Mohon tunggu...
Damang Averroes Al-Khawarizmi
Damang Averroes Al-Khawarizmi Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya penulis biasa yang membiasakan diri belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Kedua Untuk Bupatiku di Sinjai

26 September 2014   00:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh yang membuat saya amat tersinggung dan terpukul atas berita seorang kawan, di jejaring sosial ketika ia mengatakan "rumah jabatan sudah tertidur", katanya bapak sebagai pimpinan daerah jarang berkantor,  di kantor daerah. Aku berusaha untuk tidak percaya atas berita itu. Tetapi jikalau benar, amat miris hatiku mendengarnya. Bukankah ini adalah amanah dan tanggung jawabmu, wahai Bupatiku yang kukagumi.

Selebihnya, banyak pula warga yang mempertanyakan keberadaanmu, tidak pernah memunculkan batang hidungmu, dalam setiap perayaan hari besar Sinjai. Engkau kemana bapak Bupatiku saat itu? Sehingga tak ada waktumu untuk bersua bersama mereka. Terlalu sibukkah dirimu selama ini?

Sudahlah, jangan kita mengorek masa lalu, membandingkan dengan pendahulu-pendahulu sebelumnya. Kalau memang Persin, kemarin tidak sukses meraih juara pada perhelatan Porda di Kabupaten Bantaeng, masih ada waktu di lain hari mungkin kita bisa menang.

Saya ingin menutup surat ini, dengan sebuah cerita yang benar-benar membuat bulir air mataku, pribadi, sulit kubendung. Tat kala beberapa bulan lalu, aku menyaksikan seorang anak SMA, di kampungku sendiri. Kulihat anak itu meminta uang transport untuk berangkat ke sekolahnya, di SMA Bikeru.  Tapi sang ibu berkata "nak se-senpun ini sekarang tidak ada uangku". Anak itu lalu pergi, dan mengatakan kepada Ibunya; "iya mak, tidak apa-apa kalau tidak ada, saya jalan kaki saja." Beruntunglah sang anak masih punya nenek, saat sang anak meninggalkan ibunya, neneknya mengejar seraya berteriak 'ini ada uangku, tunggu saya".

Mungkin cerita ini terlalu sedih bagiku sebagai anak petani walau kini aku sudah menyandang gelar sarjana, pernah juga merasakan situasi demikian. Sebagai manusia yang terlahirkan, adikodrati dikaruniai ketegaran dan kelembutan. Bapak Bupatiku, saya yakin engkaupun tergugah dengan cerita itu. Sebab itu, marilah Bapak membangun Sinjai, hadir dan membaur bersama mereka, bahwa tidak ada sekat yang bisa membatasi untuk kita semua, agar kita bisa tertawa bersama.

Salam Hormatku, Bapak Bupatiku: Sabirin Yahya

Dari aku

anak petani yang sudah sarjana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun