Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengukir yang Hilang

19 Mei 2024   22:00 Diperbarui: 19 Mei 2024   23:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ayah?" Abil mengangguk cepat. Sementara gadis itu menatapnya begitu dalam, seolah siap untuk menyelaminya.

"Tapi sayangnya saya tidak seberuntung kamu. Sampai detik ini seseorang yang saya jadikan panutan memang ada di sini, tapi raganya telah tiada." Gadis itu mengucapkannya seraya mendekatkan tangannya di dada. Abil terdiam, otaknya bekerja dua kali lebih keras dari biasanya. Beberapa detik membisu, ia paham dan langsung menunduk dalam, pandangannya mengabur.

"Ah, Maaf." Bayyinah menggeleng mendengar permintaan maaf itu. Kemudian mengusap jejak bening yang sempat jatuh membasahi pipinya.

"Tidak apa-apa. Bukankah kematian memang berita yang benar adanya?" Jedanya sejenak. Berusaha untuk mengumpulkan keberanian dalam mengatakan rangkaian kata yang telah disusun rapi kepada gadis yang berada di hadapannya.

"Seperti yang ada dalam surah Ali-Imran ayat 185. Bahwa tiap--"

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan Abilukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." Abil menatap tidak percaya. Bagaimana mungkin gadis itu tahu, itulah yang dipikirkannya sekarang. Dia berbeda. Sepertinya gadis itu paham agama, tapi ada sejuta trauma yang membuatnya melepas keyakinannya.

"Saya tidak tahu bagaimana latar belakangmu dan masa kelam apa yang telah menimpamu. Namun, sepertinya kembali bersujud pada Sang Pencipta adalah jalan terbaik." Gadis itu terdiam. Binar matanya berkaca-kaca. Entah karena hawa dingin sehingga membuat netranya terasa perih atau memang hatinya benar-benar tersayat akan kalimat itu. Ah, lagipula entah mendapatkan keberanian dari mana, tiba-tiba Abil mengatakannya.

"Benarkah?" Setelah sekian lama membisu, Bayyinah berhasil merangkai kata demi kata, gadis itu akhirnya mengatakan seraya menoleh. Bayyinah sedikit mengucek iris matanya yang berair. Sementara pria itu hanya mengangguk kepala pelan.

"Saya rasa kamu salah. Saya bukan yang terbaik." Pernyataan itu membuat Abil merasakan sesuatu yang berbeda, seperti bukan gadis pemabuk yang pertama kali ia temui.

"Hanya Allah yang tahu mana yang terbaik. Setiap manusia itu bisa berubah. Bukankah Allah sebaik-baiknya Sang Pembolak-balik hati manusia?"

"Apakah saya bisa berubah?" Sekali lagi Abil menyelami manik hitam gadis yang terbaring di sampingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun