“apakah aku pantas ya dengan Amel yang begitu baik, tekun, rajin, aktif,dan yang terutama dia sangat tekun terhadap beribadah, nah sedang kan aku Anak yang nakal, suka buat onar, nyusahin orang tua. Apakah Amel mau menerima ku?”
“Apakah hari ini terakhir dia mengingatkan tentang ku Untuk beribadah? Dan aku tidak mau ini terjadi, meskipun nanti Amel tidak menerimaku, aku ingin Hubungan pertemanan ku dengan Amel tetap terjalin.” Ucap Ahmad dalam hati
Beberapa waktu kemudian Ahmad menerima balasan dari Amel,dan kemudian Ahmad pun mulai bergemeteran, dan Ahmad harus bisa menerima apa yang jadi keputusan Amel nantinya.
“Waalaikumussalam, iya ada apa?, iya omongin saja.
“Jadi gini Mel”. Sepatah kata dari Ahmad
“gini gimana Mad, kalau ngomong yang jelas, jangan diputus putus” ucap Amel
“Jadi aku tu suka sama kamu Mel, Namun hal itu aku pendam dalam hati, sebenarnya aku suka sama kamu itu sudah lama, akan tetapi aku itu malu untuk ungkapinya.” Ucap Ahmad
“ ooo jadi gitu ya Mad”. Ucap Amel singkat
“ iya gini ya Mad, bukannya aku nggak suka sama kamu, akan tetapi aku ini menganggap kamu hanya sebagai teman saja Mad nggak lebih, karena apa kamu sudah tau kan prinsip ku yang dulu pernah aku omongin ke kamu” jelas Amel kepada Ahmad
“ya sekarang aku ngerti Mel, aku juga sadar diri kok Kalau mana ada gadis yang tekun, ulet, rajin beribadah, dan yang memiliki cita cita tinggi. Mau dengan anak Brandalan seperti aku ini Mel, hehe.” Ucapa Ahmad
“Bukannya begitu Mad, sebenarnya kamu itu juga bisa menjadi orang yang baik kalau kamu mau merubah dirimu sendiri menjadi yang lebih baik. Ya sekarang intinya kita itu berteman saja, itu lebih baik dari pada kita memiliki hubungan yang lebih dari kata teman nanti bisa menjadi masalah pada masa depan kita”ucap Amel sambil menegur Ahmad