Ironis memang Buku sebagai sumber keilmuan dan literasi harus di jual murah meriah terkesan masyarakatnya sudah tidak butuh ilmu dan mencueki buku bacaan.Â
Orang hidup harus seimbang antara praktis dan ilmu. Orang tanpa ilmu akan berjalan di rimba tanpa arah yang jelas akhirnya tersesat kemana-mana tapi dengan ilmu orang tahu kemana arahnya berjalan dan bagaimana seharusnya hidup di rimba sendirian.Â
Buku sebagai sumber ilmu pengetahuan tidak pernah ada kata kedaluarsa atau dalam konteks fashion kalah model jadi buku-buku bekas masih mempunyai asas manfaat.
Selanjutnya cara yang paling sesuai dalam menyikapi supaya buku-buku bekas tetap mempunyai nilai manfaat. Cara yang paling bagus adalah membelinya dan memanfaatkannya pumping harga murah. Jika sebagai kolektor buku keberadaan buku-buku bekas bisa di jadikan bahan pustaka.Â
Untuk sekedar mendapatkannya seseorang tidak perlu keluar kocek yang mahal. Asas manfaat yang paling baik adalah keberadaan buku-buku bekas akan semakin memotivasi orang untuk berliterasi terutama bagi para pemula yang belum begitu mengenal buku lebih baik mengenal budaya gemar membaca dari buku-buku bekas tersebut. Dengan demikian dunia tidak akan pernah sepi dari orang-orang yang selalu giat membaca. Inspirasi yang baik adalah lewat ilmu pengetahuan, jendela dunia akan terbuka lebar.Â
Apa yang belum diketahui seseorang akan di ketahui terlebih dahulu lewat membaca sehingga dimanapun lingkungan seseorang berada tidak pernah merasa asing karena di bantu kegemarannya dalam berliterasi sehingga wawasannya makin kuat dan orang seperti ini tidak akan mudah terombang-ambing hidupnya.Â
Hanya kesadaran pentingnya membaca otomatis buku-buku bekas akan kembali menjadi buku baru yang isinya selalu up to date untuk kebutuhan pembacanya. (Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H