Mohon tunggu...
Irene Kusuma
Irene Kusuma Mohon Tunggu... Penulis - Isaiah 55 : 8-9

Communication Studies' 16 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Segala Bentuk Penyesalan yang Belum Sempat Tersampaikan

20 Desember 2019   16:23 Diperbarui: 20 Desember 2019   16:46 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mama mungkin menyadari segala bentuk kemarahanku dan kekecewaanku dulu, tapi memilih untuk pura-pura tidak tahu, hanya untuk menjadikanku tumbuh menjadi wanita yang kuat. Tapi harusnya mama paham betul bagaimana putrimu ini. Dan akhirnya aku tumbuh dengan pandanganku sendiri. Tapi terima kasih telah menjadi teladan dalam menjaga imanmu, ketika saat itu aku berpikir "harusnya kau marah saja ke Tuhan", tapi ternyata tidak pernah mama lakukan. Akupun masih mencoba dan kerap kali gagal.

Harusnya aku sampaikan ini saat mama masih ada. Aku iri, dengan teman-temanku yang mempunyai hubungan sangat baik dengan mamanya. Mereka bisa menjadi layaknya seorang sahabat. Membagi cerita mengenai banyak hal, belanja berdua, melakukan hal apapun yang Cuma bisa dilakukan ibu dan anak perempuannya. Saat itu, aku hanya ingin memelukmu sesering yang aku bisa, tapi maaf (lagi-lagi) aku terlalu ego.

Walaupun, aku tidak ingat kapan terakhir aku ucapkan aku menyayangimu -- aku harap mama tahu kalau aku menyayangimu. Terlepas dari segala kenangan tidak baik yang kita punya.

---

Papa, aku tidak terima. Papa tahu aku marah. Papa tahu kalau saat itu aku belum siap, tapi tetap saja papa lakukan itu. Tapi, terlepas dari semua rasa kesalku terhadap papa, terima kasih atas banyak hal. Terima kasih atas banyaknya kenangan indah yang sudah kita ciptakan -- aku (sebenarnya) masih ingin melakukannya dan aku pastikan tak akan pernah bosan. Tapi, rupanya aku harus menunggu beberapa saat untuk bisa melakukan hal tersebut lagi.

Ketika semua orang meragukanku dan memandang aku rendah seperti seharusnya, aku kira papa akan melakukan hal yang sama, tapi ternyata papa menaruh kepercayaan kepadaku. Terima kasih untuk memilih tetap mempertahankanku dan merawatku sendiri dengan tanganmu. Terima kasih sudah jadi satu-satunya orang yang memastikanku baik-baik saja, ketika segala hal buruk terjadi. Bahkan, kau sendiri yang memastikan anak gadismu ini sampai di Yogyakarta dengan aman -- kemudian kau bisa dengan tenang meninggalkanku di sini. Maaf aku belum bisa bawa papa lagi ke Yogyakarta, aku gak pernah terpikirkan kalau hari papa mengantarkanku ke Yogyakarta adalah hari terakhir papa kesini. Jika tahu akan terjadi seperti ini, aku akan menyuruh papa sedikit lebih lama tinggal di sini dan membawa papa ke banyak tempat.

Terima kasih untuk tangannya yang sudah menghapus banyaknya air mataku. Dan, aku gak menyangka kalau papa juga akan jadi alasan dari jatuhnya air mataku yang lainnya. Maafkan aku dengan segala kebanggaan papa terhadapku, rupanya aku masih saja gagal menjadi putri kebanggaanmu. Terima kasih juga untuk tetap memilih sabar tiap kali aku tantrum.

Keluarga yang kita punya memang jauh dari kata sempurna, tapi setidaknya kau telah berjuang menjadi kepala keluarga yang baik. Terima kasih sudah menerima teman-temanku dengan baik, bahkan rasanya papa lebih sering menanyakan keadaan teman-temanku daripada keadaan anaknya sendiri heheh.

Banyak hal yang sebenarnya ingin aku lakukan bersama dengan papa, tapi rupanya aku harus mengubur semua harapan itu. Satu lagi, papa harusnya bangga terhadapku. Saat ini aku fasih memikul segala bentuk kekecewaan, kesedihan, dan kehilangan yang dunia ini berikan. Walaupun aku masih harus banyak belajar lagi untuk menjadi (benar-benar) kuat. Aku menyayangimu papa, lebih dari boba brown sugar.

---

Saat ini, aku hanya berharap aku mampu menjalani sisa kehidupanku tanpa harus merasa terbebani. Tentunya, masih akan ada banyak cerita lagi yang ingin aku sampaikan. Tapi, sepertinya aku harus menyimpan cerita-cerita itu untuk aku ceritakan nanti ketika sudah saatnya kita bertemu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun