbagai keperluan, seperti bahan bangunan, furnitur, dan bahkan dalam pembuatan kapal. Kayu meranti memiliki tekstur yang halus dan warna yang cenderung kekuningan hingga cokelat, yang membuatnya diminati dalam industri perkayuan. Namun, sayangnya, permintaan yang tinggi akan kayu meranti menyebabkan penebangan liar yang berdampak pada keberlanjutan tanaman ini.

Selain itu, meranti juga memiliki nilai ekologis yang sangat tinggi. Hutan meranti menjadi rumah bagi berbagai jenis flora dan fauna tropis. Pohon meranti menyediakan tempat berlindung dan sumber makanan bagi banyak spesies burung, serangga, dan mamalia kecil yang hidup di dalam hutan. Kehilangan pohon meranti dari ekosistem hutan dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan alam yang ada.

Namun, keberadaan meranti juga menghadapi ancaman besar dari deforestasi dan perubahan iklim. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan penebangan hutan untuk kegiatan komersial lainnya menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup tanaman ini. Selain itu, perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu dan ketidakpastian curah hujan juga bisa mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran meranti.

Untuk itu, penting bagi kita untuk menjaga keberlanjutan tanaman meranti dengan cara melestarikan hutan tropis dan menerapkan sistem pengelolaan hutan yang ramah lingkungan. Jika kita tidak berhati-hati, kita mungkin akan kehilangan salah satu tanaman endemik yang memiliki banyak manfaat ekologis dan ekonomis ini.

--- Karakteristik Iklim Unik di Sumatera---

Sumatera, pulau besar di Indonesia, memiliki iklim yang sangat khas dan beragam, menjadikannya salah satu tempat paling menarik di wilayah tropis. Sebagai pulau yang terletak di dekat garis khatulistiwa, Sumatera menikmati iklim tropis sepanjang tahun. Tapi, bukan hanya panas dan lembap yang menjadi ciri khas iklimnya---Sumatera juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor alam seperti pegunungan, laut di sekitarnya, dan hutan lebat yang luas.

Sumatera mengalami dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau, tapi musim ini bisa berbeda intensitasnya tergantung daerahnya. Biasanya, musim hujan terjadi sekitar bulan Oktober hingga Maret. Selama musim hujan ini, curah hujan bisa sangat tinggi, terutama di wilayah barat yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Curah hujan rata-rata di Sumatera berkisar antara 2000 hingga 4000 mm per tahun, dengan intensitas lebih tinggi di wilayah pegunungan seperti Bukit Barisan. Hujan lebat ini sering disertai oleh badai petir yang cukup sering terjadi di sore hari, memberi kesan dramatis pada pemandangan alam Sumatera.

Di sisi lain, musim kemarau di Sumatera umumnya berlangsung dari bulan April hingga September. Namun, karena pengaruh dari laut dan pegunungan, musim kemarau di Sumatera tidaklah benar-benar kering. Beberapa wilayah tetap mendapatkan curah hujan meskipun dalam intensitas yang lebih rendah. Misalnya, daerah Sumatera bagian selatan, terutama di sekitar Lampung, masih sering mengalami hujan ringan meskipun sedang musim kemarau. Hal ini juga disebabkan oleh angin laut yang membawa uap air, sehingga udara tetap lembap.

Sumatera juga memiliki fenomena iklim mikro, terutama di kawasan pegunungan dan hutan-hutan yang padat. Di daerah dataran tinggi seperti Tanah Karo di Sumatera Utara atau Kerinci di Sumatera Barat, suhu bisa jauh lebih sejuk dibandingkan dataran rendah. Pada malam hari, suhu di daerah pegunungan bisa turun hingga sekitar 15 derajat Celsius, sementara siang hari tetap hangat namun tidak terlalu panas. Fenomena ini membuat Sumatera kaya akan biodiversitas, karena berbagai jenis flora dan fauna tropis dapat hidup di berbagai ketinggian dan kondisi iklim yang berbeda-beda.

Karakteristik iklim Sumatera juga sangat dipengaruhi oleh kondisi hutan yang lebat. Hutan-hutan tropis di Sumatera berperan penting dalam menjaga kelembapan udara serta suhu yang relatif stabil. Sayangnya, deforestasi yang cukup tinggi di beberapa wilayah Sumatera telah mempengaruhi pola iklim lokal. Misalnya, beberapa daerah yang dulunya sejuk kini menjadi lebih panas dan lebih kering, terutama di sekitar area perkebunan besar. Perubahan iklim global juga membuat pola hujan semakin tidak menentu, sehingga terkadang musim hujan datang terlambat atau musim kemarau menjadi lebih panjang.

---Unsur Iklim Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Meranti di Sumatera---

Meranti (Shorea spp.) adalah pohon endemik yang dominan ditemukan di hutan hujan tropis Sumatera. Pertumbuhan dan perkembangan meranti sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim seperti suhu, curah hujan, kelembapan, dan cahaya matahari. Berikut kita akan memahami bagaimana faktor-faktor ini memengaruhi meranti penting untuk konservasi dan pengelolaan hutan di Sumatera.

  • Suhu

Suhu menjadi salah satu faktor yang memengaruhi laju fotosintesis dan metabolisme tanaman. Meranti tumbuh optimal pada suhu antara 25C hingga 30C. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan stres termal, sedangkan suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan. Penelitian oleh Slik et al. (2010) menunjukkan bahwa suhu memengaruhi distribusi spesies meranti di Sumatera, dengan spesies tertentu lebih dominan di daerah dengan suhu tertentu.

  • Curah Hujan

Curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun mendukung pertumbuhan meranti. Wilayah Sumatera merupakan daerah yang  memiliki curah hujan rata-rata 2.000 hingga 4.000 mm per tahun, sehingga menjadi lokasi yang ideal untuk meranti. Namun, fluktuasi curah hujan dapat memengaruhi regenerasi alami meranti. Studi oleh Slik et al. (2010) menunjukkan bahwa variasi curah hujan memengaruhi kepadatan dan distribusi spesies meranti di Sumatera.

  • Kelembapan

Kelembapan udara yang tinggi di Sumatera, sekitar 80-90% menjadi salah satu pendukung proses fisiologis meranti. Kelembapan yang stabil membantu mengurangi stres air dan meningkatkan efisiensi fotosintesis. Penelitian oleh Kosugi et al. (2012) menunjukkan bahwa kelembapan memengaruhi laju transpirasi dan fotosintesis meranti, yang pada gilirannya memengaruhi pertumbuhannya.

  • Cahaya Matahari

Meranti adalah pohon kanopi yang membutuhkan cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis. Namun, cahaya matahari yang berlebihan dapat menyebabkan stres termal dan dehidrasi. Penelitian oleh Pamoengkas et al. (2013) menunjukkan bahwa intensitas cahaya memengaruhi pertumbuhan meranti, dengan cahaya yang terlalu intens dapat menghambat pertumbuhannya.

  • Interaksi Faktor Iklim

Interaksi antara suhu, curah hujan, kelembapan, dan cahaya matahari kompleks dan saling memengaruhi. Perubahan satu faktor dapat memengaruhi faktor lainnya, yang pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan meranti. Studi oleh Slik et al. (2010) menunjukkan bahwa kombinasi faktor-faktor ini menentukan distribusi dan kepadatan spesies meranti di Sumatera.

---Persebaran Meranti di Sumatera---

Meranti tersebar luas di hutan hujan tropis di dataran rendah Sumatera dan beberapa di daerah pegunungan dengan ketinggian tertenntu, terutama di wilayah dengan curah hujan tinggi dan suhu stabil. Namun, perubahan iklim telah mengakibatkan pergeseran pola curah hujan dan suhu, yang memengaruhi distribusi geografis meranti (Noor, 2023). Penelitian oleh Slik et al. (2010) menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan pergeseran habitat meranti ke daerah dengan kondisi iklim yang lebih sesuai. Hal ini mengakibatkan beberapa spesies meranti menghadapi risiko penurunan populasi akibat hilangnya habitat yang cocok.

---Adaptasi Meranti terhadap Perubahan Iklim---

Meranti memiliki kemampuan adaptasi terhadap variasi iklim melalui mekanisme morfologis dan fisiologis. Misalnya, beberapa spesies meranti menunjukkan toleransi terhadap kondisi kering dengan mengembangkan sistem perakaran yang lebih dalam untuk mencari sumber air. Penelitian oleh Kosugi et al. (2012) menemukan bahwa meranti dapat menyesuaikan laju transpirasi dan fotosintesisnya sesuai dengan ketersediaan air, memungkinkan mereka bertahan dalam kondisi kekeringan sementara.

---Kelangsungan Hidup Meranti di Tengah Perubahan Iklim---

Perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan berdampak negatif pada pertumbuhan dan regenerasi meranti. Studi oleh Phillips et al. (2009) menunjukkan bahwa peningkatan suhu dapat mengurangi laju pertumbuhan pohon tropis, termasuk meranti, dan meningkatkan risiko kematian pohon akibat stres panas. Selain itu, perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan, yang dapat merusak habitat meranti dan menghambat regenerasi alami.

---Upaya Konservasi dan Adaptasi---

Untuk memastikan kelangsungan hidup meranti di Sumatera, diperlukan upaya konservasi yang mempertimbangkan dampak perubahan iklim. Pendekatan adaptif, seperti restorasi habitat, penanaman kembali spesies meranti yang tahan terhadap kondisi iklim ekstrem, dan pengelolaan hutan berkelanjutan, menjadi kunci dalam menjaga populasi meranti. Penelitian oleh Locatelli et al. (2015) menekankan pentingnya integrasi adaptasi perubahan iklim dalam strategi konservasi hutan tropis untuk meningkatkan ketahanan ekosistem dan spesies di dalamnya.

Tanaman endemik meranti (Shorea spp.) di Sumatera memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem hutan tropis, namun seperti banyak spesies lainnya, mereka juga menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim yang semakin nyata. Dalam konteks ini, ada dua hal utama yang perlu dibahas: adaptasi meranti terhadap perubahan iklim dan potensi dampak yang mungkin terjadi terhadap kelangsungan hidupnya. Mari kita lihat lebih dalam bagaimana meranti beradaptasi, serta potensi dampak perubahan iklim bagi lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Upaya konservasi untuk melestarikan tanaman endemik meranti di Sumatera sangat penting, mengingat tanaman ini memiliki peran vital dalam ekosistem hutan tropis. Untuk itu, berbagai langkah perlu dilakukan agar meranti dapat bertahan dan berkembang meski menghadapi ancaman dari perubahan iklim dan deforestasi.

Salah satu langkah utama yang bisa diambil adalah restorasi habitat. Hutan yang rusak akibat pembukaan lahan atau penebangan liar perlu dipulihkan untuk memberikan ruang bagi meranti dan spesies lainnya agar bisa tumbuh kembali. Restorasi ini bisa melibatkan penanaman pohon meranti di kawasan hutan yang telah terdegradasi, terutama di wilayah yang sebelumnya merupakan habitat alami meranti. Dengan menanam kembali pohon-pohon meranti, kita tidak hanya membantu tanaman ini tumbuh, tetapi juga membantu memulihkan fungsi ekosistem hutan seperti penyediaan habitat bagi fauna, penyerapan karbon, dan pengaturan iklim lokal.

Selain itu, penanaman kembali spesies meranti yang lebih tahan terhadap perubahan iklim juga sangat penting. Ada spesies meranti yang lebih tahan terhadap kondisi ekstrem, seperti suhu yang lebih tinggi atau musim kemarau yang panjang. Memilih dan menanam varietas meranti yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim bisa menjadi solusi untuk menghadapi kondisi yang semakin tidak menentu. Penelitian yang lebih dalam tentang bagaimana meranti dapat beradaptasi dengan kondisi iklim yang berubah juga akan sangat bermanfaat untuk memilih spesies yang tepat untuk ditanam kembali di habitat alami mereka.

Pengelolaan hutan berkelanjutan adalah langkah penting lainnya. Dengan mengelola hutan secara bijak, kita dapat memastikan bahwa sumber daya alam yang ada tetap tersedia untuk generasi mendatang tanpa merusak lingkungan. Pengelolaan hutan berkelanjutan termasuk melarang penebangan liar, menerapkan sistem agroforestry yang ramah lingkungan, dan memberikan insentif bagi masyarakat lokal untuk terlibat dalam pengelolaan hutan yang lebih baik. Salah satu contoh adalah dengan mendorong komunitas lokal untuk berpartisipasi dalam kegiatan penanaman pohon dan perlindungan hutan.

Melindungi hutan dari kebakaran juga merupakan bagian dari pengelolaan hutan berkelanjutan. Kebakaran hutan, yang semakin sering terjadi akibat cuaca panas dan musim kemarau yang lebih panjang, bisa menghancurkan habitat meranti dalam waktu singkat. Oleh karena itu, pencegahan kebakaran dan pengelolaan risiko kebakaran harus menjadi prioritas dalam usaha konservasi meranti.

Selain itu, penting juga untuk memperkenalkan teknologi dan pendekatan baru dalam konservasi meranti. Misalnya, menggunakan drone untuk memantau kondisi hutan dan mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian khusus, atau menggunakan metode pemantauan berbasis satelit untuk melacak perubahan kondisi hutan secara real-time. Hal ini akan membantu para pengelola hutan dalam membuat keputusan yang lebih tepat untuk melestarikan spesies meranti dan habitatnya.

Secara keseluruhan, upaya konservasi meranti memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal, ilmuwan, dan sektor swasta. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita bisa membantu memastikan bahwa meranti tetap tumbuh subur di hutan Sumatera, menjaga keseimbangan ekosistem, dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada.

---Mekanisme Adaptasi Tanaman Endemik Meranti terhadap Perubahan Iklim---

Perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, dan musim kering yang lebih panjang memiliki dampak langsung terhadap tanaman seperti meranti. Sebagai spesies endemik yang tumbuh di hutan hujan tropis, meranti sangat bergantung pada kondisi iklim yang stabil, terutama terkait dengan curah hujan yang tinggi dan suhu yang lembap. Meskipun demikian, meranti memiliki beberapa mekanisme adaptasi untuk bertahan hidup dalam menghadapi perubahan iklim yang tidak menentu.

  • Pengembangan Sistem Akar yang Dalam

Salah satu adaptasi penting yang dimiliki meranti untuk menghadapi perubahan iklim, khususnya kekeringan, adalah sistem akar yang dalam. Pada tanaman tropis seperti meranti, akar yang dalam memungkinkan mereka untuk menyerap air dari lapisan tanah yang lebih dalam saat musim kemarau datang atau ketika curah hujan berkurang. Tanaman meranti dengan akar yang lebih dalam mampu bertahan lebih lama di kondisi tanah yang kering dibandingkan dengan tanaman lain yang memiliki akar dangkal. Sistem akar yang dalam ini juga berfungsi untuk menstabilkan pohon meranti, mengingat ukurannya yang besar, sehingga pohon tetap kokoh meskipun menghadapi cuaca ekstrem.

Namun, meskipun adaptasi ini cukup efektif, jika perubahan iklim semakin mengurangi jumlah curah hujan secara keseluruhan atau memperpanjang periode kekeringan, kemampuan akar untuk mencapai air yang cukup bisa terbatas, terutama di area yang sangat kering atau terdegradasi.

  • Penyesuaian dalam Laju Pertumbuhan dan Fotosintesis

Selain sistem akar, meranti juga beradaptasi dengan mengubah laju pertumbuhannya dan proses fotosintesisnya. Di bawah kondisi kekeringan atau suhu yang lebih tinggi, tanaman meranti dapat mengurangi laju fotosintesis untuk menghemat energi dan air. Beberapa studi menunjukkan bahwa tanaman tropis cenderung memperlambat fotosintesisnya saat kekurangan air, meskipun ini berarti mereka juga mengurangi produksi makanan untuk pertumbuhannya. Meranti yang beradaptasi dengan cara ini bisa bertahan lebih lama, tetapi dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat.

Di sisi lain, ketika curah hujan kembali stabil, meranti dapat "mempercepat" proses pertumbuhannya untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada, seperti air dan nutrisi, untuk kembali tumbuh dengan optimal.

  • Mekanisme Perlindungan terhadap Stres Panas

Tanaman meranti juga memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya dari suhu yang terlalu tinggi. Seperti banyak pohon tropis lainnya, meranti mengembangkan daun yang lebih besar dan lebih tebal untuk mengurangi penguapan air yang berlebihan dan untuk menyaring sinar matahari yang berlebih. Ini membantu tanaman tetap terhidrasi meskipun suhu sangat panas. Selain itu, meranti juga memiliki lapisan lilin pada permukaan daun yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari kehilangan air yang berlebihan akibat panas matahari yang intens.

  • Toleransi terhadap Peningkatan Konsentrasi CO2

Meranti, seperti tanaman lainnya, juga dapat beradaptasi dengan peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer, yang merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim. Peningkatan CO2 dapat merangsang laju fotosintesis pada tanaman tertentu, meskipun ada batas tertentu di mana peningkatan CO2 justru bisa merugikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman tropis, termasuk meranti, bisa memanfaatkan CO2 lebih efisien dalam kondisi tertentu, tetapi dalam jangka panjang, jika suhu terus meningkat, manfaat ini bisa berkurang.

  • Perubahan Pola Pembungaan dan Perkembangbiakan

Pada beberapa tanaman, perubahan iklim juga mengubah waktu pembungaan dan proses perkembangbiakan. Meskipun meranti adalah tanaman yang biasanya berkembang biak melalui biji, perubahan suhu dan pola hujan bisa mengganggu proses pembungaan. Dalam jangka panjang, perubahan ini dapat memengaruhi kemampuan meranti untuk bereproduksi, yang pada akhirnya mempengaruhi kelangsungan hidup spesies ini.

---Potensi Dampak Perubahan Iklim terhadap Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati---

Meskipun tanaman meranti memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa, perubahan iklim yang cepat dan drastis masih dapat menyebabkan dampak yang serius, tidak hanya bagi meranti, tetapi juga untuk ekosistem secara keseluruhan. Mari kita bahas potensi dampaknya.

  • Perubahan Lingkungan Habitat

Perubahan iklim dapat mengubah secara drastis lingkungan habitat meranti, terutama dengan perubahan curah hujan dan suhu. Hutan tropis yang menjadi habitat utama meranti sangat bergantung pada stabilitas iklim, terutama curah hujan yang tinggi dan suhu yang lembap. Jika pola hujan berubah atau terjadi kekeringan yang lebih panjang, banyak area yang sebelumnya mendukung kehidupan meranti bisa menjadi lebih kering atau bahkan mengalami degradasi tanah.

Selain itu, kenaikan suhu juga dapat memaksa spesies meranti untuk bergerak ke ketinggian yang lebih tinggi, di mana suhu lebih rendah dan lebih banyak curah hujan. Namun, pergerakan ini juga terbatas oleh ketersediaan ruang dan kemampuan tanaman untuk tumbuh di kondisi baru. Jika perubahan iklim menyebabkan kerusakan pada habitat alami meranti, maka kemungkinan besar populasi meranti akan terancam punah.

  • Penurunan Keanekaragaman Hayati

Perubahan iklim sering kali menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, dan ini adalah salah satu dampak yang mungkin terjadi di hutan-hutan Sumatera, tempat meranti tumbuh. Hutan Sumatera adalah rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang sangat beragam, tetapi dengan perubahan iklim yang memperburuk kondisi hidup mereka, banyak spesies mungkin akan menghadapi kesulitan dalam beradaptasi. Misalnya, spesies yang bergantung pada habitat hutan tropis yang lembap bisa kehilangan tempat tinggalnya jika hutan tersebut berubah menjadi lebih kering atau rusak.

Penurunan keanekaragaman hayati ini juga akan mempengaruhi interaksi antara spesies dalam ekosistem. Jika meranti tidak dapat bertahan hidup atau berkembang biak secara efektif, hal ini dapat memengaruhi seluruh rantai makanan dan struktur ekosistem hutan tropis. Misalnya, hewan yang bergantung pada buah-buahan meranti atau pohon-pohon besar sebagai tempat berlindung bisa kehilangan sumber daya tersebut, yang akhirnya mengarah pada penurunan populasi hewan tersebut.

  • Risiko Kepunahan

Pada akhirnya, jika perubahan iklim terus berlangsung tanpa ada upaya mitigasi yang efektif, risiko kepunahan bagi spesies meranti bisa sangat nyata. Meskipun meranti memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, ada batasan sejauh mana mereka bisa bertahan dalam kondisi yang semakin ekstrem. Jika suhu terlalu tinggi, atau curah hujan terlalu sedikit, tanaman meranti akan kesulitan untuk bertahan hidup, dan ini dapat menyebabkan penurunan jumlah pohon meranti secara signifikan.

Kepunahan tanaman meranti akan mempengaruhi seluruh ekosistem hutan tropis Sumatera, karena mereka adalah salah satu komponen penting dalam struktur hutan. Kepunahan meranti juga bisa berlanjut pada kepunahan spesies-spesies lain yang bergantung pada pohon ini untuk tempat tinggal dan makanan.

---Kesimpulan---

Meskipun tanaman endemik meranti memiliki sejumlah mekanisme adaptasi terhadap perubahan iklim, termasuk pengembangan akar yang dalam, penyesuaian laju pertumbuhan, dan kemampuan melindungi diri dari stres panas, perubahan iklim yang ekstrem tetap dapat memberikan dampak yang signifikan. Dampak seperti perubahan lingkungan habitat, penurunan keanekaragaman hayati, dan risiko kepunahan menjadi ancaman yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, upaya konservasi yang melibatkan perlindungan habitat dan mitigasi perubahan iklim sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup meranti dan keanekaragaman hayati hutan tropis Sumatera secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun