Mohon tunggu...
sofiana saidah
sofiana saidah Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa | Public Relation

easy going and interesting in writing

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Chat GPT: Apa Peluang dan Tantangan Dalam Pendidikan?

18 Januari 2024   12:25 Diperbarui: 18 Januari 2024   12:42 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi menjadi hal yang kini sudah dikuasai sepenuhnya oleh kaum Milenial. Peran pendidikan dalam menyikapi perkembangan tersebut sangat penting dalam membekali generasi Milenial untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal untuk menghadapi tantangan global. Peran pendidikan adalah sebagai fasilitator yang dapat menyiapkan generasi yang kompeten dalam menyikapi perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi ini akan mendorong peningkatan kegiatan pembelajaran berbasis teknologi di lingkungan pendidikan. Pasalnya, dunia pendidikan akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas Pendidikan. Di Indonesia, perkembangan digital saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi sektor pendidikan. Sebab, perkembangan tersebut menimbulkan persaingan, sehingga memerlukan peningkatan mutu pendidikan, serta pengembangan lebih lanjut untuk sumber daya manusia.

Artificial Intelligence (AI) telah menjadi salah satu topik terpenting dalam dunia teknologi saat ini. AI telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir,  tidak hanya mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi, namun juga berdampak pada dunia pendidikan, khususnya di kalangan generasi muda di era Society 5.0.

Society 5.0 merupakan era dimana teknologi memudahkan kehidupan sehari-hari masyarakat. Hadirnya Asisten Google, Chat GPT, karakter AI, dan lukisan yang dihasilkan AI adalah  contoh awal mula Society 5.0. Teknologi buatan manusia ini tentunya sangat membantu  untuk memudahkan pekerjaan mereka. Namun kemudahan tersebut justru membuat generasi muda lebih mengandalkan otak mesin komputasi dibandingkan otaknya sendiri.

Salah satu AI yang popular di dunia Pendidikan adalah Chat GPT (Generative Pre-training Transformer). ChatGPT menjadi fenomena baru yang membuat heboh masyarakat. Perkembangan teknologi AI juga menimbulkan perdebatan baru di dunia pendidikan tinggi. Dengan hadirnya website ChatGPT berbasis kecerdasan buatan, pengguna akan bisa mengakses berbagai informasi dalam bentuk gelembung ucapan.

Chat GPT ini langsung menghebohkan dunia teknologi dan internet. Hal ini dikarenakan GPT Chat dapat menjawab pertanyaan pengguna dengan langkah yang sama seperti manusia, namun dalam format teks otomatis. Dengan kata lain, Chat GPT dapat memberikan jawaban ketika pengguna mengirimkan pertanyaan atau perintah dan menyusun sesuatu dalam bentuk teks.

Menurut survei Common Sense Media tahun 2023, lebih dari setengah (58%) siswa berusia 12 hingga 18 tahun telah menggunakan Chat GPT untuk menulis esai tentang drama Shakespeare, atau membuat draf memo hukum yang tampak sangat mirip dengan apa yang dapat dihasilkan manusia.

Perkembangan digital saat ini juga membawa tantangan baru bagi dunia pendidikan dan proses pembangunan tersebut tidak bisa dihindari. Tantangan ini tidak hanya berdampak pada proses pembelajaran di kelas, namun juga memberikan tantangan bagi guru dan siswa. Guru perlu menguasai teknologi untuk menerapkan pembelajaran digital di kelas, dan siswa juga perlu menguasai teknologi digital. Dari fenomena tersebut, Penulis menganalisis tantangan Chat GPT dalam dunia Pendidikan sebagai berikut.

1. Chat GPT membuat ketidakmampuan berpikir kritis, sebab Chat GPT menghasilkan teks berdasarkan data yang tersedia di Internet, termasuk informasi yang belum diverifikasi atau tidak akurat. Siswa tidak mampu menganalisis secara kritis informasi yang diterimanya. Karena mempercayai Chat GPT sebagai satu-satunya sumber jawaban tanpa meragukan validitas atau keandalan informasi.

2. Chat GPT mengkhawatirkan siswa dapat menggunakannya untuk mengerjakan tugas sekolah, mulai dari menulis makalah hingga menyelesaikan persamaan. Mereka juga bisa bekerja dengan informasi yang tidak akurat.

3. Penurunan kemampuan menulis dipengaruhi oleh Chat GPT karena dapat membuat teks yang beragam dan konsisten, memungkinkan siswa memanfaatkan teknologi ini untuk menyelesaikan tugas menulis mereka. Mereka mungkin mengabaikan pentingnya kemampuan menulis yang sebenarnya, seperti pemahaman tata bahasa, gaya menulis, dan kreativitas.

4. Chat GPT membuat pembelajaran pasif, dimana terdapat beberapa peristiwa bahwa chat GPT bisa menggantikan peran guru untuk memberikan penjelasan atau membantu siswanya dalam pembelajaran.

Mengingat informasi ini, banyak pengguna internet yang ingin memanfaatkan manfaat obrolan GPT. Karena menemukan jawaban atau menjadi "teman" dalam suatu diskusi bisa sangat membantu. Hasil analisis penulis untuk peluang Chat GPT di bidang Pendidikan, yaitu:

1. Chat GPT dapat menggunakan kata-kata dan pengetahuannya sendiri untuk membuat konten kreatif dan inovatif seperti puisi, cerita, kode, esai, lagu, parodi selebriti dan sebaginya.

2. Chat GPT juga membantu pengguna membuat, menulis ulang, meningkatkan, dan mengoptimalkan konten.

3. Chat GPT merupakan mitra belajar yang efektif bagi siswa dan guru saat menerapkan kurikulum Merdeka.

4. Chat GPT dapat membantu pelajar untuk mencari informasi, menjawab pertanyaan dan menyelesaikan tugas terkait topik yang dipelajari. Selain itu, dapat memberikan deskripsi yang jelas, akurat, dan terkini menggunakan sumber yang tepercaya dan dapat diverifikasi.

5. Chat GPT dapat membantu guru untuk merancang, menyusun, dan menyesuaikan kurikulum yang memenuhi kebutuhan dan potensi siswanya. Selain itu, dapat memberikan ide-ide kreatif dan inovatif untuk menciptakan kurikulum yang menarik, bermakna, dan beragam.

6. Siswa dan guru dapat menggunakan Chat GPT untuk berkolaborasi, berdiskusi, dan berbagi pengalaman belajar dengan  pengguna Chat GPT lainnya di dalam dan di luar sekolah. Chat GPT bertindak sebagai moderator, presenter, atau peserta dalam komunikasi yang berlangsun. Tidak hanya itu, Chat GPT juga dapat memberikan umpan balik, apresiasi, dan motivasi yang positif dan empati kepada pengguna.

Sekilas gambaran di atas memberikan imajinasi kekhawatiran tentang praktik di dunia pendidikan. Terutama jika dihubungkan dengan kecenderungan melakukan evaluasi pembelajaran dengan soal-soal esai dan sebagainya. Setiap peluang dan tantangan pasti memiliki Solusi yang tepat untuk menghadapinya. Penulis sudah membaca beberapa literatur yang menghasilkan Solusi untuk menghadapi Chat GPT dibidang Pendidikan.

1. Pendidik harus mengedukasi kepadanya siswanya akan dampak negatif Chat GPT untuk mereka. Dengan cara memberikan contoh yang mudah dijumpai disekitar kita, seperti mengajarkan cara mengidentifikasi sumber yang valid dan memverifikasi informasi.

2. Pendidik perlu mengingatkan kepada siswanya akan pentingnya kemampuan menulis yang baik. Dengan cara mengenalkan tugas-tugas untuk membuat tulisan yang memiliki unsur berpikir kritis, kreatif dan logis. Sehingga dapat mengurangi ketergantungan mereka dalam menggunakan Chat GPT.

3. Pendidik perlu melakukan kegiatan yang berkolaborasi aktif diluar ruangan, agar kemampuan siswa tidak hanya terasah dalam verbal, namun juga non verbal.

4. Pendidik harus berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan memastikan siswa mengikutinya dengan aktif. Bisa dimulai dengan metode pembelajaran berkelompok, tim dan kegiatan pendukung praktik lainnya untuk menghasilkan pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif.

Meskipun Chat GPT memiliki keistimewaan yang luar biasa dalam dunia pendidikan, namun dampak negatifnya tidak boleh diabaikan. Jika siswa tidak dapat menganalisis secara kritis informasi yang diberikan oleh Chat GPT, kemampuan mereka untuk membedakan  informasi yang valid dan tidak valid mungkin akan terpengaruh.

Ketika mengatasi dampak negatif Chat GPT, penting juga untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan membangun keterampilan manusia. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan-tantangan ini dan memastikan bahwa teknologi tetap menjadi alat yang berguna dalam pendidikan dengan tetap menjaga pentingnya pengembangan keterampilan penting, literasi digital, kolaborasi, dan interaksi sosial bagi siswa.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun