"Aku lapar.. tadi belum sempat makan, karena mainnya kesorean, gara-gara kamu,"
"Ya maaf..kamu sih, mencari begitu saja kamu tidak bisa. Eh, kebetulan kita makan rambutan saja yok!" bujuk Udin.
"Di mana, kamu punya?" tanya Ahmad bersemangat.
"Ya di sini, tuh tinggal ambil," Udin menunjuk pohon rambutan di depannya.
"Semprul.. nggak mau ah, itu mencuri namanya."
"Tidak apa-apalah, nanti kalau rambutan-rambutan ini masak, oleh Abah juga cuma bakalan dibagiin, tidak akan dijual,"
"Makanya, aku nggak mau kalau mencuri, itu dosa tahu!"
"Aaah, kamu sok suci Mad. Kemarin saja kamu mengambil ikan di kolam Wak Badri... Tidak pake bilang-bilang,"
"Tapi sampai rumah aku disemprot Bapak dan dipaksa harus mengembalikan malam itu juga,"
"Apa iya?" goda Udin, "Tapi kemarin aku lihat kamu membawa ikan dari rumah Wak Badri."
"Memang, aku disuruh membawa pulang ikan-ikan itu, karena sudah telanjur mati semua, tapi aku juga dibekali nasehat, nggak boleh mengambil sesuatu tanpa izin yang punya. Itu mencuri." Nada suara Ahmad meninggi.