3. Â Dinormalisasikannya Tindak Kekerasan Terhadap Umat Yahudi
Dapat dilihat dari gambar di atas, sejumlah pasukan penjaga mengolok-olok kaum Yahudi dengan menyuruh mereka untuk menari, tidak terkecuali bagi mereka yang menyandang disabilitas sekalipun.
Kekerasan yang dilakukan pun tidak memandang bulu, karena dalam cuplikan tersebut terlihat seorang kakek dilempar oleh SS Guard karena tidak menuruti perintah mereka untuk berdiri, padahal jelas bahwa sang kakek menduduki kursi roda yang berarti sudah tidak lagi menjadi kemampuannya untuk berdiri.
akan dibawa. Namun, seorang wanita dengan kepolosannya bertanya demikian dan ditembak mati di tempat oleh salah satu pasukan Jerman. Penembakan tersebut seakan-akan hal yang wajar bagi mereka bahkan tidak ada satupun penentangan baik dari pasukan itu sendiri ataupun kaum Yahudi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan terhadap telah dinormalisasi oleh pasukan Nazi Jerman pada masanya.
Pesan Moral
Dapat penulis simpulkan bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam film "The Pianist" merupakan bentuk dari perubahan regress yang dilatarbelakangi oleh peperangan dan ketidakstabilan demografi penduduk. Segala kekerasan yang terjadi dalam kejadian Holokaus memakan begitu banyak warga sipil yang jelas tidak bersalah, untuk itu penulis berharap agar penelitian ini dapat menyuarakan kepedulian dan meningkatkan rasa kemanusiaan bagi penulis pribadi dan umumnya untuk pembaca sekalian agar kita bisa bersama-sama melawan segala bentuk dari pelanggaran hak asasi dan hak alamiah; hak bagi manusia untuk hidup.
"Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Seperti itu dikatakan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tanpa mengesampingkan empati penulis terhadap genosida yang saat ini berlangsung di Palestina, benar bahwa tidak ada satu orang pun di dunia yang berhak merasakan penindasan dan penjajahan, tidak bagi kaum Yahudi sekalipun. Film ini mengajarkan penulis bahwa hanya perlu rasa kemanusiaan untuk kita dapat merasakan empati dan simpati terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia. Bukan kepentingan individu ataupun kepentingan kelompok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H