Mohon tunggu...
Muliadi Akbar
Muliadi Akbar Mohon Tunggu... Guru - Guru, dosen, Tutor, Pegiat literasi, Bloggers

Guru Matematika yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kekuatan Memori Facebook

30 Mei 2022   08:19 Diperbarui: 30 Mei 2022   11:19 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengukuhan Pengurus Alumni SMKN 1 Galang (Dokpri)

Bagi saya belajar yang seperti itu sia- sia. Alias membuang waktu dan biaya. Rugi negara ini mengeluarkan biaya besar untuk pendidikan. Rugi pula orang tua dan anaknya mengeluarkan biaya sekolah setiap hari.

Antusias Penonton Menyaksikan Pagelaran Seni (Dokpri)
Antusias Penonton Menyaksikan Pagelaran Seni (Dokpri)
Jadi mengelola sekolah itu harus out of the boks. Kita harus berani keluar dari kerakeng berpikir konvensional. Jadi kepsek itu harus mampu berinovasi. Eksplor segala kemampuan untuk melahirkan hal-hal yang baru. Belajar dan terus belajar. Jangan bosan, apalagi loyo. Ilmu pengetahuan sudah demikian mudah di peroleh. Informasi terbuka lebar, dan kadang-kadang tidak perlu dicari, malah terus ditawarkan di depan hidung.

Beruntung saat ini sudah ada program guru penggerak. Guru penggerak diharapkan dapat menjadi agen perubahan di sekolah melalui tranformasi pendidikan yang nyata. Bukan hayalan. Tapi harus benar-benar terasa.

Banyak ilmu baru yang dapat menjadi bekal aksi nyata para guru penggerak ini, seperti konsep tentang disiplin positif, konsep kesepakatan kelas, teori kebutuhan dasar, restitusi, hukuman dan konsekwensi dll. Itu semua dapat menjadi kekuatan dasar dalam melakukan perubahan fundamental di sekolah.

Pagelaran Seni Oleh Siswa-Siswi SMK Galang (Dokpri)
Pagelaran Seni Oleh Siswa-Siswi SMK Galang (Dokpri)
Sebetulnya tidak semua ilmu yang diberikan dalam program guru penggerak itu baru. Umumnya sudah ada jauh sebelum abad informasi ini berkembang pesat. Sebut saja misalnya soal kesepakatan kelas. 10 tahun yang lalu. Tahun 2012. Saat melakukan perubahan di SMK Muhammadiyah Tolitoli, konsep itu sudah saya terapkan.

Jujur saya belum tau teori soal kesepakatan kelas itu. Tapi saya meyakini ini adalah cara paling efektif memulai program tranformasi di SMK muhammadiyah Tolitoli saat itu. Bagaimana tidak, saya benar-benar menghadapi sekolah nyaris tanpa panduan. Siswa datang seenaknya. Pulang seenaknya. Kalau di bilang merdeka, inilah sekolah paling merdeka. Siswa datang jam 9 atau jam 10 itu sudah biasa.

Apa yang dilakukan siswa tidak ada bedanya dengan guru. Guru pun datang sesuai keinginan. Mau datang jam 9 atau jam 10 tidak masalah. Belum lagi berbagai kebiasaan buruk lain, seperti meninggalkan buku untuk dicatat, meninggalkan kelas tanpa izin, dll. Pendek kata benar-benar situasi yang buruk untuk sebuah sekolah dengan misi dakwa.

Pemberian Penghargaan Kepada Guru dan Pengurus Komite Sekolah (Dokpri)
Pemberian Penghargaan Kepada Guru dan Pengurus Komite Sekolah (Dokpri)
Lalu apa yang saya lakukan? Saya memulainya dengan kesepakatan. Awalnya saya bertanya ke siswa: mengapa kamu datangnya jam 09. Tau jawaban siswa? Karena datang pagi gurunya juga belum ada. Lalu saya bertanya ke guru-guru. Mengapa datangnya jam 09? Tau jawabannya? Sama. Datang cepat juga siswanya belum ada.

Jadi rupanya siswa dan guru lupa janjian datangnya harus jam berapa. Anehkan? Nah, berdasarkan situasi itu, maka saya memulai dengan kesepakatan.  

Saya memulai dari guru. Saat itu saya buat rapat dewan guru. Kemudian saya mengajak guru-guru membuat kesempakatan jam masuk sekolah. Saya menawarkan jam masuk pukul 08.00 tetapi guru-guru menolak. Alasannya takut sama dinas pendidikan. Saya yakinkan mereka nanti saya bertanggung jawab. Tapi lagi-lagi menolak.

Akhirnya mereka sepakat jam masuk sekolah tetap jam 07.15. Mereka yang sepakat bukan saya. Tugas saya hanya memastikan jika kesepakatan dijaga dengan komitmen yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun