Mohon tunggu...
Muhamad Zaky
Muhamad Zaky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Statistics Student at Airlangga University

I might not the most excelling student but I am the most eager when it comes to learing something new - My most favorite topics are Education, Entertainment, Environmentalism, and quite interested in Inovative Creation.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Analisis Perubahan Sosial dalam Film The Pianist (2002)

11 Desember 2024   21:45 Diperbarui: 11 Desember 2024   21:47 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papan Yang Bertuliskan "Yahudi Dilarang Masuk" digantung di Pintu Restoran (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)

Papan Yang Bertuliskan
Papan Yang Bertuliskan "Yahudi Dilarang Masuk" digantung di Pintu Restoran (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)

Seorang Pria Yang Terlihat Menggunakan Emblem Daud Harus Berjalan di Pinggir Jalan, Tidak Trotoar (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)
Seorang Pria Yang Terlihat Menggunakan Emblem Daud Harus Berjalan di Pinggir Jalan, Tidak Trotoar (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)

3.  Dinormalisasikannya Tindak Kekerasan Terhadap Umat Yahudi

Penyandang Disabilitas Dipaksa Menari (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)
Penyandang Disabilitas Dipaksa Menari (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)

Dapat dilihat dari gambar di atas, sejumlah pasukan penjaga mengolok-olok kaum Yahudi dengan menyuruh mereka untuk menari, tidak terkecuali bagi mereka yang menyandang disabilitas sekalipun.

Pria Lanjut Usia Pengguna Kursi Roda Dilempar dari Bangunan Tinggi Karena Tidak Bisa Berdiri (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)
Pria Lanjut Usia Pengguna Kursi Roda Dilempar dari Bangunan Tinggi Karena Tidak Bisa Berdiri (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)
Kekerasan yang dilakukan pun tidak memandang bulu, karena dalam cuplikan tersebut terlihat seorang kakek dilempar oleh SS Guard karena tidak menuruti perintah mereka untuk berdiri, padahal jelas bahwa sang kakek menduduki kursi roda yang berarti sudah tidak lagi menjadi kemampuannya untuk berdiri.

Wanita Ditembak Hingga Tewas Hanya Karena Bertanya (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)
Wanita Ditembak Hingga Tewas Hanya Karena Bertanya (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)
Ketika hendak beristirahat, kaum Yahudi diperintahkan untuk berkemas dan pergi sesuai arahan tanpa diberitahu kemana mereka
akan dibawa. Namun, seorang wanita dengan kepolosannya bertanya demikian dan ditembak mati di tempat oleh salah satu pasukan Jerman. Penembakan tersebut seakan-akan hal yang wajar bagi mereka bahkan tidak ada satupun penentangan baik dari pasukan itu sendiri ataupun kaum Yahudi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan terhadap telah dinormalisasi oleh pasukan Nazi Jerman pada masanya.

Pesan Moral

Dapat penulis simpulkan bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam film "The Pianist" merupakan bentuk dari perubahan regress yang dilatarbelakangi oleh peperangan dan ketidakstabilan demografi penduduk. Segala kekerasan yang terjadi dalam kejadian Holokaus memakan begitu banyak warga sipil yang jelas tidak bersalah, untuk itu penulis berharap agar penelitian ini dapat menyuarakan kepedulian dan meningkatkan rasa kemanusiaan bagi penulis pribadi dan umumnya untuk pembaca sekalian agar kita bisa bersama-sama melawan segala bentuk dari pelanggaran hak asasi dan hak alamiah; hak bagi manusia untuk hidup.

"Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Seperti itu dikatakan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tanpa mengesampingkan empati penulis terhadap genosida yang saat ini berlangsung di Palestina, benar bahwa tidak ada satu orang pun di dunia yang berhak merasakan penindasan dan penjajahan, tidak bagi kaum Yahudi sekalipun. Film ini mengajarkan penulis bahwa hanya perlu rasa kemanusiaan untuk kita dapat merasakan empati dan simpati terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia. Bukan kepentingan individu ataupun kepentingan kelompok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun