Di Kala Ku berdoa
Oleh Elviani
Di kala ku berdoa
Di kala rasa damai di hati
Di kala ku berdoa
Air mata ini jatuh
Satu-satu di pipi
Di kala ku berdoa
Kusadari siapa diriku!
Tidak putih, Tuhan
Ketika ku berdo'a
Kudengar bisikanmu menyejukan
Seakan menghapus keresahan
Hatiku
Terima kasih Tuhan
Atas kasih sayang-Mu padaku
Dalam bait bait puisi yang ada pada"Di kala ku Berdoa" ciptaan Elviani memiliki nilai-nilai yang sangat dalam terutama untuk anak-anak yang masih belajar dan membutuhkan bimbingan terhadap agama yang menurut mereka Pengertian tenetang Tuhan adalah sesuatu yang masih samar-samar.
Pada bait pertama kita dibertahukan bahwa dengan berdoa maka hati kita menjadi damai, yang mana dalam hal ini kita dapat mengajarkan anak-anak bahwa jika anak tersebut sedang merasakan kesedihan dan kegundahan hati kita. Mengajak anak tersebut supaya berdoa dan menanamkan pemikiran tersebut sejak dini. Dengan adanya konsep berdoa dalam agama dan kepercayaan masing-masing maka akan menimbulkan rasa rendah diri dan taat akan ajaran agama pada diri anak tersebut.
Dengan memahami puisi diatas baik orang dewasa maupun anak-anak yang sedang belajar mengenal lebih dekat dengan konsep ketuhanan maka akan timbul akan rasa rendah diri yang mana harus dimiliki setiap orang. Serta dengan adanya pemikiran rendah diri terhadap diri sendiri para pembaca merasakan bahwa terdapat zat yang lebih tinggi dari manusia yaitu tuhan.
Dengan berdoa atau beribadah juga menjadikan sebuah moment berkomunikasi dengan zat yang maha segalanya. Dengan demikian terangkatlah beberapa beban pikiran yang dimiliki dan berharap dengan berkomunikasi teresbut mendapatkan jalan keluar yang mungkin suatu saat langsung terelesaikan tanpa kita rasakan.
Kita juga harus mengenal arti doa menurut ahli nya, misalnya menurut Syekh Ali Baras beliau menyebutkan beberapa makna dalam berdoa diantaranya
1. Orang awam (pada umumnya) memandang doanya sebagai alat pengabulan permohonan mereka. Mereka menjadikan terwujudnya permintaan mereka sebagai puncak dan tujuan akhir doa mereka. Jelas lapisan orang awam berada pada kelalaian, kerendahan himmah, dan sedikit adab di hadapan Allah,
2. Orang khawash (orang tertentu) memaknai doa sebagai perwujudan kehambaan. Mereka mengartikan doa sebagai ibadah belaka, bahkan murni ibadah semata. Kelompok ini mendapat rahmat Allah karena Allah mendorong mereka melalui doa untuk beribadah sebagai puncak keinginan dan kesenangan mereka. Mereka senantiasa bermunajat dengan Allah melalui pemaknaan mereka atas doa,
3. Orang khawashul khawash (hamba Allah paling istimewa) memandang doa sebagai sambutan dan keramahan Allah SWT terhadap mereka. Orang khawashul khawash tidak memiliki tujuan, permintaan, permohonan perlindungan apapun dalam doa mereka. Mereka dengan doa hanya menyukai jawaban atau talbiyah Allah, senang “berdampingan” dengan-Nya, dan menikmati “perbincangan” dengan-Nya. (Syekh Ali Baras, 2018 M: 134).
(Syekh Ali bin Abdullah bin Ahmad Baras, Syifa’us Saqam wa Fathu Khaza’inil Kalim fi Ma’nal Hikam, [Beirut, Darul Hawi: 2018 M/1439 H], halaman 132).
(Di kala ku Berdoa, Elviani)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H