Perkembangan teknologi yang pesat di era Society 5.0 telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kerja. Dengan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi, muncul kekhawatiran mengenai profesi yang terancam punah. Namun, peluang baru juga bermunculan bagi mereka yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Meskipun otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) semakin berkembang, beberapa jenis pekerjaan yang memerlukan keterampilan manusia yang lebih kompleks dan interaktif diperkirakan akan terus relevan dan bahkan berkembang. Pekerjaan yang berfokus pada kreativitas, pemikiran kritis, dan kemampuan sosial adalah jenis profesi yang memiliki prospek cerah di era ini. Profesi-profesi ini tidak hanya mengandalkan keahlian teknis, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan sosial dan teknologi yang terus berkembang. Terlebih lagi, era ini menuntut individu untuk memiliki keterampilan unik yang sulit digantikan oleh teknologi.
Apakah teknologi informasi dapat menjadi peluang karier yang aman?
Salah satu sektor yang diprediksi akan tetap eksis adalah teknologi informasi (TI). Profesi seperti pengembang perangkat lunak, analis data, dan spesialis AI terus dicari, karena meskipun otomatisasi memungkinkan efisiensi, inovasi dan pemecahan masalah kompleks tetap membutuhkan sentuhan manusia. Menurut Brynjolfsson dan McAfee (2014), manusia diperlukan untuk merancang dan mengelola sistem yang menjadi dasar otomatisasi itu sendiri. Keahlian dalam data science, analisis data besar, dan pengembangan AI semakin penting, terlebih untuk menciptakan solusi yang inklusif dan lebih baik. Dengan prospek yang cerah ini, TI menjadi salah satu bidang karier yang relatif aman di masa depan.
Kreativitas di Era Digital: Peluang Profesi yang Tidak Mudah Tergantikan
Profesi yang melibatkan kreativitas dan pengembangan multimedia juga memiliki prospek cerah. Dengan kemajuan teknologi, desainer grafis, pengembang aplikasi, dan profesional pemasaran digital menjadi semakin dibutuhkan. Keterampilan menggabungkan kreativitas dengan teknologi, seperti dalam pembuatan konten digital interaktif, akan tetap dihargai. Mesin mungkin dapat mendukung proses teknis, tetapi kreativitas manusia dalam menyampaikan ide-ide unik tidak mudah tergantikan. Inilah yang membuat profesi ini tetap relevan, terutama dalam memenuhi kebutuhan akan pengalaman visual yang dinamis di era digital (Aryasatya & Wibawa, 2022).
Nasib Profesi yang Terancam oleh Otomatisasi
Kemajuan teknologi membawa kekhawatiran besar terhadap sejumlah profesi. Beberapa jenis pekerjaan dengan tugas repetitif, seperti kasir, pekerja pabrik, dan penulis data entry, cenderung digantikan oleh teknologi. otomatisasi dapat menyelesaikan pekerjaan ini dengan lebih efisien, sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga manusia. individu yang bekerja di bidang ini perlu mengembangkan keterampilan baru seperti kreativitas, empati, dan pemikiran kritis untuk tetap relevan di pasar tenaga kerja. Individu yang saat ini menempuh pendidikan atau pelatihan terkait pekerjaan ini menghadapi ketidakpastian jika tidak segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Kompetensi seperti kreativitas, empati, dan kemampuan menyelesaikan masalah kompleks menjadi kunci untuk tetap relevan. Tanpa langkah proaktif, masa depan profesi ini berisiko suram.
Pendidikan di tengah Teknologi: Apakah Guru Masih Dibutuhkan?
Profesi di bidang pendidikan diperkirakan tetap relevan meskipun teknologi pendidikan semakin berkembang. AI tutor dan pembelajaran daring dapat menggantikan beberapa aspek pengajaran, tetapi peran guru sebagai pembimbing, motivator, dan penginspirasi tetap tidak tergantikan. Guru yang mampu memadukan teknologi dengan metode tradisional akan kebih dibutuhkan di masa depan. Interaksi manusia dalam pendidikan memiliki nilai penting dalam membangun pemahaman dan hubungan yang mendalam, seperti yang diungkapkan dalam riset Aryasatya dan Wibawa (2022).
       Â
Profesi yang Semakin Dibutuhkan
Seiring meningkatnya penggunaan teknologi, profesi di bidang manajemen sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan keterampilan menjadi semakin penting. Profesi manajemen dan pengembangan keterampilan profesi yang berfokus pada pengelolaan sumber daya manusia, pelatihan digital, dan pengembangan keterampilan menjadi semakin penting. Kemampuan untuk membantu individu dan organisasi beradaptasi dengan perubahan teknologi menjadikan profesi ini tetap relevan di era Society 5.0
Solusi untuk Mencari Pekerjaan di Tengah Era Society 5.0
Berdasarkan jurnal Strategi dan Metode Pembelajaran Era Society 5.0 di Perguruan Tinggi* oleh Yudi Septiawan dan rekan (2020), terdapat beberapa poin penting yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam menghadapi tantangan era Society 5.0 untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sangat bergantung pada kemampuan tenaga pendidik untuk bertransformasi di era Society 5.0. Para guru dan dosen diharapkan mampu mengembangkan metode pembelajaran berbasis teknologi untuk menghadapi tantangan global. Hal ini bertujuan menyiapkan peserta didik agar mampu berpikir kritis, konstruktif, dan menerapkan teori dalam kehidupan nyata. Namun, kenyataannya, belum semua pendidik mampu menerapkan pendekatan tersebut, sehingga dibutuhkan dedikasi dan profesionalisme yang tinggi.
Menurut Oviyanti (2013), pendidik berkualitas berdampak positif bagi kemajuan pendidikan, karena menghasilkan peserta didik yang kritis, kreatif, inovatif, dan mampu memecahkan masalah. Oleh sebab itu, pendidik harus mampu memanfaatkan teknologi multimedia untuk membangun pendidikan berwawasan global. Abad ke-21 yang serba digital menuntut guru menguasai teknologi, sehingga mereka dapat mencari, mengelola, dan menyampaikan informasi dengan efektif.
Selain penguasaan teknologi, tenaga pendidik juga harus meningkatkan soft skills yang mendukung profesionalisme mereka. Kompetensi seperti berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, dan kreativitas adalah kunci utama. Menurut Huda (2018), kepribadian pendidik harus mencakup rasa tanggung jawab, percaya diri, inisiatif, serta kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan. Dengan mengembangkan High Order Thinking Skills (HOTS), pendidik diharapkan mampu menciptakan sekolah berbasis riset dan digital, sesuai dengan tuntutan Society 5.0.
Di sisi lain, penguasaan berbagai literasi juga menjadi fokus utama. Muliastrini (2019) menekankan pentingnya literasi sains, teknologi, informasi, dan finansial sebagai bagian dari kompetensi abad ke-21. Literasi ini tidak hanya mencakup penguasaan data dan teknologi, tetapi juga kemampuan memanfaatkannya untuk keberlanjutan manusia. Guru harus lebih cerdas dalam menyikapi perkembangan teknologi agar tidak kalah dengan muridnya.
Sebagai langkah nyata, berikut beberapa tips dan trik mempersiapkan pendidikan menuju era Society 5.0:
- Memanfaatkan Teknologi dalam Pembelajaran. Guru dan dosen dapat menggunakan platform digital untuk menyampaikan materi secara interaktif dan menarik. Rumah Belajar, misalnya, menyediakan berbagai fitur pembelajaran berbasis teknologi yang mendukung proses belajar mengajar (Arjunaita, 2020).
- Mengintegrasikan High Order Thinking Skills (HOTS) ke Kurikulum. Pendidik perlu melatih siswa berpikir kritis dan kreatif dengan memberikan tantangan yang mendorong pemecahan masalah kompleks.
- Meningkatkan Kompetensi Literasi Teknologi dan Informasi. Guru harus menguasai literasi digital agar mampu memanfaatkan sumber daya modern dalam proses pembelajaran.
- Mengembangkan Soft Skills untuk Kompetensi yang Tinggi. Kepribadian seperti percaya diri, inisiatif, dan kemampuan mengambil keputusan sangat penting dalam menghadapi perubahan zaman.
- Menyediakan Materi Pembelajaran Berbasis Aplikasi Nyata. Materi pembelajaran harus relevan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa dapat langsung merasakan manfaatnya.
Kesimpulan: Tantangan dan Peluang di Era Society 5.0
Meskipun otomatisasi dan AI memberikan efisiensi luar biasa, era Society 5.0 juga menuntut manusia untuk terus mengembangkan keterampilan yang lebih kompleks. Profesi yang mengandalkan kreativitas, pemikiran kritis, dan interaksi sosial diprediksi akan terus bertahan. Sebaliknya, pekerjaan dengan tugas repetitif berisiko tergantikan oleh teknologi. Oleh karena itu, tantangan utama di masa depan adalah bagaimana manusia dapat beradaptasi dan berinovasi untuk tetap relevan dalam dunia kerja yang semakin dipengaruhi oleh teknologi.
Referensi
Brynjolfsson, E., & McAfee, A. (2014). The Second Machine Age: Work, Progress, and Prosperity in a Time of Brilliant Technologies. W. W. Norton & Company.
Aryasatya, M., & Wibawa, A. (2022). Dampak Perkembangan Teknologi pada Era Society 5.0 terhadap Lapangan Pekerjaan. Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri, 3(2), 108-112. https://doi.org/10.17977/um068v2i32022p108-112
Muliastrini, N. Κ. Ε. (2019). Penguatan Literasi Baru (Literasi Data, Teknologi. Dan SDM/Humanisme) Pada Guru-Guru Sekolah Dasar Dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 131-138.
Oviyanti, F. (2013). Tantangan Pengembangan Pendidikan Keguruan di Era Global. Jurnal Pendidikan, 7(2), 270.
Arjunaita. (2020). Pendidikan di Era Revolusi Industri 5.0. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 179-196.
Huda, M. (2018). Kompetensi Kepribadian Guru Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasi Pada Mata Pelajaran Pai). Jurnal Penelitian, 11(2), 237-266, https://doi.org/10.21043/jupe.v11i2.3170
Septiawan, Y., Purandina, I. P. Y., Jumari, T., Ramlan, A. M., Dewi, N. P. C. P., Tafonao, T., Tambunan, T. S., & Arlotas, R. K. (2020). Strategi dan metode pembelajaran era society 5.0 di perguruan tinggi. 26-42
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H