Mohon tunggu...
Damang Averroes Al-Khawarizmi
Damang Averroes Al-Khawarizmi Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya penulis biasa yang membiasakan diri belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Dari Anak Petani untuk Bupati Sinjai (Sabirin Yahya)

20 September 2014   06:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:10 1654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bapak bupatiku di Sinjai, kuakui mesti kita tidak pernah ketemu, kau jua tidak mengenalku. Ah... apa peduli pula kau dengan diriku seorang anak petani, sepertiku ini. Kau hanya pernah meluangkan waktu mengunjungi kampungku di Desa  Talle, saat engkau kemarin berharap agar orang-orang di sini menjatuhkan pilihan untuk namamu. Semua itu engkau lakukan. Sekiranya agar  dirimu tidak gagal lagi dalam pertarungan menuju kursi Bupati  Sinjai. Kutahu dari semua kabar yang tersiar, lawanmu adalah dari calon kuat anak tiri sang Bupati sebelumnya Rudianto Asapa. Tapi toh takdir memang sudah berada digaris tanganmu. Akhirnya engkau terpilh sebagai orang ternama di Kabupaten yang kaya akan sumber daya alam ini.

Aku kecewa, ah.... bukan, aku hanya menyesal di saat orang-orang, di kampung kami, keluarga saya rata-rata memilihmu. Sebab kau tidak juga mampu berbuat apa-apa, seperti bupati-bupati sebelumnya, sepeninggalan mereka tidak ada yang bisa kami saksikan, kalau kabupaten kami adalah kabupaten maju, terpandang, Bupatinya meraih penghargaan di mana-mana. Sama sekali jauh semua dari harapan-harapan itu.

Bupatiku sekarang, Sabirin Yahya, yang sudah tua merenta, aku selalu berdoa semoga engkau sehat selalu, umurmu dipanjangkan oleh Yang Maha Kuasa. Agar kami semua wargamu, dapat menyaksikan segala kapasitasmu pula, bahwa kami percaya pernah memilihmu untuk membangun kabupaten kecil ini.

Bapak Bupatiku! tahukah engkau, meski tidak perlu kita berdebat, mana daerah yang paling luas. Kabupaten Sinjaikah? Atau kabupaten Bantaengkah? Tidak seberapa luas kabupaten Bantaeng, bahkan kalau kita mau menyoroti sumber daya alam yang terdapat di daerahmu, juga daerahku. Bisa dikatakan dua kali lipat perbandingannya dengan daerah Sinjai. Apa sih yang tidak ada di Sinjai wahai Bapak Bupatiku yang malang? Tongkatpun kau tanam di kampung ini, pun akan tumbuh saking suburnya daerahmu.

Bapak Bupatiku. Apa perlu semua kusebutkan satu-persatu kekayaan kampung kita mulai dari ujung barat, timur, selatan, utara, semua punya potensi untuk dikembangkan. Mungkin saja engkau tidak memiliki kemampuan manageria, menata dan mengelola kabupaten sekaya ini. Semoga saja dugaanku ini salah. Kau adalah orang hebat, kader dari binaan partai Demokrat, sampai dirimupun ikut-ikutan menyingkat namamu menjadi SBY. In syaa Allah bukan Susilo Bambang Yudhoyono tapi Sabirin Yahya.

Maaf Bupatiku, yang kukagumi. Jika untuk sementara kau gagal memimpin kabupaten Sinjai. Seolah-olah engkau hendak menjadi sosok SBY. SBY yang mengatur dan memimpin 31 Provinsi bisa dikatakan memiliki beberapa catatan baik. Tapi dirimu mengatur satu kabupaten saja, belum ada tindakanmu yang nyata.

Kembali pada kekayaan kita pak Bupati. Semoga anda sudah membaca semua hasil kekayaan alam kampung kita. Anda tidak hanya tinggal di kantor. Duduk manis, sambil menyeruput kopi. Tapi lupa mengurusi segala sumber daya kabupaten yang pernah engkau janji dengan kemajuan. Hingga hari ini, tindakan nayatamu bisa dikatakan, maaf kalau semua janjimu itu dulu "bulsyiit" bagiku pribadi.

Sinjai, kota kecil ini, semua kekayaan alam dimiliki. Di  Sinjai Selatan ada tanaman Cengkehnya, ada tanaman ladanya, sampai buah rambutan, durian, manggis, langsat semuanya melimpah. Sinjai Borong; ada peternakan sapi perahnya, ada kebun tembakaunya. Sinjai utara ada lautnya, yang memiliki hasil laut juga melimpah. Lalu sinjai Barat, di sanalah sayur-sayuran dan segala bahan dapur adalah sumbernya. Sekarang, kau dimana? apa kerjamu wahai bapak bupati; Sabirin Yahya? Melihat semua kekayaan alam itu. Engkau tidak memiliki tindakaan meningkatkan pendapat asli daerah Sinjai. Terlalu "bodohkah" dirimu untuk menjalin kerja sama dengan para investor, guna memasarkan semua hasil kekayaan alam tersebut.

Aku curiga, jangan-jangan engkau merebut kursi Bupati, tidak ada memang kemauanmu untuk membenahi Sinjai. Kini aku ragu dengan kepemimpinanmu yang tidak pernah menyentuh segala kehidupan masyarakat kita.

Bapak Bupatiku!!!

Jalan-jalanlah ke kampungku, di dusun Batuleppa, Desa Talle. Ada sesuatu ingin kutanyakan kepadamu. Maukah engkau melihat warga di kampung Batuleppa semua warganya pada kaya? Jelas engkau pasti mau, sebab hanya jawaban konyol jika engkau menolaknya. Namun apa lacur mereka dapat menjadi kaya. Ketika pertaniannya tidak pernah engkau peduli. Seingatku dahulu, sejak aku masih Mahasiswa tahun 2004 hingga tahun 2009, hasil pertanian lada kami cukup melimpah. Kini, melimpahnya hasil pertanian lada itu hanya kenangan. Hampir semua dalam jangkauan berhektar-hektar perkebenunan lada ludes habis, mati diserang penyakit busuk akar. Bapak Bupatiku, apa kau peduli dengan masalah petani itu! Omong kosong jika engkau peduli, karena sampai sekarang petani-petani di sana tetap menanam kembali bibit lada, bantuan dan tenaga ahli pertanian yang mestinya turut mengajari petani cara bercocok tanam lada, agar tanaman itu tidak selalu diserang penyakit busuk akar. Sumbangsimu tidak ada sama sekali alias nihil.

Bapak Bupatiku. Terlalu banyak jika aku harus menceritakan semua, sumber daya pertanian yang dapat engkau kelola, tapi kau tidak peduli. Pohon Kakao, saya yakin juga jumlahnya berhektar-hektar di sini, tapi apa mau dikata, pohon tersebut juga sudah diserang buah menghitam dan membatu. Sehingga pada akhirnya, juga tidak dapat di panen oleh para petani.

Kini, petani di kampung kami hanya hidup pas-pasan. Padahal semua kekayaan pertanian itu jika bapak bupati punya kemampuan mengelolanya, bukan hanya petaninya yang kaya, tapi jelas akan menambah pendapat asli daerah kita.

Satu lagi pak. Semoga ini berita terakhir untukmu. Kami tinggal di daerah pegunungan. Saat kau mencalonkan diri sebagai Bupati, katanya jalan-jalan masuk ke daerah persawahan, kau akan memperbaikinya. Cukuplah melimpah hasil persawahan kami pak, berkarung-karung padi milik petani. Tetapi sungguh aku kasian kepada petani di sana, saat keluargaku, tetanggaku, bahkan aku terlibat di dalamnya, memikul padi yang berkarung-karung di daerah tanjakan, kami pada bercucur keringat menempuh perjalanan jauh, tidak ada kendaraan yang bisa masuk di lorong jalan ke daerah persawahan itu. Lagi dan lagi pak bupati, aku selalu miris melihat nasib kami sebagai petani. Tulang punggung kami terasa sakit, bahkan terasa ingin patah demi memikul jumlah padi yang berkarung-karung itu. Maaf pak bupatiku, bapak Sabirin. Ini memang hanya untuk kepentingan kami dari hasil sawah kami sendiri. Tapi andai kami tidak berpikir untuk menjualnya, apakah bapak bisa membanggakan Sinjai yang punya padi berlimpah.

Kubisikkan kepadamu, wahai bapak Bupatiku yang terhormat. Karena kampung kami sudah tidak semelimpah dulu pertaniannya. Banyak dari anak-anak tetanggaku, mereka semua ingin melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, namun orang tuanya tidak mampu, karena hasil pertaniannya sudah tidak lagi sebanyak dulu.

Suatu waktu, aku pernah melihat anak tetanggaku; anaknya menangis karena orang tuanya melarang kuliah. Sang ayah berkata kepada anaknya: "mengertilah wahai nak, apa yang bisa kubiayakan untukmu kuliah, semua kebun lada kita sudah tidak ada, ada pohon kakao namun buahnya tidak ada yang dapat dipanen, jadi mengertilah, karena tidak mungkin kita punya ladang akan dijual, nanti kita mau hidup dari mana dan makan apa???".

Wahai bapak Bupatiku. Saat engkau memiliki hati nurani, aku hanya punya kemampuan mengetuk nuranimu melalui surat ini. Bangunlah kabupaten Sinjai menjadi indah, megah nan jaya, agar rakyatnya menjadi sejahtera. Salamku ke padamu, semoga engkau bisa menunaikan harapan-harapan kami, dan semoga pula  di panjangkan umurmu selalu, oleh Yang  Maha Kuasa.

Salam hangatku, untukmu BPK Bupati: Sabirin Yahya.

Dari aku

Seorang anak petani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun