Krisis! Krisis! Krisis!!!.
Mungkin saat ini kata (Krisis) yang selalu hadir dalam pikiran dan membayang-bayangi setiap kehidupan semua orang. Sehingga mulai timbul rasa kekhawatiran, panik, takut dan binggung apa yang harus dilakukan.
Secara History, sebenarnya krisis sudah ada sejak lama dan bahkan selalu menghantui sepanjang hari selagi kita hidup di Dunia dan mungkin (Krisis) hanya di rasakan oleh masyarakat Ekonomi lemah.
Tetapi untuk saat ini 'KRISIS' bukan hanya dialami masyarakat Ekonomi lemah, tetapi juga secara menyeluruh baik itu masyarakat Desa maupun Kota, Miskin maupun kaya, Masyarakat biasa maupun  kalangan elit, semua merasakannya. Dan Krisis saat ini bukan hanya terjadi di satu Daerah atau Negara, seperti gempa Bumi (Tsunami, Longsor, dan lain-lain). Tetapi untuk kali ini 'KRISIS' dialami oleh hampir semua Negara yang ada di Dunia.
Ini bukti, bahwa KRISIS bukan hanya sekedar kata-kata, tapi kengerian yang bermain di imajinasi setiap orang dan akan berdampak pada setiap kehidupan nyata.
Dampak dari krisis akan terlihat ketika seseorang/Masyarakat dalam bertahan hidup tidak tau apa yang di lakukannya lagi untuk melanjutkan keberlangsungan hidupnya.
Apalagi dengan adanya Virus Corona (Covid19) yang sangat berpengaruh di semua aspek, baik kesehatan, ekonomi, sosial maupun politik.
Ini akan menambah beban yang semakin berat pada masyarakat, baik secara material maupun moril, bukan hanya itu. Stigma sosial yang dibangun di tengah masyarakat dan di dukung oleh pemberitaan melaui media sosial (Facebook, WhatsApp, IG, dll) yang tidak benar (Hoax) karena di salah gunakan oleh pengguna yang tidak bertanggung jawab, yang keseharian lebih suka menyebarkan kata-kata provokatif kepada sesama, dari pada membangkitkan semangat dari keterpurukan.Terus ditambah dengan  tidak ada kejelasan dari pemerintah, kapan akan berakhir Covid19 ini.
Pastinya akan timbul banyak pertanyaan-pertanyaan setiap orang dalam benak. Seperti; Apa yang harus kulakukan saat keadaan semakin krisis? Bisakah aku bertahan? Bagaimana dengan aktivitas-ku (Pekerjaan, sekolah dll)? Bagaimana dengan keluarga-ku? Kalau keadaan seperti ini yang tanpa ada kejelasannya kapan akan berakhir, apa yang akan terjadi kedepan? Mampu kah saya bertahan?
Semua tidak tahu apa yang harus dilakukan. Terus semua aktivitas  diluar rumah di batasi oleh pemerintah dengan anjuran "Stay home" untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid19.
Karena Covid19 ini sangat cepat reaksinya pada tubuh manusia dan bisa mematikan. Bahkan sampai saat ini untuk masyarakat yang sudah terkonfirmasi positif Covid19 khususnya di Indonesia kurang lebih  9095-an, meninggal 765, sembuh 1.151 per 27 April 2020 kemarin.
Data yang ada diatas masih bersifat fleksibel, karena tidak ada kepastian apakah Covid19 ini akan berhenti bergerak di 9000-an atau bertambah (Semoga berhenti).
Secara otomatis, mau tidak mau semuanya harus mengikuti anjuran pemerintah yaitu Dirumahkan, aktivitas dilakukan dari Rumah, baik itu bekerja, sekolah, kuliah bahkan beribadah.
Tetapi, anjuran yang dibuat pemerintah (Stay Home) tidak akan bisa terjamin kalau semua masyarakat akan melakukannya dengan baik.
Anjuran ini "Stay home" membuat dilemahkan dikalangan masyarakat ekonomi lemah yang profesi sebagai buruh dan lainnya, apa lagi kebutuhan dan permintaan hidup semakin meningkat, sementara persediaan mulai menipis. Otomatis realisasi 'Stay Home'seperti anjuran pemerintah tidaklah efektif dilakukan.
Jika, masyarakat melakukan 'Stay Home' sesuai anjuran pemerintah dan di sediakan semua kebutuhan oleh pemerintah sembilan bahan pokok (Sembako) untuk persediaan beberapa bulan kedepan kepada masyarakat ekonomi lemah. Mungkin bukan hal yang sulit untuk dilakukan.
Tetapi, sampai saat ini semua kebijakan pemerintah untuk memberikan kebutuhan Sembako dan lainnya kepada masyarakat, masih belum tersalurkan secara merata di daerah-daerah tertentu, ada daerah yang lain masyarakat-nya sudah mendapatkan, sementara yang lain masih bersifat narasi yang berkeluyuran di udara, tidak tau kapan akan mendarat dan menyampari pada masyarakat.
Padahal, Â hal-hal yang penting seperti ini sebenarnya harus di utamakan dan dilakukan secepat mungkin.Â
Karena bukan tidak mungkin, banyak masyarakat pasti sudah melakukan 'Stay Home' dari mulai adanya informasi dari pemerintah terkait Covid19. Tetapi, bantuan yang rencana diberikan oleh pemerintah belum juga muncul.
Memang benar, masalah anggaran bukanlah hal yang langsung di putuskan dengan mudah. Tetapi, kalau keadaan seperti ini, pemerintah harus lebih cepat tanggap, agar penyebaran Covid19 ini tidak lagi menyebarluaskan di tengah masyarakat dan menimbulkan korban-korban selanjutnya, cukup dengan jumlah korban hari ini yang sudah tercatat.
"Kami tahu cara menghidupkan kembali Ekonomi. Yang kami tidak tahu adalah bagaimana menghidupkan kembali orang yang mati," kata Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo.
Ini adalah salah satu sifat pemimpin yang lebih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dari pada ego, dan Ia tidak mau masyarakatnya mati karena Corona.
Bagaimana dengan pemimpin-pemimpin kita, yang lebih banyak memberikan surga telinga dari pada tindakan nyata.
Kapan-kah semangat pemimpin kita menyalurkan bantuan dengan cepat kepada masyarakat seperti masa-masa melakukan kampanye politik. Akan-kah semangat itu masih ada? Atau semangat itu hanya sebatas moment dimana agar bisa mendapatkan hak suara rakyat untuk mengantarkannya ke kursi Singasana? Ataukah lupa kalau Posisi yang sekarang mereka tempati itu semua karena hak rakyat? Miris!!
Semoga hati parah pemimpin secara cepat tergerak untuk menyalurkan kebutuhan yang di tunggu-tunggu Masyarakat. Rakyat akan selalu bersabar, dan berdoa.
#Lawan Covid19 bersama dengan selalu ikut anjuran pemerintah 'Stay Home'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H