Mohon tunggu...
Florecita Zulfa Nasifa
Florecita Zulfa Nasifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Florecita Zulfa Nasifa Mahasiswa Universitas Airlangga yang selalu bersemangat untuk mengeksplorasi hal-hal baru, terutama dalam hal-hal yang berhubungan dengan alam. Menyukai petualangan, mendaki gunung, dan segala hal yang membuat saya lebih dekat dengan alam. Selain itu, saya juga tertarik untuk terus belajar, berkembang, dan berbagi pengetahuan. Melalui tulisan, saya berharap bisa menginspirasi orang lain untuk lebih mencintai alam dan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tren Mendaki: FOMO Itu Seru, Persiapan Itu Wajib!

11 Oktober 2024   10:30 Diperbarui: 11 Oktober 2024   10:33 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galih Agus, Kawah Candradimuka Gunung Lawu

Mendaki gunung kini menjadi tren yang semakin populer di kalangan pemuda. Aktivitas ini tidak hanya dilihat sebagai bentuk olahraga, tetapi juga sebagai cara untuk mencari ketenangan dan kebebasan dari rutinitas sehari-hari. Menurut sebuah artikel di International   Journal of Environmental Research and Public Health (2020), pendakian gunung memiliki manfaat psikologis yang    signifikan, termasuk mengurangi stres dan meningkatkan kebahagiaan. Selain itu, data dari Kompas (2023) menunjukkan peningkatan jumlah pendaki muda di berbagai gunung di Indonesia, yang dipicu oleh keinginan untuk kembali ke alam serta pengaruh media sosial yang memperlihatkan pemandangan alam yang indah dan tantangan fisik yang menarik. Aktivitas mendaki juga dianggap sebagai bentuk selfimprovement, karena mampu melatih daya tahan fisik dan mental pemuda.

Seseorang yang mengikuti tren mendaki gunung seringkali dianggap mengalami FOMO (Fear of Missing Out), di mana keinginan untuk ikut serta dalam tren tanpa pertimbangan matang dapat membawa risiko. FOMO dalam mendaki gunung bisa sangat berbahaya apabila tidak dibarengi dengan persiapan yang memadai, baik secara fisik maupun mental. Sebagai pendaki pemula, ada beberapa hal penting yang harus dipersiapkan, di antaranya:

Kondisi Fisik yang Prima

Pendakian membutuhkan stamina dan daya tahan tubuh yang baik. Olahraga teratur dan latihan fisik seperti jogging atau naik-turun tangga dapat membantu mempersiapkan tubuh.

Pengetahuan Tentang Jalur dan Medan

Memahami rute pendakian dan medan yang akan dihadapi sangat penting. Melakukan riset tentang jalur pendakian, termasuk kondisi cuaca dan kesulitan medan, akan membantu mengurangi risiko.

Perlengkapan Pendakian yang Tepat

Memastikan kelengkapan peralatan seperti sepatu gunung, pakaian yang sesuai, tenda, dan peralatan keselamatan dasar adalah hal esensial. Mengabaikan perlengkapan dapat memperbesar risiko cedera atau kecelakaan.

Kapasitas Mental dan Kesiapan Psikologis

Mendaki tidak hanya menguji fisik, tetapi juga mental. Sebagai pemula, penting untuk siap menghadapi tantangan seperti kelelahan, perubahan cuaca ekstrem, dan keterbatasan logistik.

Perbekalan yang Cukup

Membawa makanan, air, serta obat-obatan yang memadai adalah hal yang tidak boleh diabaikan, karena kondisi darurat bisa terjadi kapan saja di alam terbuka.

Teman yang memiliki pengalaman dan menyenangkan

Teman yang menemani pendaki pemula berperan penting dalam pengalaman mendaki, karena pengetahuan dan dukungan mereka dapat meningkatkan rasa aman dan percaya diri. Sebaliknya, pengalaman buruk dengan teman yang kurang berpengalaman dapat membuat seseorang enggan untuk mendaki lagi di masa depan.

Numuw Watsaby, Florecita Zulfa, Bukit Mongkrang
Numuw Watsaby, Florecita Zulfa, Bukit Mongkrang

Dengan persiapan yang matang, risiko yang ditimbulkan akibat mengikuti tren tanpa kesiapan bisa diminimalisir, sehingga pengalaman mendaki menjadi aman dan menyenangkan. Saat mendaki gunung, penting untuk mengetahui pantangan-pantangan yang harus dihindari demi menjaga keselamatan diri sendiri dan lingkungan. Berikut beberapa larangan yang perlu diperhatikan:

Mengabaikan Kondisi Fisik 

Jangan memaksakan diri mendaki jika kondisi tubuh tidak fit. Mendaki dalam keadaan sakit atau kurang istirahat dapat membahayakan diri, apalagi di medan yang berat dan sulit diprediksi.

Tidak Membawa Peralatan yang Memadai

Pendaki harus membawa peralatan yang sesuai dengan kebutuhan pendakian, seperti sepatu gunung yang tepat, jaket tahan air, dan perlengkapan keselamatan. Hindari membawa barang-barang yang tidak penting atau kurang memadai, karena bisa memperberat perjalanan atau menyebabkan kecelakaan.

Membuang Sampah Sembarangan

Salah satu pantangan utama saat mendaki adalah merusak alam dengan membuang sampah sembarangan. Pendaki harus bertanggung jawab dengan membawa turun kembali sampahnya agar lingkungan tetap lestari.

Tidak Menghormati Adat atau Aturan Lokal

Banyak gunung memiliki aturan adat atau budaya yang harus dihormati oleh para pendaki, seperti tidak sembarangan berisik, merusak situs budaya, atau melanggar pantangan lokal. Menghormati adat istiadat setempat adalah bagian dari etika mendaki.

Tidak Melaporkan Keberangkatan

Sebelum mendaki, pastikan untuk melapor kepada petugas setempat atau pos pendakian. Ini penting untuk keamanan, karena jika terjadi hal-hal darurat, petugas bisa segera memberikan pertolongan.

Mendaki Tanpa Persiapan Cuaca

Mendaki tanpa memperhatikan prakiraan cuaca bisa berbahaya. Mendaki di saat cuaca buruk, seperti badai atau hujan lebat, dapat menyebabkan cedera atau tersesat. Pendaki sebaiknya mengetahui prakiraan cuaca dan siap mengambil keputusan untuk berhenti atau kembali jika cuaca memburuk.

 Memisahkan Diri dari Kelompok 

Jika mendaki bersama kelompok, hindari berjalan sendiri jauh dari rombongan. Memisahkan diri tanpa komunikasi yang jelas bisa meningkatkan risiko tersesat atau terjebak dalam situasi berbahaya. 

Mengetahui dan mematuhi pantangan-pantangan tersebut sangat penting untuk menjaga keselamatan, kenyamanan, serta kelestarian alam selama kegiatan mendaki gunung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun