Deka merasa lega karena Eva berjanji akan membantu mencari kabar tentang Hendra.
Pekerjaan pun telah selesai. Aku pun berkemas- kemas untuk pulang. Aku hampiri Eva yang yang sudah menunggu di depan minimarket.Â
"Hayuu...jadi tidak?'tanya Eva.
" Iya jadi.." jawabku.
Akhirnya kami berdua berjalan menuju bengkel tempat Hendra bekerja. Kebetulan sekali, paman nya Hendra sedang duduk santai merokok sambil menikmati secangkir kopi. Kami pun menghampiri si paman seraya memberi salam, "Assalamualaikum..."
" Walaikumsalam" jawab si paman.
"Sini  pada duduk dulu, mau dibikinin kopi enggak?" kata Paman yang menyambut kami dengan ramah.
" Enggak kok Mang saya hanya ingin bertanya sedikit tentang motor saya," jawab Eva dengan basa basi.
Setelah Eva dan si paman ngobrol sebentar tentang motor, Eva pun segera mengalihkan pembicaraan. Sementara aku duduk disamping Eva sambil menyimak obrolan mereka berdua.
" Mang, aku kok tidak melihat Hendra. Kemana dia ya?" tanya Eva. Hati ku mulai deg- deg an.Â
Si paman pun menjawab, Â "Hendra lagi pulang soalnya istri nya mau melahirkan".
Sontak kami berdua kaget bukan main. Ternyata Hendra yang aku anggap dekat dengan ku, bahkan sudah ku anggap sebagai  pacar, ternyata dia sudah menikah.
Si paman pun kembali bertanya, " owh sudah kenal sama Hendra ya?".Â
Iya, tapi hanya kenal biasa saja kok", jawab Eva sambil mencairkan suasana sambil  melirik ke arah ku yang terlihat penuh kekecewaan terhadap Hendra.
Akhirnya Eva pun berpamitan pulang dengan si Paman. Aku dan Eva beranjak pergi meninggal kan si paman.
Eva pun menasehati aku.Â
" Memangnya kamu tidak tanya dulu apa sama si Hendra, dia tuh masih single atau sudah ber istri?". Aku pun menjab, " dia bilang belum punya pacar. Masih S1 alias single".
Toh lagipula aku mana tahu kalau dia punya istri di kampung. Mana istrinya mau melahirkan lagi. Haduuuhh...ini sih bukan kecewa lagi karena dibohongi. Tapi lebih kecewa lagi , kenapa aku bisa dengan bodohnya menerima orang lain dekat, sampai mau jadi pacarnya padahal baru juga kenal. Berbagai luapan kekecewaan pun melintas di pikiran ku.
Eva pun memegang tangan ku seraya berkata, " sudah lupakan saja Hendra. Gugur satu tumbuh seribu. Masih banyak kok cowok diluar sana yang belum berpasangan."Â
Aku pun menyambut tangan Eva. " Makasih ya, kamu mau membantu aku. Sekarang sudah jelas."Â
" Iya cowok seperti itu memang harus kita buang ke laut", jawab ku dengan nada kesal. Eva pun tertawa.Â
"Semoga ini bisa menjadi pembelajaran kamu ke depan nya kalau mau menjalin hubungan dengan lelaki ya..." kata Eva lagi.
" Iya Va, kata ku.
Kami pun akhirnya berpisah  untuk pulang. Eva pulang naik motor, sementara aku pulang ke rumah bibi di seberang.
Akhirnya terungkap juga status Hendra yang ternyata sudah ber istri. Kasihan istri nya yang di kampung, mana mau melahir kan, sementara suaminya di sini dekat dengan wanita lain. "Waduuhh...enak nya orang seperti Hendra di apain ya? Di pikir hati ini hanya warung kopi apa, yang bisa mampir sebentar lalu pergi begitu saja," gumam ku dengan rasa penuh kecewa. "Mengaku single tapi ternyata sudah menikah. Huuuh..dasar!".
Mungkin tidak akan ada selesai nya kalo mengungkapkan rasa kecewa ini. Kecewa karna telah di bohongi. Bener kata Eva, semua ini bisa menjadi pembelajaran aku untuk ke depannya. Makasih ya Eva untuk nasehat nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H