Otentisitas: Menjadi Manusia di Tengah Mesin
Otentisitas adalah salah satu tema penting dalam eksistensialisme. Hidup secara otentik berarti hidup sesuai dengan pilihan dan nilai-nilai pribadi, dan tidak terjebak dalam konformitas atau kepalsuan.
Di era AI, menjalani hidup secara otentik menjadi semakin menantang. AI dapat mempengaruhi persepsi kita, mem bentuk preferensi kita, dan bahkan menggantikan creativitas kita.
Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita tetap menjadi diri sendiri di tengah pengaruh AI yang semakin pervasif? Bagaimana kita dapat menjaga agency (kemampuan untuk bertindak) dan autonomy (kemandirian) kita?
Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan critical thinking (berpikir kritis) dan media literacy (literasi media). Kita perlu mampu mengevaluasi informasi yang kita terima, mengidentifikasi bias dan manipulasi, and membuat pilihan-pilihan yang sadar.
Selain itu, kita juga perlu menjaga human connection (koneksi manusia). Interaksi sosial, empati, and Cinta adalah aspek-aspek penting dalam eksistensi manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI.
Mendefinisikan Kembali Kemanusiaan
Perkembangan AI mendesak kita untuk mendefinisikan kembali apa artinya menjadi manusia. Jika mesin dapat melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dianggap human-exclusive (eksklusif manusia), apa yang membedakan kita dari mesin?
Mungkin jawabannya terletak pada kemampuan kita untuk merasakan, mencintai, dan mengalami dunia secara subjektif. Mungkin juga jawabannya terletak pada kerentanan dan kematian kita, yang memberikan makna dan urgensi pada eksistensi kita.
Apapun jawabannya, satu hal yang pasti: AI akan terus berkembang dan mempengaruhi kehidupan kita dalam cara yang tidak terduga. Kita perlu siap untuk menghadapi tantangan dan peluang yang dibawa oleh AI, sambil tetap menjaga eksistensi dan otentisitas kita sebagai manusia.
Kesimpulan :