Misalnya, jika pada tahap sebelumnya anak menganggap berbohong adalah salah dalam segala situasi, maka pada tahap ini anak memandang berbohong tidak selamanya salah. Perbuatan ini dianggap benar jika terdapat alasan yang dapat diterima.
kemudian tahapan kognitif dalam hal ini direlevansikan dengan perkembangan moral dlam suatu karya Piaget (1932) yang berjudul Theory of Moral Development yang selanjutnya disetujui serta dikembangkan oleh seorang psikolog anak pula yang bernama Lawrence Kholberg (1958). Kholberg dalam hal ini menggunakan metode storytelling daripada Piaget melalui kisah Heinz.Â
Dalam kasusnya istri dari Heinz sedang mengalami sakit yaitu kanker yang sudah parah dan segera membutuhkan pertolongan serta obat untuk membantu menyembuhkannya.Â
Salah satu kimiawan telah menemukan obat penawarnya. Akan tetapi Heinz mengingingkan untuk membelinya namun kimiawan tersebut malah menaikkan dengan harga 10 kali lipatnya sehinga tidak ada uang untuk menebus obat tersebut. Heinz berinisiatif untuk mencuri obat tersebut dari sang kimiawan. Nah, dari kasus tersebut apa yang akan kalian lakukan jika dihadapkan pada situasi tersebut?
Teori Perkembangan Moral Kholberg
Berdasarkan kasus diatas, Kholberg kemudian mengembangkan pemikirannya dengan meneliti kasus tersebut dan setelahnya ia mengelompokkan hal yang mendasari teori perkembangan moral berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan moral menurut Piaget. Kholberg (1955) membaginya menjadi tiga kelompok penalaran moral yakni ;
- Tahap moralitas pra-konvensional
Tahap ini dialami oleh anak usia 4-9 tahun. Ciri khas yang terdapat pada tahap ini adalah anak tunduk pada aturan yang berlaku di lingkungan. Perilaku pada diri anak dikendalikan oleh akibat yang muncul pada perilaku tersebut, yaitu hadiah dan hukuman.Â
Pada tahap ini juga dibagi menjadi 2 yakni tahap yakni moralitas heteronom yang merupkan tahap pertama, dimana dalam hal ini berupa tahap penalaran moral yang berkaitan dengan punishment (hukuman). Dan yang kedua relativistik hedonisme yakni penalaran individu yang mementingkan diri sendiri. Contoh: anak tidak lupa untuk mengerjakan tugas takut dimarahi orang tuanya, serta anak berperilaku baik agar mendapat hadiah atau pujian dari orang tua.
- Tahap konvensional
Tahap ini dialami oleh anak usia 9-13 tahun. Pada tahap ini perilaku anak timbul dari kesepakatan yang dibuat bersama lingkungan anak sebagai bentuk penyesuaian diri.Â
Contoh: anak melakukan perbuatan tertentu karena ingin diterima atau bermain bersama teman sebayanya. Pada tahap ini pula dibagi menjadi 2 yakni ekpetasi interpersonal mutual yang merupakan hubungan dengan oranglain. Dan tahap berikutnya yakni moralitas sistem sosial yang berarti pemahaman keteraturan di masyrakat.
- Tahap pascakonvensional
Tahap ini dialami oleh anak di atas usia 13 tahun yang telah mampu mengendalikan perilakunya dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegangnya. Anak memutuskan suatu tindakan moral alternatif dan menjajaki pilihan-pilihan.Â