Dalam situasi di mana penjualan menurun akibat daya beli yang melemah, pelaku usaha mungkin terpaksa melakukan efisiensi dengan mengurangi tenaga kerja atau mengurangi jam kerja karyawan. Hal ini dapat memicu peningkatan angka pengangguran dan menciptakan ketidakpastian di pasar tenaga kerja.
Dampak terhadap Perekonomian Nasional
1. Pertumbuhan Ekonomi yang Terhambat
Konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 57% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dengan daya beli yang tertekan akibat kenaikan PPN, pertumbuhan ekonomi nasional berpotensi terganggu. Target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% menjadi semakin sulit dicapai jika konsumsi masyarakat terus menurun.
2. Potensi Kesenjangan Ekonomi
Kenaikan PPN dapat memperburuk kesenjangan ekonomi yang sudah ada. Kelas menengah ke bawah yang paling merasakan dampaknya mungkin mengalami penurunan kualitas hidup akibat meningkatnya biaya hidup tanpa adanya peningkatan pendapatan yang signifikan. Ini bisa menciptakan ketidakstabilan sosial jika tidak ada langkah-langkah mitigasi yang diambil oleh pemerintah.
Banyak ekonom merekomendasikan agar pemerintah mempertimbangkan penundaan penerapan PPN 12% hingga kondisi ekonomi lebih stabil. Beberapa pengamat bahkan menyarankan agar pemerintah memeberi insentif atau subsidi kepada masyarakat untuk mejaga daya beli mereka.
Jika kebijakan ini tetap diterapkan, penting agar pemerintah menyediakan program-program yang dapat membantu masyarakat kelas menengah ke bawah agar tetap mampu berbelanja.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mendengarkan masukan dari berbagai pihak terkait sebelum melaksanakan kebijakan ini. Penundaan penerapan atau penyediaan insentif bagi masyarakat bisa menjadi langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dalam jangka pendek hingga situasi membaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H