Kali ini kami melewati jalan antar desa yang lumayan ramai. Meskipun relatif sepi tapi beberapa kendaraan bermotor memacu dengan cepat. Saya kurang leluasa mengendarai sepeda, takut diserempet motor. Salah seorang kompasianer yang sudah berada di depan tiba-tiba mampir ke rumah penduduk, saya kurang tahu apa yang dia cari. Tapi saya juga ikut berhenti beberapa meter kemudian, tergoda memotret peserta yang bersepeda di belakang.
Dua peserta turut berhenti di samping kami, salah seorang dari mereka berseloroh, “Rakuat aku.”
Wajahnya pucat, sepertinya dia sakit. Beruntung masih ada Pokdarwis yang mengendarai motor menghampiri kami berempat. Dia pun membonceng motor menuju lokasi ketiga, pembuatan keris pusaka. Kami bertiga lalu mengikuti mereka, ternyata tempatnya hanya 100 meter dari tempat kami berhenti.
Di tempat pembuatan keris, peserta tersebut mengaku kelelahan kehabisan tenaga, dan ingin muntah. Dia merasa salah menggunakan sepeda sehingga tenaganya terkuras sebelum perjalanan berakhir. Saya pikir dia kurang siap jika Dolan Wisata Jelajah Malangan akan menguras tenaga dengan sepeda, dia juga sehari-hari tidak terbiasa naik sepeda, meskipun yang dinaikinya sepeda gunung. Sebenarnya saya juga tidak tahu di Malangan akan menjelajahi dusun dengan sepeda karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya, bersyukur saya tidak ngedrop.
Cukup lama rombongan Dolan Wisata berada di sini, cuaca mulai panas karena sinar matahari mulai menembus awan hingga ke bumi. Saya mengambil sebotol air minum yang telah disediakan agar terhindar dari dehidrasi.
Saya hanya mengikuti rangkaian pembuatan keris ketika keris ditempa dalam bara api kemudian dipukul agar padat dan pipih, selebihnya saya istirahat di teras rumah untuk memulihkan tenaga. Rombongan Dolan Wisata beruntung dapat melihat pembuatan keris, karena blogger “tim 9” yang datang sebelum kami tidak bisa melihatnya karena memang tidak sedang membuat keris.
Usai shalat Dhuhur di masjid depan rumah empu pembuat keris, rombongan kembali ke sekretariat untuk makan siang. Saya masih kuat mengayuh sepeda, meskipun disalip beberapa peserta yang ngebut karena sudah lapar.
Berakhir sudah penjelajahan saya dengan sepeda di Desa Wisata Malangan, karena setelah makan siang lokasi terakhir Dolan Wisata ditempuh dengan berjalan kaki. Tempat tersebut adalah pabrik kerajinan bambu Tunggak Semi yang sudah berumur 70 tahun.
Awan hitam terlihat di langit timur, cuaca makin panas pertanda akan turun hujan. Sebelum berpisah, rombongan berfoto bersama sebagai bukti pernah ke Malangan.