Keroncong merupakan salah -- satu jenis  musik hasil dari alkulturasi antara musik Indonesia dan Portugis. Bronia Kornhauser dalam makalahnya  in defense of keroncong memulai uraiannya dengan pertanyaan keroncong -- "Adegenerate of hybrid ?," dan dengan demikian dia menuju pada kenyataan bahwa keroncong merupakan suatu contoh terbaik, dimana berbagai sumber budaya dapat dilebur menjadi suatu identitas tersendiri (Mack,2007,hlm.580). Sejarah musik keroncong memiliki keterkaitan dengan budaya Portugis.Â
Di daerah Jakarta (waktu itu masih namanya Batavia) orang Portugis punya semacam cabang dengan populasi yang sangat beraneka ragam secara etnis. Kornhauser menyebutkannya merticos (campuran Portugis -- Indonesia, Kristen) serta mardjikers (Kebanyakan orang budak belian dari Afrika, India, dan Malaya yang telah dibebaskan serta pindah ke agama Kristen) (Mack, 2007,hlm.581).Â
Hasil dari peleburan atau alkulturasi tersebut menghasilkan karakteristik gaya keroncong yang khas yaitu keroncong Tugu. Bentuk permainan  keroncong Tugu memiliki sebutan atau istilah -- istilah yang bersumber dari  Portugis salah -- satunya adalah concorao. Di dalam keroncong tugu bentuk ekspresi concorao lebih menekankan kepada ekspresi pembawaan vokal keroncong Tugu dengan tiga aspek penting yaitu Knowledge (Penguasaan wawasan), Ethics (penguasaan diri), dan attitude ( Penguasaan panggung).
Saya memiliki opini bahwa Ketiga aspek yang menjadi landasan dari ekspresi concorao dapat  pula digunakan pada pembawaan gaya vokal keroncong lainnya salah, satunya adalah pembawaan gaya vokal Surakarta pada lagu pakem keroncong asli. Sehingga secara khusus dapat dijadikan sebagai pembuka wawasan serta meningkatkan penampilan vokal keroncong saat menyajikan bentuk  pakem keroncong asli. Dan secara umum ekspresi concorao tersebut dapat diaplikasikan pada bidang seni lainnya.
Latar Belakang Ekspresi Concorao
Keroncong Tugu merupakan salah -- satu jenis musik keroncong yang memiliki keterikatan dengan penyebaran musik keroncong di Indonesia, letak dari basis jenis musik tersebut berada di daerah Tugu Jakarta Utara. Bentuk proses alkulturasi antara bentuk musik Indonesia dan Portugis sangat kental terasa pada jenis keroncong Tugu ini, baik dari segi permainan musiknya maupun bentuk repertoar lagu yang dibawakan.Â
Terjadinya proses musik keroncong Tugu dapat ditemui berdasarkan sejarah  awal musik keroncong jenis ini. Dimulai dari datangnya bangsa portugis di Indonesia mereka membawa serta bentuk musik mereka bernama fado yaitu musik Portugis yang berasal dari Afrika Barat dengan meniti beratkan pada permainan improvisasi dan nuansa sair yang puitis. Pada abad  ke - 18 Belanda berhasil merebut tampuk kekuasaan Indonesia dari tangan Portugis sehingga sisa --sisa dari bangsa Portugis diasingkan pada suatu wilayah di daerah Cilincing Jakarta Utara  tepatnya di desa Tugu. Di tempat tersebut baik yang memiliki darah Portugis murni maupun campuran (mesticos dan madjikers) saling membaur satu sama lain lalu mereka membuat bentuk musik yang berasal  dari pengaruh  nenek moyangnya, bentuk musik yang tercipta dari mereka menjadi pondasi awal dari musik keroncong.(Ganap,2010,hlm.8).
Ke -- Portugisan dari orang -- orang mardika Tugu sangat kuat, didemonstrasikan dengan musik mereka yang sampai sekarang masih ada. Saat ini Tugu masih dihuni oleh keturunan orang -- orang  asli  mardyikers. Pembicaraan yang dibanggakan adalah musik tradisional keroncong. Mereka mempertunjukan musik keroncong di waktu malam secara beramai -- ramai di depan rumah dengan memasang tenda, dan hampir setiap kegiatan sosial selalu dirayakan dengan pertunjukan musik keroncong. Lagu -- lagunya antara lain : Kafrinyo kucing hitam, yan kagaleti dan lain -- lain (Harmunah,1996,hlm.8). Namun tidak semua yang menepati daerah Tugu merupakan keturunan asli dari bangsa Portugis, tetapi telah bercampur dengan bangsa Indonesia.  Apa yang nampak di Tugu tidak dapat dikatakan keturunan campuran eropa Portugis, tetapi sebagian besar mereka bernenek moyang budak -- budak dari Portugis sesudah tuan -- tuan mereka tersingkir oleh koloniallis belanda (Harmunah ,1996,hlm.8).Pada akhirnya komunitas dari masyarakat Tugu baik yang memiliki darah asli Portugis dan campuran, membuat suatu komunitas demi melestarikan bentuk musik keroncong Tugu.
Dalam melakukan berbagai aktivitas berkeroncong, keroncong Tugu selalu memegang teguh istilah yang menjadi ciri khas dalam  memainkan repertoar keroncong Tugu yaitu istilah concorao. Concorao merupakan salah -- satu  istilah ekspresi yang terdapat pada musik Portugis. Arti dari concorao sendiri adalah dari lubuk hati (Ganap, 2010,hlm.255) hal ini mengungkapkan bahwa vokal memiliki peranan penting dalam membawakan sebuah pertunjukan keroncong.
Posisi kunci dalam musik keroncong tetap berada di tangan vokalis melalui apa yang disebut sebagai ekspresi concorao yang sejak berabad -- abad diisyaratkan dalam menyanyikan fado (Portugis) (Ganap, 2006, hlm.6). Bentuk ekspresi seyogyanya tidak hanya mengacu kepada hal -- hal yang bersifat teknik, namun lebih mengendepankan kepada penjiwaan vokalnya maka dari itu  unsur utama pada ekspresi concorao adalah penyampaian makna atau pesan yang tersirat dalam sebuah lagu.(Sartje dalam pinta,2013).didalam ekspresi concorao,  terdapat tiga aspek pembentuk yang menjadi poin penting dalam pembawaan menyanyi keroncong berkaitan dengan concorao, yakni etika, attitude dan knowledge.Tiga hal utama tersebut dapat diwujudkan dengan penguasaan lagu, penguasaan diri, dan penguasaan panggung .(Sartje dalam pinta,2013,hlm.10). Maka dari itu bentuk ekspresi concorao keroncong tugu  dapat diaplikasikan pada Pembawaan vokal pakem keroncong asli merujuk pada ketiga aspek ekspresi concorao.    Â
Â
Sekelumit Tentang Keroncong Asli
Keroncong Asli merupakan  salah satu jenis musik keroncong yang memiliki jumlah birama sebanyak duapuluh delapan birama, memiliki sukat 4/4, serta memiliki bentuk kalimat yang dibagi atas  tiga bagian yaitu kalimat A (kalimat permulaan) kalimat B (bagian ole-ole atau refrain) dan kalimat C ( bagian senggaan atau akhir). Pada permainan keroncong asli Selalu ada intro dan coda, intro merupakan improvisasi tentang akor tingkat I (Tonika) dan tingkat V (Dominant), diakhiri dengan akor I (Tonika) dan ditutup dengan kadens lengkapnya yang disebut juga dengan istilah overgang atau lintas akor, yaitu akor I(Tonika)-IV(Subdominan)-V(Dominan)-I(tonika). Sedangkan coda juga berupa kadens lengkap.Pada tengah lagu terdapat interlude yang disebut juga dengan istilah middle spell atau senggaan, yaitu pada birama kesembilan dan kesepuluh.Dalam tangga nada mayor ciri umum harmonisasinya adalah tetap, yaitu membentuk kadens lengkap I-IV-V-I, modulasi II-V, dan hampir selalu setelah modulasi kedominan dilanjutkan dengan akor IV (Harmunah,1996,hlm.16).
Selain itu di dalam lagu pakem keroncong asli terdapat beberapa teknik khas dalam pembawaan vokalnya. Nggandul adalah menyanyi dengan ketukan lebih terlambat dari ketukan dasarnya ( Bass ) atau ketukan yang tertulis di notasi. Cengkok, merupakan rangkaian nada hiasan yang dinyanyikan sebelum nada pokok (dalam musik diatonis barat semacam mordent). Teknik cengkok adakalanya digunakan juga pada jenis lagu langgam. Ngembat atau portamento, adalah cara menyanyi yang dimulai dengan beberapa hetz (ukuran tinggi rendah suara) dibawah nada pokok, secara teratur menuju ke nada pokok. Gregel, adalah teknik membentuk suara seperi appoagiatura yang dinyanyikan pada setiap akhir frase dan diikuti oleh nada panjang dan vibrato (Sanjaya,2009).
Aplikasi Ekspresi Concorao Dalam Lagu Keroncong Asli
Ekspresi concorao sering digunakan untuk membahas mengenai gaya keroncong yang berkenaan dengan keroncong tugu tetapi apabila dilihat secara isi serta makna yang terdapat pada Sesuai dengan tajuk yang sudah dibahas terdapat tiga aspek yang dapat disajikan sebagai bentuk aplikasi concorao  dalam pembawaan lagu keroncong asli.
- KnowledgeÂ
Dari ketiga aspek tersebut yang pertama kali digunakan untuk mencapai ekspresi concorao adalah knowledge. Yaitu suatu pengalaman yang kuat dalam memahami dan mengetahui isi, serta makna lagu yang dibawakan. Knowledge menekankan kepada penguasaan wawasan mengenai lagu yang akan dinyanyikan. Salah -- satu contohnya adalah  Saartje mengungkapkan mengenai makna yang tersirat dalam lagu Gatu Du Matu, "pantun..jadi zaman itu kalo laki-laki suka sama perempuan dia berpantun,salah satunya ya Gatu Du Matu'itu. ya ketika orang jatuh cinta bagaimana sih ngungkapinnya. Paling tidak ada bahasa kalbu yang di pake kan, dengan mengungkapkannya melalui pantun-pantun itu. (Sartje dalam pinta,2014,hlm.10).Â
Secara tidak langsung, dalam aspek knowledge di fokuskan kepada pemahaman dan pengetahuan mengenai lagu yang akan dibawakan baik dari segi lirik maupun notasi dari pakem keroncong asli sehingga dalam aspek ini seorang penyanyi terlebih dahulu mentranskrip lagu keroncong dalam notasi  disertai dengan liriknya, dan dalam notasi  diberikan tanda tanda untuk menentukan frasering nilai notasi serta pemaknaan dari lirik yang terdapat pada lagu pakem keroncong asli. Sejalan dengan indikator penyanyi keroncong yang baik menurut Esa Poetra (2016)  yaitu kefasihan dan kedisiplinan dalam menguasai lagu, termasuk piawai dalam menyanyikan bagian lagu yang berkesulitan tinggi, maka dari itu dalam aspek knowledge diperlukan adanya pemahaman notasi lagu keroncong dengan cara mentranskrip lagu keroncong asli  secara lengkap baik notasi dan liriknya. Berikut adalah contoh transkrip notasi dan lirik dari lagu keroncong asli  moresco.
Notasi Keroncong Moresco salah satu lagu pakem keroncong asli, dok. pribadi
- Etika/Ethics
Sartje menjelaskan mengenai etika dalam pembawaan concorao adalah pembawaan dalam menyanyikan lagu, harus disesuaikan dengan masing-masing jenis lagu yang disajikan. Saat beliau menyanyikan lagu keroncong Tugu, beliau akan membawakan dengan khas Tugu, yaitu dengan metrum yang kuat, tegas, dengan pembawaan yang bersifat alami dan tidak dibuat-buat. Sedangkan saat beliau menyanyikan lagu keroncong asli, tentu beliau akan menambah improvisasi dengan pembawaan lebih nggandul, dan gaya menyanyi musik Keroncong dengan ornamentasi seperti cengkok dan luk yang lebih kental. Namun begitu, beliau membawa karakter dan gaya menyanyinya yang khas, seperti vibrato yang kental atau tremolo, selalu menggunakan suara asli (tidak headvoice), serta rasa beat yang kuat dalam pembawaan bernyanyinya. (Pinta,2013,hlm.10).
Dalam aspek yang kedua yaitu etika, ekspresi concorao menekankan pada penempatan gaya ataupun dari bentuk karakteristik yang dibawakan, sesuai dengan estetika lagu  baik dari segi penempatan teknik maupun cara menyanyi yang dibawakan. Seperti penempatan  teknik -- teknik keroncong sesuai dengan kaidah -- kaidah yang  terdapat pada pembawaan vokal dalam pakem keroncong asli. Hal tersebut senada dengan  Esa Poetra ( karena sejatinya dalam membawakan lagu bernuansa keroncong asli merupakan akumulasi penilaian suara bercorak musik yang jelas.  Berikut ini merupakan contoh dari pembawaan kroncong moresco dari trankrip vokal Waldjinah.
Transkrip notasi peletakan teknik vokal keroncong  dalam  lagu Keroncong moresko, dok. pribadi
Pada bentuk notasi tersebut dapat dijelaskan mengenai peletakan teknik vokal yang terdapat pada lagu keroncong asli. Dari segi penggunaan teknik khas keroncong asli yang digunakan (gregel dan nggandul), ditempatkan dengan semestinya. Gregel digunakan untuk memperindah vokal  saat akhir frase dalam nilai notasi yang lebih panjang pada notasi tersebut yaitu pada bar ke -- 2 ketukan ke dua, sesuai dengan fungsi dari teknik gregel dan penggunaan nggandul disesuaikan juga dalam notasi keroncong moresco yaitu  diletakan pada bar ke -- 3 dimulai dari ketukan ke - 2 dengan nada yang sesuai notasi  aslinya pada ketukan pertama. Pada aspek ethics dalam ekspresi concorao menekankan kepada greget tenaga/ vokal keroncong yang enak dan nyaman didengar( Esa Poetra,2016).    Â
- Attitude
Aspek ketiga  dan yang terakhir dari unsur ekspresi concorao Adalah attitude. Sartje  mengatakan "menguasai panggung, menguasai audience. Tatap penonton, interaksi juga penting" (pinta,2013,hlm.10). Attitude disini adalah bentuk pembawaan penyanyi saat melaksanakan pertunjukan musik, seperti  bagaimana cara menyajikan sebuah lagu saat di atas panggung,  tata cara untuk melebur dengan penonton agar tidak terkesan kaku, serta dapat menjelaskan terlebih dahulu kepada penonton mengenai isi atau cerita dari lagu yang akan di bawakan sehingga penonton menghayati dan menikmati mengenai isi serta pembawaan dari lagu yang disajikan.Â
Attitude memiliki pengertian yang menfokuskan kedalam pembawaan vokal keroncong saat melakukan perform di atas pentas. Bentuk yang ditampilkan Dalam aspek sikap mengacu kedalam interpretasi makna yang terdapat pada pembawaan  lagu pakem keroncong  asli. Sesuai dengan bentuk ekspresi concorao mengenai attitude  dalam indikator penyanyi keroncong yang baik menurut Esa Poetra (2016)  yaitu ungkapan lahiriah (visualisasi ) dan batiniah (ekspresi) serta dapat menyentuh perasaan atau sugestif.
Kesimpulan
Aplikasi Ekspresi concorao  dapat menjadi salah satu alternatif dalam membawakan lagu lagu keroncong asli baik secara parametris (melodi, dinamika, tempo, ritmik) maupun non parametris (Penghayatan, intrepetasi) merujuk kepada tiga aspek penting yaitu knowledge (mengedepankan terhadap kefasihan dan kedisiplinan dalam menguasai lagu), ethics (greget tenaga vokal keroncong yang nyaman dan enak didengar), serta  attitude (unsur daya pukau penjiwaan meliputi ungkapan lahiriah dan batiniah) . Sehingga dapat membantu seorang penyanyi keroncong khususnya vokal keroncong asli dalam membawakan lagu keroncong secara baik dan benar.
Daftar Pustaka
Esa, Poetra (2016). Kiat Mengikuti Pentas Seni Panduan Juri dan Penyanyi.Bandung : Nuansa.
Ganap, Victor.(2011). Krontjong Toegoe. Yogyakarta: BP ISI.
Ganap,Victor.(2006),Pengaruh Portugis Pada Musik Keroncong. Jurnal: Harmonia, Volume 7, no 2.
Harmunah (1996). Musik Keroncong. Yogyakarta :Pusat Musik Liturgi.
Mack,Dieter (2007).Sejarah musik, Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi
Resty,Pinta.(2013). Gaya menyanyi Pada musik Keroncong Tugu (Analisis gaya Sartje Margaretha Michiels). Gaya Menyanyi Musik Keroncong Tugu Vol.1, No.3
Singgih Sanjaya, Keroncong Masuk Kurikulum Sekolah, SMP Santa Maria Surabaya, 07 februari 2009,seminar.
       Â
  Â
Â
  Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI