Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Mutiara dalam Kerang

1 Januari 2024   20:25 Diperbarui: 1 Januari 2024   20:40 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dinara. Soal permintaan terakhir Salsa--"

"Tidak, Mas. Dinara tidak bisa." Seperti tidak ingin memberikan pria itu kesempatan berbicara, Dinara memangkas kalimat Faiz dengan sempurna. Seperkian detik kemudian gadis itu menundukkan kepala setelah menatap wajah pria di sampingnya tanpa keraguan.

"Baiklah. Saya juga belum siap untuk membagi cinta." Telak. Pengakuan pria itu menciptakan desir perih di dadanya. Berharap kembali? Tidak. Namun, Dinara juga tidak bisa berbohong jika sampai detik ini perasaan itu masih bersemi. Bahkan ia sulit untuk membuka hati.

"Tapi jika saya boleh meminta. Apakah kamu mau menjadi Halimatus Sa'diyah untuk putri saya?" Dinara membelalak. Hatinya mencelos mendengar kalimat itu. Bagaimana ini, haruskah Dinara mengiyakan permintaan Faiz?

"Dengan senang hati, Mas." Gadis itu mengucapkannya setelah menganggukkan kepala. Ia melakukan ini bukan supaya bisa dekat dengan Faiz. Namun, ia melakukannya untuk Acha dan mendiang sahabatnya.

Seperti inilah hidup. Kata orang hidup adalah pilihan dan pilihan itu telah Dinara putuskan. Keputusan yang selama dua hari ini menjadi perbincangannya dengan Allah. Selama itu pula, Dinara tidak pernah mengaitkan perasaannya dengan siapapun. Meski sulit, ia yakin bahwa akan ada kemudahan. Bukankah Allah telah menjelaskan dalam firmanya, bersama kesulitan ada kemudahan. Pepatah mengatakan, akan ada pelangi setelah hujan. 

Pelangi mengajarkan setelah kesedihan akan ada kebahagiaan. Dari sini kita dapat memetik pelajaran bahwa setelah adanya kesedihan dan kemuraman, kebahagiaan akan segera mengganti semua kesedihan tersebut sebagai obatnya.

Lagipula mencintai tak harus memiliki bukan? Seperti kisah cinta Salman Al Farisi RA yang menunjukkan bahwa perilaku ikhlas itu tidak terbatas oleh apa pun. Keikhlasan itu dibuktikan dengan kerelaan dirinya melihat pujaan hatinya menikah dengan orang lain. Bahkan, ia ikhlas memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi wanita itu. Ini hanya perihal bagaimana kita bisa ikhlas dan tabah dalam menerima takdir dari Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui mana yang terbaik bagi hamba-Nya.

"Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun