Di era digital ini, data menjadi salah satu aset paling berharga. Namun, data mentah tidak memiliki banyak arti tanpa analisis yang tepat. Di sinilah machine learning (pembelajaran mesin) berperan. Salah satu fondasi penting dalam machine learning adalah memahami dua pendekatan utama dalam pembelajaran data: supervised learning dan unsupervised learning. Artikel ini akan menjelaskan konsep dasar keduanya, perbedaannya, serta contoh penerapan di dunia nyata.
Apa Itu Supervised Learning?
Supervised learning adalah jenis pembelajaran mesin di mana model dilatih menggunakan data berlabel. Artinya, setiap data masukan (input) memiliki pasangan dengan output yang benar. Tujuan dari supervised learning adalah untuk memprediksi output berdasarkan input yang baru.
- Contoh:
 Jika kita memiliki data tentang rumah (ukuran, jumlah kamar, lokasi) dan harga jualnya, model supervised learning dapat digunakan untuk memprediksi harga rumah berdasarkan fitur tersebut. Algoritma yang umum digunakan:
Regresi Linear
Decision Trees
Random Forest
Neural Networks
Aplikasi di dunia nyata:
Prediksi harga (seperti properti atau saham).
Deteksi penipuan di sektor keuangan.
Klasifikasi email menjadi "spam" atau "bukan spam".
Apa Itu Unsupervised Learning?
Berbeda dengan supervised learning, unsupervised learning tidak memiliki data berlabel. Model dilatih untuk menemukan pola atau struktur tersembunyi dalam data. Teknik ini berguna ketika kita tidak tahu apa yang harus dicari dalam data atau tidak memiliki output yang jelas.
Contoh:
 Dalam pemasaran, unsupervised learning digunakan untuk mengelompokkan pelanggan berdasarkan pola pembelian mereka tanpa mengetahui segmen sebelumnya.Algoritma yang umum digunakan:
K-Means Clustering
Hierarchical Clustering
Principal Component Analysis (PCA)
Aplikasi di dunia nyata:
Segmentasi pelanggan dalam bisnis.
Analisis pola genetik di bidang kesehatan.
Pendeteksian anomali, seperti mendeteksi transaksi mencurigakan
Kapan Menggunakan Supervised atau Unsupervised Learning?
Gunakan supervised learning jika Anda memiliki data berlabel dan ingin memprediksi sesuatu, misalnya memprediksi penjualan bulan depan.
Gunakan unsupervised learning jika Anda ingin memahami data tanpa mengetahui jawabannya terlebih dahulu, seperti menemukan pola belanja pelanggan.
Studi Kasus: Supervised vs. Unsupervised Learning
 1. Supervised Learning - Deteksi Penipuan
Bank menggunakan supervised learning untuk mendeteksi penipuan dengan melatih model pada data transaksi (berlabel "penipuan" atau "bukan penipuan"). Model ini kemudian dapat mengidentifikasi transaksi mencurigakan secara real-time.
2. Unsupervised Learning - Segmentasi Pelanggan
Sebuah perusahaan e-commerce ingin meningkatkan personalisasi. Dengan menggunakan clustering (unsupervised learning), mereka mengelompokkan pelanggan berdasarkan kebiasaan belanja untuk menciptakan kampanye pemasaran yang lebih efektif.
Kesimpulan
Supervised dan unsupervised learning adalah dua pilar penting dalam pembelajaran mesin. Meskipun memiliki perbedaan mendasar, keduanya saling melengkapi dalam menganalisis dan memahami data. Dengan memahami kedua pendekatan ini, Anda dapat memilih metode yang tepat untuk memaksimalkan nilai dari data yang Anda miliki.
Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan wawasan bagi Anda yang ingin memulai perjalanan di dunia data dan machine learning.
Ditulis oleh: Fanisa Stafianti Putri, Aisyah Rizkia Kinanti, Muhammad AlfianÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H