Mohon tunggu...
Vania Puteri Yuanka
Vania Puteri Yuanka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya orang yang suka membaca dan senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Seni Musik Kendang Jimbe dalam Ekstrakulikuler Karawitan SDN Sumberjo 01

30 Mei 2024   08:56 Diperbarui: 30 Mei 2024   08:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENERAPAN SENI MUSIK KENDANG JIMBE DALAM EKSTRAKULIKULER KARAWITAN SDN SUMBERJO 01

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki penerapan seni musik kendang jimbe dalam kegiatan ekstrakurikuler karawitan di SDN Sumberjo 01. Dengan latar belakang penerapan Kurikulum 2013 yang mengintegrasikan seni musik ke dalam proses pembelajaran untuk menginspirasi kreativitas siswa, penelitian ini menjadi relevan untuk mengeksplorasi manfaat dari pembelajaran seni musik kendang jimbe serta implementasi seni musik pada pendidikan sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan desain studi kasus, melibatkan siswa-siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan, guru pembimbing ekstrakurikuler, dan orang tua siswa sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara, dan studi dokumen terkait kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler. Data kemudian dianalisis secara kualitatif dengan pengorganisasian, reduksi, interpretasi, dan penarikan kesimpulan. Validitas penelitian dijaga melalui triangulasi data, sementara etika penelitian dipertimbangkan dengan memperoleh izin dari pihak sekolah dan persetujuan dari semua peserta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kendang jimbe di SD memberikan manfaat yang luas bagi siswa, tidak hanya dalam mengembangkan keterampilan musik, tetapi juga dalam meningkatkan kreativitas, keterampilan berpikir, koordinasi motorik, dan rasa percaya diri. Implementasi seni musik dalam kurikulum sekolah dasar juga membantu dalam pembentukan karakter siswa, apresiasi terhadap budaya lokal, dan pengembangan minat serta bakat dalam musik tradisional Indonesia.
Kata Kunci: Seni Musik, Kendang Jimbe, Karawitan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 mengenai Penerapan Kurikulum 2013, pelaksanaan kurikulum di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 bertujuan untuk membangun kesejahteraan berbasis peradaban, di mana modal sosial, budaya, serta pengetahuan/keterampilan dijadikan sebagai fondasi peradaban untuk menciptakan sumber daya manusia yang sejahtera (Mukminan, 1998).
Seni musik, termasuk dalam Pembelajaran Seni Musik, juga diimplementasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari proses pembelajaran yang menginspirasi anak-anak untuk menjadi kreatif dan mengungkapkan diri sesuai dengan tahap perkembangannya. Pembelajaran Seni Musik diintegrasikan ke dalam bidang Seni Budaya dan Prakarya (SBP), dipelajari secara terpadu dengan mata pelajaran lain, dan disesuaikan dengan tema dan subtema yang telah ditetapkan (Jamalus, 1988).
Pada prinsipnya, tujuan pendidikan musik di semua tingkatan pendidikan serupa. Pembelajaran musik di sekolah bertujuan untuk: (1) membangkitkan apresiasi seni pada tingkat tertentu pada setiap anak melalui pemahaman musik, respon terhadap musik, kemampuan berekspresi melalui musik, sehingga memungkinkan mereka untuk memperluas pemahaman terhadap dunia sekitarnya; (2) mengembangkan kemampuan menilai musik melalui aspek intelektual dan artistik yang sesuai dengan warisan budaya mereka; dan (3) memberikan dasar untuk melanjutkan studi ke tingkat pendidikan musik yang lebih tinggi (Prawiradilaga, 2008).
Tujuan pendidikan musik di sekolah dasar adalah untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian siswa (Rusydie, 2011). Diharapkan bahwa melalui kegiatan bermusik, sensitivitas estetis dan nilai-nilai positif dapat membentuk perilaku, sikap, dan karakter siswa. Dalam konteks ini, penekanan utama diberikan pada upaya pembentukan kepribadian siswa dalam pembelajaran musik di sekolah, yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk menciptakan manusia yang beriman, beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia, memiliki kecerdasan, kreativitas, inovasi, dan tanggung jawab, serta kemampuan komunikasi sosial yang baik dan kesehatan yang prima untuk menjadi individu mandiri.
Oleh karena itu, dalam proses pengajaran dan pembelajaran musik di sekolah, siswa perlu mengalami berbagai aktivitas musik, seperti mendengarkan, bermain, menyanyi, membaca not balok, dan mengekspresikan gerakan sesuai dengan musik. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memiliki pemahaman yang komprehensif tentang ekspresi lagu yang diajarkan. Dengan memahami unsur-unsur musik seperti irama, melodi, harmoni, bentuk, gaya, dan ekspresi, sebagai bagian dari pengalaman bermusik, diharapkan siswa juga akan menyadari pentingnya musik dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, integrasi pembelajaran musik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah ke dalam kurikulum sekolah dianggap sebagai sarana pembentukan perilaku, sikap, dan karakter siswa yang sejati.

1.2. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini yakni:
1.Bagaimana manfaat yang diterima oleh siswa-siswi SD dengan mempelajari seni musik Kendang Jimbe?
2.Bagaimana implementasi seni musik pada pendidikan Sekolah Dasar (SD)?

1.3. Tujuan Penelitian
Dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan penelitian pada penelitian ini yakni:
1.Mengetahui manfaat yang diterima oleh siswa-siswi SD dengan mempelajari seni musik Kendang Jimbe.
2.Mengetahui implementasi seni musik pada pendidikan Sekolah Dasar (SD).

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Seni Musik
Seni merupakan proses ekspresi melalui kreativitas, sensitivitas, dan imajinasi. Tanpa kemampuan kreatif yang dipengaruhi oleh perasaan, seni tidak akan ada. Karya seni manusia muncul dari kekuatan kreasi seniman yang mencurahkan intuisi dan pengalaman batinnya. Seni memiliki potensi untuk memberikan kegembiraan karena dapat menyegarkan dan menenangkan indera kita serta membuat kita merasa lebih nyaman. Karya seni dapat membantu kita melampaui ketegangan, kekhawatiran, dan berbagai ketidaknyamanan yang dapat mengganggu pikiran dan perasaan kita (Agung, 2010).
Seni tidak hanya menjadi hak prerogatif orang kaya atau yang berkecukupan, tetapi juga merupakan kebutuhan bagi orang miskin atau yang hidup dalam kesulitan. Asal-usul kata "musik" berasal dari bahasa Yunani, musike. Kata "musike" berasal dari kata "muse", yang merujuk kepada sembilan dewi Yunani yang dipimpin oleh dewa Apollo, yang menjadi pelindung seni dan pengetahuan (Djohan, 2005). Dalam mitologi Yunani kuno, musik dipandang sebagai keindahan yang berasal dari kedermawanan para dewa Yunani, yang diwujudkan dalam bakat musik. Namun, musik juga merupakan hasil dari akal manusia dalam bentuk konseptual atau teori, tidak hanya sebagai hadiah atau bakat dari para dewa. Musik tidak hanya memengaruhi emosi atau perasaan, tetapi juga membangkitkan rasio atau akal manusia. Ada berbagai pendapat yang mendefinisikan tentang musik.

2.2. Kendang Jimbe
Kendang jimbe merupakan alat musik perkusi yang sering digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari komunitas musik reggae, acara keagamaan, hingga sebagai bagian dari pengiring musik modern atau sebagai dekorasi dalam ruangan. Salah satu ciri khas yang paling mencolok dari kendang ini adalah bentuknya yang berbeda dari alat musik perkusi lainnya.
Meskipun kendang jimbe sangat populer di Kota Blitar, minat beli masyarakat terhadap alat musik ini cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh persepsi bahwa desain dan tampilan kendang jimbe cenderung monoton dari waktu ke waktu. Hasil dari survei awal menunjukkan bahwa konsumen menginginkan atribut tambahan dan peningkatan fungsi dari produk kendang jimbe yang sudah ada saat ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan kualitas untuk menghasilkan produk baru yang lebih dapat diterima di pasar.
Kendang jimbe yang diproduksi oleh Industri Kecil di Kelurahan Tanggung merupakan salah satu kerajinan khas Blitar yang cukup terkenal, baik di dalam maupun luar negeri. Bahan utama yang digunakan untuk membuat kendang ini adalah kulit kambing, tali khusus jimbe, dan kayu mahoni. Namun, ada kekhawatiran bahwa bahan baku utama, khususnya kayu mahoni, akan sulit ditemukan jika eksploitasi terus menerus dilakukan. Selain itu, dampak dari kegiatan produksi ini juga akan berdampak pada lingkungan secara langsung.

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki penerapan seni musik kendang jimbe dalam kegiatan ekstrakurikuler karawitan di SDN Sumberjo 01. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan deskriptif dengan desain studi kasus untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang konteks spesifik di mana penerapan seni musik kendang jimbe terjadi. Subyek penelitian meliputi siswa-siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan, guru pembimbing ekstrakurikuler, dan orang tua siswa.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik. Pertama, peneliti akan melakukan observasi langsung terhadap proses pembelajaran seni musik kendang jimbe dalam kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Selain itu, wawancara akan dilakukan dengan guru pembimbing ekstrakurikuler, siswa yang mengikuti kegiatan, dan orang tua siswa untuk mendapatkan sudut pandang mereka tentang penerapan seni musik kendang jimbe. Peneliti juga akan mengumpulkan informasi dari dokumen-dokumen terkait, seperti kurikulum ekstrakurikuler, catatan kegiatan, dan evaluasi hasil pembelajaran.
Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif. Proses analisis akan melibatkan pengorganisasian, reduksi, interpretasi, dan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Validitas penelitian akan dijaga melalui triangulasi data, sementara reliabilitas akan diperkuat dengan melakukan pencatatan yang teliti dan transparan selama proses penelitian. Prinsip-prinsip etika penelitian, termasuk hak-hak privasi dan anonimitas peserta, akan diperhatikan dengan cermat, dan peneliti akan memperoleh izin dari pihak sekolah serta meminta persetujuan dari semua peserta yang terlibat sebelum memulai penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Seni Musik di Sekolah Dasar
Pengajaran musik di tingkat Sekolah Dasar (SD) menjadi krusial dalam mengenalkan siswa pada berbagai aspek musik, termasuk pengenalan terhadap alat musik tradisional seperti kendang jimbe. Dalam menyusun kurikulum musik untuk tingkat SD yang melibatkan pengajaran kendang jimbe, pendekatan yang komprehensif perlu diterapkan dengan memperhatikan Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang mencakup berbagai aspek penting dalam belajar musik, khususnya kendang jimbe (Muhammad, 2010).
Rencana pengajaran kendang jimbe di SD tidak hanya menekankan pada pemahaman teori musik secara umum, tetapi juga pada pengalaman praktis yang melibatkan siswa secara langsung dalam bermain alat musik tersebut (Mulyasa, 2003). Misalnya, dalam konteks irama kendang jimbe, siswa tidak hanya belajar mengenali dan memahami pola irama secara teoritis, tetapi juga didorong untuk merasakan irama melalui pengalaman musik, menciptakan gerakan irama dengan menggunakan tangan pada membran kendang, dan bahkan membuat pola-pola irama sederhana dengan kendang jimbe (Mulyasa, 2007).
Siswa diperkenalkan dengan konsep dasar melodi dalam konteks kendang jimbe, di mana mereka belajar untuk merasakan gerakan melodi dengan memainkan berbagai pola ritmis pada kendang jimbe (Pramono, 2015). Mereka juga diajarkan untuk menciptakan pola-pola melodi sederhana dengan menggunakan berbagai teknik memukul kendang jimbe yang berbeda. Di samping itu, pembelajaran tentang harmoni dalam konteks kendang jimbe juga menjadi penting, di mana siswa tidak hanya belajar tentang harmoni secara teoritis, tetapi juga diberi kesempatan untuk merasakan harmoni melalui pemahaman musik, mendukung lagu-lagu sederhana dengan alat musik harmoni, dan memahami notasi harmoni dengan sederhana.
Pengajaran kendang jimbe di SD tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan bermain musik, tetapi juga memiliki dampak yang luas terhadap perkembangan anak dalam berbagai aspek. Melalui pengalaman bermain kendang jimbe, siswa dapat mengembangkan kreativitas, meningkatkan keterampilan berpikir, memperkuat koordinasi motorik, dan membangun rasa percaya diri mereka. Selain itu, pengajaran kendang jimbe juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai budaya lokal dan mengembangkan apresiasi terhadap seni dan budaya tradisional.
Dengan demikian, pengajaran kendang jimbe di SD bukan hanya tentang memperkenalkan siswa pada alat musik tradisional, tetapi juga tentang membentuk individu yang sensitif terhadap seni, memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai musik tradisional, dan dapat mengaplikasikan keterampilan musik mereka dalam berbagai konteks kehidupan. Oleh karena itu, peran guru dalam pengajaran kendang jimbe sangatlah penting, karena mereka memiliki kesempatan untuk membentuk pengalaman musik yang bermakna bagi siswa dan menginspirasi mereka untuk mengembangkan minat dan bakat mereka dalam musik tradisional Indonesia (Munandar, 1999).

Kreativitas Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar
Pembelajaran musik, terutama dalam konteks mempelajari alat musik kendang jimbe, menjadi lebih efektif dan menarik saat diterapkan pendekatan PAIKEM (Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Mengidentifikasi serangkaian aspek yang penting untuk dipahami dan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran siswa (Asmani, 2011). Aspek-aspek ini mencakup pengenalan potensi siswa, memberikan tanggung jawab, menghargai ide-ide siswa, mendorong kesuksesan, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dalam konteks pembelajaran kendang jimbe, penting bagi guru untuk mengidentifikasi potensi dan minat siswa serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan bakat mereka. Dengan memberikan tanggung jawab dan dukungan saat diperlukan, guru dapat memotivasi siswa untuk terus maju dan mengembangkan keterampilan bermain kendang jimbe mereka. Selain itu, penghargaan terhadap ide-ide dan gagasan siswa yang mungkin kurang berkembang dapat membantu membangun kepercayaan diri mereka dalam belajar musik.
Kreativitas juga menjadi kunci dalam pembelajaran musik, terutama dalam mengajarkan kendang jimbe (Sternberg, 1999). Aktivitas musikal yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai dimensi musik, seperti persepsi, visual, auditori, dan logika, dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang alat musik tersebut. Selain itu, eksplorasi alat musik yang tidak konvensional, seperti menggunakan barang-barang sehari-hari untuk membuat alat musik, dapat memunculkan kreativitas siswa dalam bermusik dan membantu mereka memahami konsep musik secara lebih mendalam.
Dengan menerapkan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran kendang jimbe, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang menarik, interaktif, dan memotivasi siswa untuk belajar dengan antusias (Suprijono, 2009). Melalui pendekatan ini, pembelajaran musik bukan hanya menjadi keterampilan teknis, tetapi juga menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa, yang akan membantu mereka mengembangkan potensi musikal mereka secara menyeluruh.
Metode pembelajaran musik yang bersifat konvensional, seperti hanya mempelajari lagu-lagu secara pasif atau belajar teori musik tanpa praktik langsung, dapat menghambat pemahaman yang komprehensif tentang musik pada anak-anak. Hal ini juga bisa mengakibatkan ketidakmampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan musik secara praktis dan menggali potensi atau bakat musikal mereka. Terdapat perbedaan yang signifikan antara minat siswa yang terlibat dalam pembelajaran musik dengan sentuhan kreativitas dan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.
Siswa yang terlibat dalam pembelajaran musik yang melibatkan unsur kreativitas, mampu melihat hal-hal dari sudut pandang yang berbeda, menggabungkan informasi yang mungkin tidak terkait, dan menghasilkan solusi atau gagasan yang baru dan orisinal. Mereka menunjukkan kemampuan berpikir yang fleksibel dan inovatif, serta memiliki kecenderungan untuk menemukan solusi yang kreatif dalam memecahkan masalah. Selain itu, partisipasi dalam pembelajaran musik yang kreatif juga memberikan kesenangan dan kegembiraan kepada siswa, karena mereka diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri dan berkreasi melalui musik (Syah, 2004).

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) saat ini masih belum sepenuhnya mengadopsi teori-teori Piaget, Bruner, dan Vygotsky dalam proses pengajaran, terutama dalam konteks pembelajaran alat musik kendang jimbe. Umumnya, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah, menyajikan teori tanpa pengalaman praktis, dan mengarahkan siswa hanya untuk menyanyikan lagu-lagu tanpa memanfaatkan media pembelajaran. Dampaknya, proses pembelajaran menjadi terlalu abstrak dan tidak sesuai dengan tingkat pemikiran konkret anak-anak, sehingga sulit bagi mereka untuk memahami dan mengaplikasikan materi pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dari para guru untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efisien dan efektif.
Realitas pembelajaran yang cenderung abstrak ini memerlukan perubahan. Guru-guru perlu diberi pemahaman, keterampilan, dan kesadaran untuk mengubah proses pembelajaran menjadi lebih konkret. Langkah ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai hasil yang lebih optimal sesuai dengan standar pembelajaran yang ada. Guru-guru seni musik, khususnya yang mengajar alat musik kendang jimbe, juga perlu mendapatkan pembinaan yang terus-menerus agar mereka dapat memasukkan unsur kreativitas dalam pembelajaran. Sekolah juga sebaiknya menyediakan fasilitas yang memadai bagi siswa untuk belajar seni musik dengan lebih leluasa.

5.2. Saran
Dalam meningkatkan profesionalisme, guru harus memiliki perencanaan yang matang, strategi pembelajaran yang efektif, dan mampu mengakomodasi berbagai kompetensi anak. Mereka harus siap beradaptasi dengan metode pembelajaran yang terkini sesuai dengan perubahan zaman dan tuntutan globalisasi. Selain itu, setiap aktivitas yang dilakukan oleh guru harus memperhatikan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan mereka. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan akan terjadi peningkatan profesionalisme guru serta peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Iskandar. (2010). Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta Timur: PT. Bestari Buana Murni.
Asmani, Jamal Ma'mur. (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Jogjakarta: Diva Press.
Brocklehurst, B. (1971). Response to Music: Principles of Music Education. London: Alden & Mowbray Ltd.
Djohan. (2005). Psikologi Musik. Yoyakarta: Buku Baik.
Jamalus. (1988). Pengajaran Musik melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Depdikbud.
Muhammad, As'adi. (2010). Deteksi Bakat dan Minat Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Garailmu.
Mukminan, dkk. (1998). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar, U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pramono, O. (2015). Temukan Sedini Mungkin Keajaiban Potensi Anak Anda. Yogyakarta: In Azna Books.
Prawiradilaga, D. (2008). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Rusydie, Salman. (2011). Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas; Tuntunan Kreatif dan Inovatif untuk keberhasilan Kegiatan Belajar-Mengajar. Jogjakarta: Diva Press.
Sternberg, J. (1999). Handbook of Creativity. New York: Cambridge University Press.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Penulis :

1. Ima Wahyu Putri Utami, S.Pd, M.Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun