Sekelumit Tentang Keroncong Asli
Keroncong Asli merupakan  salah satu jenis musik keroncong yang memiliki jumlah birama sebanyak duapuluh delapan birama, memiliki sukat 4/4, serta memiliki bentuk kalimat yang dibagi atas  tiga bagian yaitu kalimat A (kalimat permulaan) kalimat B (bagian ole-ole atau refrain) dan kalimat C ( bagian senggaan atau akhir). Pada permainan keroncong asli Selalu ada intro dan coda, intro merupakan improvisasi tentang akor tingkat I (Tonika) dan tingkat V (Dominant), diakhiri dengan akor I (Tonika) dan ditutup dengan kadens lengkapnya yang disebut juga dengan istilah overgang atau lintas akor, yaitu akor I(Tonika)-IV(Subdominan)-V(Dominan)-I(tonika). Sedangkan coda juga berupa kadens lengkap.Pada tengah lagu terdapat interlude yang disebut juga dengan istilah middle spell atau senggaan, yaitu pada birama kesembilan dan kesepuluh.Dalam tangga nada mayor ciri umum harmonisasinya adalah tetap, yaitu membentuk kadens lengkap I-IV-V-I, modulasi II-V, dan hampir selalu setelah modulasi kedominan dilanjutkan dengan akor IV (Harmunah,1996,hlm.16).
Selain itu di dalam lagu pakem keroncong asli terdapat beberapa teknik khas dalam pembawaan vokalnya. Nggandul adalah menyanyi dengan ketukan lebih terlambat dari ketukan dasarnya ( Bass ) atau ketukan yang tertulis di notasi. Cengkok, merupakan rangkaian nada hiasan yang dinyanyikan sebelum nada pokok (dalam musik diatonis barat semacam mordent). Teknik cengkok adakalanya digunakan juga pada jenis lagu langgam. Ngembat atau portamento, adalah cara menyanyi yang dimulai dengan beberapa hetz (ukuran tinggi rendah suara) dibawah nada pokok, secara teratur menuju ke nada pokok. Gregel, adalah teknik membentuk suara seperi appoagiatura yang dinyanyikan pada setiap akhir frase dan diikuti oleh nada panjang dan vibrato (Sanjaya,2009).
Aplikasi Ekspresi Concorao Dalam Lagu Keroncong Asli
Ekspresi concorao sering digunakan untuk membahas mengenai gaya keroncong yang berkenaan dengan keroncong tugu tetapi apabila dilihat secara isi serta makna yang terdapat pada Sesuai dengan tajuk yang sudah dibahas terdapat tiga aspek yang dapat disajikan sebagai bentuk aplikasi concorao  dalam pembawaan lagu keroncong asli.
- KnowledgeÂ
Dari ketiga aspek tersebut yang pertama kali digunakan untuk mencapai ekspresi concorao adalah knowledge. Yaitu suatu pengalaman yang kuat dalam memahami dan mengetahui isi, serta makna lagu yang dibawakan. Knowledge menekankan kepada penguasaan wawasan mengenai lagu yang akan dinyanyikan. Salah -- satu contohnya adalah  Saartje mengungkapkan mengenai makna yang tersirat dalam lagu Gatu Du Matu, "pantun..jadi zaman itu kalo laki-laki suka sama perempuan dia berpantun,salah satunya ya Gatu Du Matu'itu. ya ketika orang jatuh cinta bagaimana sih ngungkapinnya. Paling tidak ada bahasa kalbu yang di pake kan, dengan mengungkapkannya melalui pantun-pantun itu. (Sartje dalam pinta,2014,hlm.10).Â
Secara tidak langsung, dalam aspek knowledge di fokuskan kepada pemahaman dan pengetahuan mengenai lagu yang akan dibawakan baik dari segi lirik maupun notasi dari pakem keroncong asli sehingga dalam aspek ini seorang penyanyi terlebih dahulu mentranskrip lagu keroncong dalam notasi  disertai dengan liriknya, dan dalam notasi  diberikan tanda tanda untuk menentukan frasering nilai notasi serta pemaknaan dari lirik yang terdapat pada lagu pakem keroncong asli. Sejalan dengan indikator penyanyi keroncong yang baik menurut Esa Poetra (2016)  yaitu kefasihan dan kedisiplinan dalam menguasai lagu, termasuk piawai dalam menyanyikan bagian lagu yang berkesulitan tinggi, maka dari itu dalam aspek knowledge diperlukan adanya pemahaman notasi lagu keroncong dengan cara mentranskrip lagu keroncong asli  secara lengkap baik notasi dan liriknya. Berikut adalah contoh transkrip notasi dan lirik dari lagu keroncong asli  moresco.
Notasi Keroncong Moresco salah satu lagu pakem keroncong asli, dok. pribadi
- Etika/Ethics
Sartje menjelaskan mengenai etika dalam pembawaan concorao adalah pembawaan dalam menyanyikan lagu, harus disesuaikan dengan masing-masing jenis lagu yang disajikan. Saat beliau menyanyikan lagu keroncong Tugu, beliau akan membawakan dengan khas Tugu, yaitu dengan metrum yang kuat, tegas, dengan pembawaan yang bersifat alami dan tidak dibuat-buat. Sedangkan saat beliau menyanyikan lagu keroncong asli, tentu beliau akan menambah improvisasi dengan pembawaan lebih nggandul, dan gaya menyanyi musik Keroncong dengan ornamentasi seperti cengkok dan luk yang lebih kental. Namun begitu, beliau membawa karakter dan gaya menyanyinya yang khas, seperti vibrato yang kental atau tremolo, selalu menggunakan suara asli (tidak headvoice), serta rasa beat yang kuat dalam pembawaan bernyanyinya. (Pinta,2013,hlm.10).
Dalam aspek yang kedua yaitu etika, ekspresi concorao menekankan pada penempatan gaya ataupun dari bentuk karakteristik yang dibawakan, sesuai dengan estetika lagu  baik dari segi penempatan teknik maupun cara menyanyi yang dibawakan. Seperti penempatan  teknik -- teknik keroncong sesuai dengan kaidah -- kaidah yang  terdapat pada pembawaan vokal dalam pakem keroncong asli. Hal tersebut senada dengan  Esa Poetra ( karena sejatinya dalam membawakan lagu bernuansa keroncong asli merupakan akumulasi penilaian suara bercorak musik yang jelas.  Berikut ini merupakan contoh dari pembawaan kroncong moresco dari trankrip vokal Waldjinah.