Katanya terpelajar,
Katanya berpendidikan,
Katanya cinta lingkungan,
Iya, katanya. Pada kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan bisa dibilang jauh dari kata katanya. Mereka -- para mahasiswa yang ngakunya maha ternyata tidak begitu mencerminkan ke-maha-annya, bahkan dalam hal kecil sekalipun. Berlagak bertingkah seolah menerapkan budaya barat -- yang bahkan orang barat pun tidak melakukan hal tersebut.
Para siswa yang maha ini rupanya rela menyisihkan beberapa puluh ribu uang makan sehari-harinya demi untuk menonton tayangan film yang lagi beredar di bioskop, tak cukup sekali bahkan -- hanya untuk terlihat tidak "tertinggal". Belum lagi kalau bulan itu sedang banyak tayangan yang paling ditunggu-tunggu, habis sudah uang bulanan.Â
Siap-siap konsumsi mi instan. Tak lupa juga perannya sebagai generasi milenial, yaitu memposting di insta story dong ya -- menunjukkan tiket bioskop dengan latar belakang suasana di bioskop tersebut. Pencitraan dulu ceritanya, dengan harapan warganet mengetahui aktivitas yang sedang dilakukannya.
Tak hanya itu, mereka bahkan tak segan-segan menunjukkan kecintaannya terhadap lingkungan dengan membawa stainless straw-nya sendiri dong. Ikut gerakan anti plastik dengan tidak menggunakan sedotan plastik, katanya. Eits, tapi tunggu dulu. Pencitraan lagi dong -- harus di foto dulu se-estetik mungkin terus diposting lagi di insta story, terus ditambah pakai tanda pagar #antiplastic #plasticfree atau apapun yang serupa.
Beberapa kali atau bahkan setiap kali saya pergi nonton di beberapa bioskop yang ada di Yogyakarta, bioskop manapun itu -- mulai dari Cinemaxx, CGV, ataupun XXI akan selalu ada saja para siswa yang maha ini yang ngakunya cinta lingkungan ataupun anti plastik, tapi tetap saja membuang sampah sembarangan - ehm, maksudnya meninggalkan sampah pada tempatnya. Iya, di tempat duduknya.
"Ya biarin, orang gue bayar kok"
"Kan biar cleaning service ada kerjaannya"
"Kan cleaning service dibayar buat bersih-bersih dong"