"Kenapa awas?" tanya Babang.
"Udah jelas, telor langka. Awas kau telormu."
Mereka semua tertawa.
"Udah, ayo makan telornya," ujar Tiur.
"Sama atu, dua," ujar Mimi, anak bungus Tiur berumur tiga tahun.
"Aku pun, dua samaku," ujar Ron anak ketiga Tiur.
Ron dan Mimi ngotot minta dua. Sementara jual telur di kampung itu tak ada lagi, terpaksa Jalottup dan teman-temannya berbagi.
"Owihh, paet lah. Bangun awak tongah malam parkara sapotong telor," upat Babang.
Sedangkan Butet, tak bisa tidur gara-gara diceramahi Emak karena tak mau makan telur rebus. Butet tak percaya cerita itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H