Mohon tunggu...
Sugiman W
Sugiman W Mohon Tunggu... Buruh - Saya

Menulis "sesuatu" di Jogja. Sudah jarang nulis di sini.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bike Tour Menyeberangi Bengawan Solo, dari Kota Solo ke Sukoharjo

18 April 2017   11:02 Diperbarui: 20 April 2017   09:28 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan alkohol. (Dokumentasi Pribadi)

Gelap, saya benar-benar tidak tahu tour kali ini dan pasrah mau dibawa kemana. Bekal saya hanya artikel pengumuman dari Komunitas Komposono ini, kata kuncinya sepeda, menyeberang Bengawan Solo, kerupuk karak, gamelan, dan alkohol. Siap-siap saja makan kerupuk hingga kekenyangan.

Kamis pagi 6 April 2016 peserta bike tour berkumpul di Gedung Tourism Center Gladag Solo, kala itu ada demonstrasi salah satu ormas di perempatan Gladag, sehingga pengiriman sepeda dengan mobil pick up agak tersendat. Sepuluh sepeda diturunkan dari mobil, tidak ada sepeda jengki dan sepeda unta di bike tour kali ini.

Menuju penyeberangan Bengawan Solo

Matahari tidak bersinar terik tapi cuaca cukup gerah (lembab) ketika kami mulai berkonvoi jam 08.45 WIB. Mungkin siang hari akan turun hujan, mengingat sehari sebelumnya hujan sudah mengguyur Solo dari siang hingga malam. Saya lihat peserta pengguna MTB agak kebingungan, ketahuan jarang naik sepeda bertransmisi (rear deraileur). Saat beristirahat di pintu air Kali Pepe Sangkrah, pemandu bike tour, Mas Ajib Bond menjelaskan cara memindah transmisi dan waktu penggunaannya.

Setelah menikmati keindahan warna air Kali Pepe yang tercemar, kami bersepeda di atas tanggul menuju satu-satunya penyeberangan Bengawan Solo di Beton, Sewu, Jebres Kota Solo. Jalan di atas tanggul cor semen, hingga turun ke dermaga penyeberangan.

Awalnya saya tidak memperhatikan ada anyaman bambu di sisi kanan foto, anyaman bambu tersebut digunakan sebagai dermaga dan lantai gethek, dan kenapa tidak digunakan karena yang ditaruh di situ sebagai cadangan saat rusak atau Bengawan Solo meluap.

Kami menunggu beberapa saat karena gethek dalam perjalanan ke Solo, setelah sampai di dermaga kami menaikkan sepeda satu persatu. Penumpang menyesuaikan, duduk atau berdiri menyebar atau di tengah gethek supaya tidak oleng berat sebelah yang beresiko jatuh ke sungai.

Selfie di atas perahu (Dok. Dimas Suyatno).
Selfie di atas perahu (Dok. Dimas Suyatno).
Jika melihat derasnya aliran Bengawan Solo saat itu, ngeri menyeberang dengan gethek. Bapak operator gethek pun mewanti-wanti agar penumpang tetap tenang. Gethek dikaitkan dengan seutas tambang yang membelah Bengawan Solo. Operator berpegangan pada tambang tersebut untuk menarik gethek menyeberang. 10 sepeda, 2 motor, 13 penumpang, dan seekor burung dalam sangkar di atas gethek diseberangkan dalam 5 menit. Hemat waktu puluhan menit dan jarak ribuan meter jika harus melewati jembatan Bengawan Solo.

Sekali menyeberang cukup murah, hanya Rp. 1.000 per orang. Atau jika membawa kendaraan (sepeda atau motor) dikenakan ongkos Rp. 2.000.

Bike tour yang sesungguhnya dimulai

Jalan dari dermaga di Sukoharjo ini ke tanggul Bengawan Solo masih berupa tanah, karena semalam hujan maka keadaannya cukup memprihatinkan. Alas kaki kami dekil berlepotan tanah becek, setelah melewati tanggul jalanan aspal menanti. Tujuan pertama kali adalah ke Desa Gadingan, Mojolaban Sukoharjo yang dikenal sebagai sentra produksi kerupuk karak.

10 menit bersepeda, sampailah ke sebuah gubug gedhek di tepi tanggul Bengawan Solo. Gubug itu hanya untuk produksi kerupuk, tidak untuk dihuni. Kerupuk karak dibuat secara tradisional dan masih menggunakan bahan kimia bleng; bentuk tidak murni dari boraks. Kerupuk karak dari sini hanya dijual matang per bal.

Gendar yang belum dipotong. (Dokumentasi Pribadi)
Gendar yang belum dipotong. (Dokumentasi Pribadi)
Jam menunjukkan angka 10.05 ketika kami meninggalkan tempat tersebut. Tujuan kedua adalah Tempat pembuatan gamelan di Desa Wirun, Mojolaban Sukoharjo. Perjalanan agak jauh melewati persawahan. Saya tidak tahu berapa kilometer dan rute mana saja yang telah kami lewati, karena tidak mengaktifkan GPS. Setelah 20 menit bersepeda kami beristirahat di bawah pepohonan dekat rel kereta api Solo – Wonogiri.

Capek dan haus, sebotol air mineral kuhabiskan. Mas Ajib menjelaskan kenapa kami beristirahat sebelum sampai ke pengrajin gamelan. Jadi, pembuatan gamelan baru dimulai sekitar jam 10.30 WIB, saat itu pekerja memukul dan memanaskannya dalam bara api.

Pembuatan gong. (Dokumentasi Pribadi)
Pembuatan gong. (Dokumentasi Pribadi)
Kami tidak bertemu dengan pemilik pengrajin gamelan karena sedang bepergian, agak disayangkan karena tidak mendapat informasi akurat tentang pembuatan gamelan ini.

Jam 11.10 WIB kami keluar dari pengrajin gamelan Palu Gongso menuju UKM pembuat alkohol (pemandu menyebutnya ciu) di desa Bekonang, Mojolaban Sukoharjo. Matahari bersinar terik, Mas Ajib memutuskan untuk melewati jalan lebih dekat.

Jalan yang dilewati kali ini tidak semuanya mulus, jalan tanah di antara sawah kami lewati ratusan meter sebelum bertemu lagi jalanan aspal. Perjalanan hanya 10 menit tapi terasa lama, selain panas, kami juga sudah mulai kecapaian. Sebelum sampai di tempat pembuatan alkohol, kami mampir dulu minum es kelapa muda.... padahal jaraknya tinggal 200 meter.

Rute bike tour (Dok. Dimas Suyatno).
Rute bike tour (Dok. Dimas Suyatno).
Lagi enak bersantai di bawah pohon sambil menikmati es kelapa muda, mendung datang dengan cepat membawa gerimis. Rombongan langsung bergerak ke UKM pembuatan alkohol.

Tidak banyak yang bisa saya korek dari UKM ini, usaha pembuatan alkohol memiliki izin pemerintah. Hasil fermentasi dari tebu ini katanya dikirim ke Jawa Timur.

Pembuatan alkohol. (Dokumentasi Pribadi)
Pembuatan alkohol. (Dokumentasi Pribadi)
Inilah akhir perjalanan bike tour di Solo dan Sukoharjo yang menempuh jarak 10,2 kilometer (versi Samsung). Terima kasih kepada Komposono, Mas Ajib Bond, dan Triponyu, jangan kapok mengajak kami lagi ya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun