Alfaina Dica Putri Kumala
210503110099
Perbankan Syariah
      Kita ketahui bahwa masa pandemi ini tidak mudah bagi kebanyakan orang. Pandemi ini berpengaruh besar pada masyarakat, terutama pegawai-pegawai yang hanya bergantung pada pekerjaan tersebut. Banyak orang yang kehilangan pekerjaannya. Bukan hanya pada masyarakatnya tapi, berdampak juga pada negri ini. Pasalnya, negara Indonesia saat ini merupakan negara yang masih berkembang. Belum lagi diadakannya peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang disingkat sebagai PPKM.
      Salah satunya adalah usaha ternak ikan nila menggunakan bioflok. Bioflok adalah salah satu teknologi budaya ikan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan ikan. Bagi sebagian orang, istilah bioflok masih belum terlalu familiar dibandingkan dengan teknik budidaya ikan nila lainnya. Usaha ternak ikan nila ini, termasuk usaha yang terkena dampak pandemi ini. Riset yang saya teliti ini, adalah riset yang berada di Kabupaten Blitar tepatnya di Kelurahan Nglegok, Kecamatan Nglegok. Daerah dengan suhu berkisar 20 derajat C sampai 31 derajat C. Tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.
      Ikan nila adalah salah satu ikan yang mudah dibudidayakan serta ikan yang banyak digemari oleh masyarakat umum. Usaha ternak ikan nila yang digeluti Bapak Candra ini beliau mulai sejak November 2019. Latar belakang beliau menggeluti usaha ini tak lain adalah untuk menambah penghasilan keluarga. Awal memulai bisnis ini, beliau mengeluarkan modal kurang lebih 25 juta rupiah. Modal ini digunakan antara lain untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kolam, membayar pekerja, membeli benih-benih ikan, membeli aerator, obat-obatan, membuat sumur dan pakan ikan itu sendiri. Alasan beliau menternakkan ikan nila ini dengan sistem bioflok adalah yang pertama, memaksimalkan lahan yang ada, kedua menghemat pakan ikan, ketiga lebih menghemat air, dan yang terkhir adalah produktifitas lebih tinggi.
      Kolam ikan ini buat dengan diameter berukuran 3 meter. Dan isi setiap kolam kurang lebih 1000 ekor  dengan ukuran setiap ekornya berkisar 4 - 4,5 cm.  Dalam setiap kolam dibedakan menurut waktu pemasukan benih kedalam kolam. Ikan dipanen ketika sudah memasuki usia antara 6 - 7 bulan. Dan harga jual sekarang sekitar Rp. 20.000 perkilogram dengan 4 - 5 ekor ikan nila. Pernah beliau memanen ikan hingga 1 kwintal. Karen pandemi ini, harga ikan nila turun jauh dari harga sebelum pandemi  Rp. 25 - 27 ribu perkilogramnya. Dan harga ikan nila selama pandemi ini menjadi Rp. 20 - 22 ribu perkilogramnya.
      Dalam menjalankan usaha ini beliau mengalami kendala-kendala antara lain yang pertama, kurangnya pengetahuan yang beliau ketahui tentang ternak ikan ini. Kedua, modal yang tidak sedikit untuk memulai usaha ini. Yang kita ketahui modal awal untuk membuka atau memulai bisnis ini membutuhkan biaya yang tidaklah sedikit.
      Yang dilakukan beliau setiap harinya untuk merawat ikan ini adalah pagi sekitar jam 7-8 memberi makan ikan nila. Sore sekiar jam 4-5 memberi makan untuk kedua kalinya. Jadi, dalam sehari beliau memberi makan ikan nila sebanyak dua kali. Mengecek kecukupan air didalam setiap kolamnya. Dan juga mengecek aerator. Adapun pengeluaran listrik yang digunakan  Rp. 150.000 setiap bulannya. Dan pakan membutuhkan 3 karung untuk 12 kolam selama satu bulan dengan harga pakan per karungnya sebesar Rp. 325.000. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pakan setiap bualannya adalah Rp. 975.000. Sedangkan biaya air yang digunakan beliau untuk mengisi kolan ikan ini cuma-cuma karena menggunakan pompa air.
      Selain kelebihan dari budidaya ikan nila ini, ada juga kelemahan dari penggunaan budidaya dengan teknik bioflok ini. Masalah utama biasanya ada di pengetahuan peternak pada pengetahuan budidaya bioflok ini yang masih kurang, sehingga budidaya dengan sistem bioflok tidak maksimal. Selain itu, sistem ini juga memerlukan alat khusus yaitu berupa aerator yang harus aktif setiap waktu. Jika sistem ini berhasil, akan menguntungkan peternak hingga 15 kali lipat dibandingkan dengan kolam biasa. Bahkan jika ikan tersebut mati sebanyak 3 persen akan tetap mendapatkan untung.
      Dalam memulai suatu usaha tidak ada yang instan langsung kaya. Akan tetapi, dirintis dari bawah. Dibangun dengan sungguh-sungguh, selalu mengoreksi apa yang salah, memperbaiki segala kekurangan dan mencari tahu bagaimana usaha itu berkembang diluar sana. Setelah kita tahu bagaimana mengembangkan bisnis tersebut, tugas kita adalah mengembagkan bisnis tersebut dan memperthankannya. Sesuatu yang kita bangun dengan sabar dan penuh ketekunan akan membuahkan hasil. Proses tidak akan menghianati hasil atau hasil tidak akan menghianati proses. Akan tetapi yang harus kita ingat bahwa dibalik itu semua ada yang sudah mengaturnya. Sekalipun kita sudah mengusakannya dengan semaksimal mungkin. Tugas kita hanyalah berusaha dan berdoa. Semua yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai takdir yang telah ditentukan-Nya.
      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H