Sontak kami berdua kaget bukan main. Ternyata Hendra yang aku anggap dekat dengan ku, bahkan sudah ku anggap sebagai  pacar, ternyata dia sudah menikah.
Si paman pun kembali bertanya, " owh sudah kenal sama Hendra ya?".Â
Iya, tapi hanya kenal biasa saja kok", jawab Eva sambil mencairkan suasana sambil  melirik ke arah ku yang terlihat penuh kekecewaan terhadap Hendra.
Akhirnya Eva pun berpamitan pulang dengan si Paman. Aku dan Eva beranjak pergi meninggal kan si paman.
Eva pun menasehati aku.Â
" Memangnya kamu tidak tanya dulu apa sama si Hendra, dia tuh masih single atau sudah ber istri?". Aku pun menjab, " dia bilang belum punya pacar. Masih S1 alias single".
Toh lagipula aku mana tahu kalau dia punya istri di kampung. Mana istrinya mau melahirkan lagi. Haduuuhh...ini sih bukan kecewa lagi karena dibohongi. Tapi lebih kecewa lagi , kenapa aku bisa dengan bodohnya menerima orang lain dekat, sampai mau jadi pacarnya padahal baru juga kenal. Berbagai luapan kekecewaan pun melintas di pikiran ku.
Eva pun memegang tangan ku seraya berkata, " sudah lupakan saja Hendra. Gugur satu tumbuh seribu. Masih banyak kok cowok diluar sana yang belum berpasangan."Â
Aku pun menyambut tangan Eva. " Makasih ya, kamu mau membantu aku. Sekarang sudah jelas."Â
" Iya cowok seperti itu memang harus kita buang ke laut", jawab ku dengan nada kesal. Eva pun tertawa.Â
"Semoga ini bisa menjadi pembelajaran kamu ke depan nya kalau mau menjalin hubungan dengan lelaki ya..." kata Eva lagi.