Mohon tunggu...
Cuzzy Fitriyani
Cuzzy Fitriyani Mohon Tunggu... lainnya -

wanita sangat biasa ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Seorang Pelacur

28 Oktober 2014   07:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:29 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap hari Nirma tinggal di rumahnya, semakin lama semakin neraka tampak padanya. Dia menyaksikan perbudakan, air mata dan rayuan dari ibunya. Dia ingin melarikan diri, karena ia diajarkan untuk menjadi pemberontak oleh ibunya. Dia memberontak, karena ia diajarkan untuk berjuang oleh ibunya. Ya, dalam hatinya hanya ada ibunya yang dia anggap sebagai penyebab segalanya. Namun, ia terus berpegang pada benang harapan ketika dunia memudar darinya. Mungkinkah?

Seperti biasa, Nirma berada di kamarnya, menyaksikan perbudakan manusia, mendengar pukulan dan suara teriakan dari orang yang sangat ia kenal. Ya, teriakan orang yang sebenarnya sangat ia cintai.

"Tidak", pikirnya, "ini harus diakhiri! Aku tidak akan membiarkan ibuku mati di neraka. Aku tidak akan lagi menanggung kegilaan dari kebiadaban ini ... Aku harus kabur dari sini. "

Dia pergi ke dapur diam-diam, mengambil pisau dan menyembunyikan dibalik pakaian yang ia kenakan. Lalu dia pergi ke ruang di mana ibunya meronta dengan binatang itu.

Di luar ruangan, dia berhenti sejenak, seolah-olah dalam dilema. Ah sudahlah!! Sepertinya ia berdoa kepada Tuhan untuk pengampunan untuk apa yang akan dia lakukan. Tapi kesedihan yang mendalam dan kebencian menguasai nalarnya. Tidak ada kekuatan dan tidak ada alasan dapat mencegahnya.

Dia membuka pintu, ia melihat ibunya, di tempat yang paling sengsara. Dia melihat predator itu, menatap matanya dengan penuh dendam. Dendam yang mendidih di dalam dirinya mengubahnya menjadi batu yang keras. Dia tidak bergeming sedikit pun, tetap menatap dengan seksama pada orang akan dia serang. Marah karena diganggu, predator itu bergegas melangkah menghampiri Nirma. Dengan tangan yang penuh amarah, mengepal dan siap untuk mendorong Nirma keluar dari ruangan. Tapi sebelum ia bisa menyentuh Nirma, pisau itu menghujam dadanya, menguras kehidupannya.

Pria itu berusaha menjerit, dan tetap masih bertahan setelah beberapa waktu, sampai akhirnya nafasnya berhenti.

Nirma menatap wajah mayat didepannya, nyanyian kemenangan ia lantunkan dalam dada.

Saat ia mulai menikmati kemenangannya, jeritan ketakutan dari ibunya berdering keras di telinganya. Dia berbalik menghadap ibunya. Seorang wanita yang penuh memar di tubuhnya akibat siksaan seumur hidup, jiwa yang lemah karena ditolak keberadaannya.

Teriakan ibunya itu seperti pengkhianat terhadap kemenangannya. "Ibu yang membuatku melakukan ini!" Ia berteriak pada ibunya, dan pasang surut keinginan naik ke dalam dirinya yang menuntut kebebasan ya belum bisa ia redakan.
Dia mengambil pisau yang masih berdarah, berjalan perlahan menuju ibunya. Ada air mata di matanya, sesak membungkam dadanya. Ibunya meringis ketakutan, tapi Nirma diam-diam menaruh pisau ke samping dan memandang ke arah mata ibunya.

"Aku cinta Ibu", katanya, suaranya bergetar. "Tapi aku lebih cinta impianku. Ibu, maafkan aku! "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun