Mohon tunggu...
12321 12321
12321 12321 Mohon Tunggu... -

komuter tetap jakarta-jogja dengan ransel di bahu. menikmati indahnya dunia dengan kayuhan sepeda serta senyuman pada mentari pagi sepanjang sudirman-thamrin.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kembali Ke Kampus, Ungkapan Kekecewaan Anggito

21 Mei 2010   01:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecewa pada kenyataan adalah hal yang lumrah. Penyikapan atas kekecewaan itulah yang lebih penting. Ada orang yang menyikapinya dengan amarah ada juga dengan senyum. Apapun ekspresinya menjadi sah-sah saja sepanjang tidak merugikan orang lain dan membahayakan diri sendiri.

[caption id="attachment_146141" align="alignleft" width="150" caption="Anggito Abimanyu"][/caption]

Anggito Abimanyu, 47 tahun, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) yang juga seorang Komisiaris PT Telekomunikas Indonesia mengungkapkan kekecewaannya dengan kembali mengajar di kampus biru UGM.

Kecewa pada siapa?

Anggito Abimanyu kecewa pada Istana Kepresidenan. Apakah kecewa karena tidak jadi menjabat Menteri Keuangan? Anggito kecewa kepada istana karena tidak memberitahukannya seputar pembatalannya menjadi wakil menteri keuangan. Padahal Pakta integritas dan kontrak kinerja sudah ditandatangani. Walaupun bisik-bisik dinding menyatakan bahwa Anggito kecewa karena dikait-kaitkan dirinya pada partai politik ini itu. Cukuplah bersandar pada ucapannya saja: Kecewa pada Istana.

Sebuah ironi birokrasi istana yang menggantungkan harapan seseorang tanpa kepastian. Administrasi istana negara yang begitu kolotnya membuat seorang Anggito Abimanyu menelan pil kekecewaan. Aaahh sudahlah.. Pusat kekuasaan bukan di Istana Negara tetapi telah bergeser ke cikeas. Jadi masalahnya adalah jarak tempuh antar 2 tempat. Lapangan Banteng dengan Cikeas lebih jauh dan berliku ketimbang Istana Negara dengan Lapangan Banteng.

Anggito dan Sri Mulyani

Duo hebat dari Kementerian Keuangan ini adalah jawaranya data dan fakta. Sri Mulyani yang perfeksionis akan data dan fakta disandingkan dengan Anggito yang teliti dan mempunyai segudang data keuangan negara. Pasangan serasi! Penulis berkesempatan menyaksikan bagaimana duo ini bahu-membahu dalam menyusun kebijakan yang terkait dengan fiskal terutama pada sektor pertambangan dan sektor migas serta panas bumi. Kebijakan fiskalnya sangat lugas dalam peraturan dan tegas dalam penerapan. Kesempurnaan basis data yang diberikan oleh Anggito dilahap tuntas oleh Sri Mulyani dan diterjemahkan dalam peraturan menteri keuangan. Sungguh duo penggerak kebijakan fiskal yang efektif.

Anggito dan Menteri Keuangan

Saat posisi wakil menteri mulai digaung-gaungkan, tak perlu lirikan mata atau gosip-gosip tetangga yang menyebutkan bahwa wakil yang cocok untuk Menteri Keuangan Sri Mulyani adalah tidak lain tidak bukan adalah Anggito Abimanyu. Segala persyaratan administrasi teknis, kualifikasi pendidikan dan pengalaman sudah ludes ditaklukkan oleh Anggito Abimanya. Pakta integritas dan kontrak kinerja pun sudah ditandatangani. Namun apa lacur, semuanya lumat dalam kantong tuan presiden. Tak ada yang memberitahu. Anggito pun kecewa.

Anggito dan Flute

Mungkin luput dari pengamatan publik bahwa Abimanyu adalah seorang pemain flute yang handal - penulis pernah berkesempatan menyaksikan langsung kepandaian Abimanyu dalam bermain flute. Biasanya Anggito akan berpasangan dengan Singgih Senjaya. Saat itu Anggito memainkan lagu Burung Camar yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata. Sebuah komposisi yang menarik. Anggito yang cekatan begitu lancar memainkan not-not lagu tersebut.

Anggito dan "pertarungan antar kampus"

Walau sering dibantah namun sinyalemen pertarungan antar kampus bisa dirasakan. Untuk bidang non-teknik hanya ada tiga UI, IPB dan UGM. Urat sejarah menteri perekonomian menyatakan bahwa inilah bagiannya FEUI, maka tidaklah mengagetkan bilamana "tradisi" tongkat estafet Menteri Keuangan berada di tangan FEUI. Lalu dimana UGM? saat ini UGM "sudah cukup puas" mendapatkan posisi Wakil Presiden. Bagaimana dengan IPB? saya rasa anda mafhum bahwa sby adalah jebolan IPB. Jadi cukuplah komposisinya. IPB Presiden. UGM Wapres. UI Menteri Keuangan. Jikalau ditambah lagi dengan Anggito (UGM) tentunya akan berbeda komposisinya. *sekedar mengingatkan sby adalah penulis lagu dan komposer juga, jadi ybs paham ttg komposisi.

Walaupun sinyalemen lanjutan menyatakan bahwa permohonan pengunduran diri ditolak, namun lidah sudah berucap pantang rasanya untuk menarik kembali ucapan. Mungkin kekecewaan itu terlalu dalam dirasa oleh Abimanyu. Tak apalah kembali ke kampus, kembali mendidik tunas-tunas bangsa tentang ekonomi keuangan negara, tentang etika publik, tentang kehormatan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun