Mohon tunggu...
Vania Puteri Yuanka
Vania Puteri Yuanka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya orang yang suka membaca dan senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Seni Musik Kendang Jimbe dalam Ekstrakulikuler Karawitan SDN Sumberjo 01

30 Mei 2024   08:56 Diperbarui: 30 Mei 2024   08:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Implementasi Seni Musik di Sekolah Dasar
Pengajaran musik di tingkat Sekolah Dasar (SD) menjadi krusial dalam mengenalkan siswa pada berbagai aspek musik, termasuk pengenalan terhadap alat musik tradisional seperti kendang jimbe. Dalam menyusun kurikulum musik untuk tingkat SD yang melibatkan pengajaran kendang jimbe, pendekatan yang komprehensif perlu diterapkan dengan memperhatikan Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang mencakup berbagai aspek penting dalam belajar musik, khususnya kendang jimbe (Muhammad, 2010).
Rencana pengajaran kendang jimbe di SD tidak hanya menekankan pada pemahaman teori musik secara umum, tetapi juga pada pengalaman praktis yang melibatkan siswa secara langsung dalam bermain alat musik tersebut (Mulyasa, 2003). Misalnya, dalam konteks irama kendang jimbe, siswa tidak hanya belajar mengenali dan memahami pola irama secara teoritis, tetapi juga didorong untuk merasakan irama melalui pengalaman musik, menciptakan gerakan irama dengan menggunakan tangan pada membran kendang, dan bahkan membuat pola-pola irama sederhana dengan kendang jimbe (Mulyasa, 2007).
Siswa diperkenalkan dengan konsep dasar melodi dalam konteks kendang jimbe, di mana mereka belajar untuk merasakan gerakan melodi dengan memainkan berbagai pola ritmis pada kendang jimbe (Pramono, 2015). Mereka juga diajarkan untuk menciptakan pola-pola melodi sederhana dengan menggunakan berbagai teknik memukul kendang jimbe yang berbeda. Di samping itu, pembelajaran tentang harmoni dalam konteks kendang jimbe juga menjadi penting, di mana siswa tidak hanya belajar tentang harmoni secara teoritis, tetapi juga diberi kesempatan untuk merasakan harmoni melalui pemahaman musik, mendukung lagu-lagu sederhana dengan alat musik harmoni, dan memahami notasi harmoni dengan sederhana.
Pengajaran kendang jimbe di SD tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan bermain musik, tetapi juga memiliki dampak yang luas terhadap perkembangan anak dalam berbagai aspek. Melalui pengalaman bermain kendang jimbe, siswa dapat mengembangkan kreativitas, meningkatkan keterampilan berpikir, memperkuat koordinasi motorik, dan membangun rasa percaya diri mereka. Selain itu, pengajaran kendang jimbe juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai budaya lokal dan mengembangkan apresiasi terhadap seni dan budaya tradisional.
Dengan demikian, pengajaran kendang jimbe di SD bukan hanya tentang memperkenalkan siswa pada alat musik tradisional, tetapi juga tentang membentuk individu yang sensitif terhadap seni, memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai musik tradisional, dan dapat mengaplikasikan keterampilan musik mereka dalam berbagai konteks kehidupan. Oleh karena itu, peran guru dalam pengajaran kendang jimbe sangatlah penting, karena mereka memiliki kesempatan untuk membentuk pengalaman musik yang bermakna bagi siswa dan menginspirasi mereka untuk mengembangkan minat dan bakat mereka dalam musik tradisional Indonesia (Munandar, 1999).

Kreativitas Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar
Pembelajaran musik, terutama dalam konteks mempelajari alat musik kendang jimbe, menjadi lebih efektif dan menarik saat diterapkan pendekatan PAIKEM (Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Mengidentifikasi serangkaian aspek yang penting untuk dipahami dan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran siswa (Asmani, 2011). Aspek-aspek ini mencakup pengenalan potensi siswa, memberikan tanggung jawab, menghargai ide-ide siswa, mendorong kesuksesan, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dalam konteks pembelajaran kendang jimbe, penting bagi guru untuk mengidentifikasi potensi dan minat siswa serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan bakat mereka. Dengan memberikan tanggung jawab dan dukungan saat diperlukan, guru dapat memotivasi siswa untuk terus maju dan mengembangkan keterampilan bermain kendang jimbe mereka. Selain itu, penghargaan terhadap ide-ide dan gagasan siswa yang mungkin kurang berkembang dapat membantu membangun kepercayaan diri mereka dalam belajar musik.
Kreativitas juga menjadi kunci dalam pembelajaran musik, terutama dalam mengajarkan kendang jimbe (Sternberg, 1999). Aktivitas musikal yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai dimensi musik, seperti persepsi, visual, auditori, dan logika, dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang alat musik tersebut. Selain itu, eksplorasi alat musik yang tidak konvensional, seperti menggunakan barang-barang sehari-hari untuk membuat alat musik, dapat memunculkan kreativitas siswa dalam bermusik dan membantu mereka memahami konsep musik secara lebih mendalam.
Dengan menerapkan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran kendang jimbe, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang menarik, interaktif, dan memotivasi siswa untuk belajar dengan antusias (Suprijono, 2009). Melalui pendekatan ini, pembelajaran musik bukan hanya menjadi keterampilan teknis, tetapi juga menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa, yang akan membantu mereka mengembangkan potensi musikal mereka secara menyeluruh.
Metode pembelajaran musik yang bersifat konvensional, seperti hanya mempelajari lagu-lagu secara pasif atau belajar teori musik tanpa praktik langsung, dapat menghambat pemahaman yang komprehensif tentang musik pada anak-anak. Hal ini juga bisa mengakibatkan ketidakmampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan musik secara praktis dan menggali potensi atau bakat musikal mereka. Terdapat perbedaan yang signifikan antara minat siswa yang terlibat dalam pembelajaran musik dengan sentuhan kreativitas dan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.
Siswa yang terlibat dalam pembelajaran musik yang melibatkan unsur kreativitas, mampu melihat hal-hal dari sudut pandang yang berbeda, menggabungkan informasi yang mungkin tidak terkait, dan menghasilkan solusi atau gagasan yang baru dan orisinal. Mereka menunjukkan kemampuan berpikir yang fleksibel dan inovatif, serta memiliki kecenderungan untuk menemukan solusi yang kreatif dalam memecahkan masalah. Selain itu, partisipasi dalam pembelajaran musik yang kreatif juga memberikan kesenangan dan kegembiraan kepada siswa, karena mereka diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri dan berkreasi melalui musik (Syah, 2004).

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) saat ini masih belum sepenuhnya mengadopsi teori-teori Piaget, Bruner, dan Vygotsky dalam proses pengajaran, terutama dalam konteks pembelajaran alat musik kendang jimbe. Umumnya, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah, menyajikan teori tanpa pengalaman praktis, dan mengarahkan siswa hanya untuk menyanyikan lagu-lagu tanpa memanfaatkan media pembelajaran. Dampaknya, proses pembelajaran menjadi terlalu abstrak dan tidak sesuai dengan tingkat pemikiran konkret anak-anak, sehingga sulit bagi mereka untuk memahami dan mengaplikasikan materi pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dari para guru untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efisien dan efektif.
Realitas pembelajaran yang cenderung abstrak ini memerlukan perubahan. Guru-guru perlu diberi pemahaman, keterampilan, dan kesadaran untuk mengubah proses pembelajaran menjadi lebih konkret. Langkah ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai hasil yang lebih optimal sesuai dengan standar pembelajaran yang ada. Guru-guru seni musik, khususnya yang mengajar alat musik kendang jimbe, juga perlu mendapatkan pembinaan yang terus-menerus agar mereka dapat memasukkan unsur kreativitas dalam pembelajaran. Sekolah juga sebaiknya menyediakan fasilitas yang memadai bagi siswa untuk belajar seni musik dengan lebih leluasa.

5.2. Saran
Dalam meningkatkan profesionalisme, guru harus memiliki perencanaan yang matang, strategi pembelajaran yang efektif, dan mampu mengakomodasi berbagai kompetensi anak. Mereka harus siap beradaptasi dengan metode pembelajaran yang terkini sesuai dengan perubahan zaman dan tuntutan globalisasi. Selain itu, setiap aktivitas yang dilakukan oleh guru harus memperhatikan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan mereka. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan akan terjadi peningkatan profesionalisme guru serta peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Iskandar. (2010). Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta Timur: PT. Bestari Buana Murni.
Asmani, Jamal Ma'mur. (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Jogjakarta: Diva Press.
Brocklehurst, B. (1971). Response to Music: Principles of Music Education. London: Alden & Mowbray Ltd.
Djohan. (2005). Psikologi Musik. Yoyakarta: Buku Baik.
Jamalus. (1988). Pengajaran Musik melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Depdikbud.
Muhammad, As'adi. (2010). Deteksi Bakat dan Minat Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Garailmu.
Mukminan, dkk. (1998). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar, U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pramono, O. (2015). Temukan Sedini Mungkin Keajaiban Potensi Anak Anda. Yogyakarta: In Azna Books.
Prawiradilaga, D. (2008). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Rusydie, Salman. (2011). Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas; Tuntunan Kreatif dan Inovatif untuk keberhasilan Kegiatan Belajar-Mengajar. Jogjakarta: Diva Press.
Sternberg, J. (1999). Handbook of Creativity. New York: Cambridge University Press.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Penulis :

1. Ima Wahyu Putri Utami, S.Pd, M.Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun