Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Food Bank bagi Warga Belanda yang Alami Krisis Keuangan

26 November 2016   17:23 Diperbarui: 26 November 2016   20:02 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Food Bank/image volkskrant.nl

Atau, bisa terjadi mereka di luar gedung food bank saling bertukar isi paket. Dan ini memang jalan yang paling terbaik oleh karena setiap insan berusaha juga membantu orang lain dalam situasi yang sama untuk tetap bisa makan guna menyambung kehidupan. Sisi lain segi kemanusiaan di luar gedung. Saat-saat yang penuh emosional untuk melihatnya. 

Sejak krisis ekonomi yang menerjang Eropa tahun-tahun yang silam, maka imbasnya memang masih belum 100% hilang. Meskipun pemerintah Belanda berusaha melalui kabinetnya untuk memecahkan persoalan kemanusiaan warga negaranya, sampai saat ini belum seluruhnya berhasil mengurangi pertumbuhan food bank yang demikian subur.

Dua tahun terakhir ini, pertumbuhan food bank sudah seperti jamur. Permasalahan bukan hanya datang dari warga negara Belanda rendah pendapatan, tetapi juga akibat drama epidemi asylum sejak pecahnya perang di Lybia dan Syria dan pertikaian Timur Tengah. Permasalahan asylum yang ditolak suakanya belum seluruhnya 100% selesai. Untuk kembali ke negerinya mereka sudah tak bisa lagi oleh karena negeri asalnya tidak lagi mau menerima mereka, dan tinggallah mereka secara ilegal di negara asing. Tak punya rumah, tak boleh bekerja, tak punya pendapatan pasti, tak bisa pulang ke negerinya. Inilah problematik itu dimana pertumbuhan food bank demikian pesat.

Menyapa, bagaimana Indonesia? Apakah memungkinkan gerakan food bank ini? Adakah anda tergerak hati nuraninya untuk sekedar berbagi guna meringankan beban kemiskinan sesama. Mengusap derita sesama memang  mengetuk hati kita yang paling sensitif sebagai manusia. Entahlah,  apakah kita kuat untuk menghadapinya. Sekali lagi saya mengetuk … tok … tok. Senang bisa berbagi pemikiran.

(da261116.nl)

Admin, thanks ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun