Mohon tunggu...
Valentina Br Ginting
Valentina Br Ginting Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Santo Thomas

Menulis membantu kita memahami segala emosi dengan menuangkan semua yang kita pikirkan dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Magang Kampus Merdeka: Jembatan Mahasiswa Menjadi Lulusan Siap Pakai di Dunia Kerja

31 Mei 2023   23:00 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:02 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesempatan menempuh pendidikan di perguruan tinggi adalah salah satu keinginan setiap lulusan SMA sederajat. Banyak harapan diapungkan ketika sudah menempuh pendidikan tinggi. Satu diantaranya adalah, ketika sudah lulus dan menyandang gelar sarjana, maka pencapaian ilmu dan gelar tersebut diharapkan menjadi bekal penting saat mencari pekerjaan. Tapi kenyataan yang terjadi, lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih banyak yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Menurut survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Dari jumlah pengangguran terbuka tersebut, terdapat sebanyak 673,490 (7,99 persen) penganggur yang merupakan lulusan perguruan tinggi.

Angka ini sebenarnya sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2021, di mana total pengangguran terbuka mencapai 9,10 juta jiwa dengan 848.000 diantaranya merupakan penganggur lulusan perguruan tinggi.  Namun, meskipun jumlahnya turun, kondisi ini tak bisa dianggap remeh karena akan berdampak kepada perekonomian bangsa.

Sulit Mendapat Pekerjaan 

Berdasarkan data yang ditampilkan di atas, dapat dipastikan bahwa tingginya angka pengangguran menjadi sebuah masalah besar bagi masyarakat khususnya kaum muda yang terdidik. Penyebab lulusan perguruan tinggi sulit mendapat pekerjaan salah satunya disebabkan karena lulusan perguruan tinggi tidak memiliki kemampuan (skill)  yang dibutuhkan perusahaan (pencari tenaga kerja). Lulusan perguruan tinggi tidak siap pakai saat berhadapan dengan dunia kerja.

Kemampuan lulusan merupakan syarat penting memasuki dunia kerja, karena pada umunya perusahaan akan mencari seorang yang dapat membantu mereka untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam perusahaan itu. Jadi, dengan memiliki kemampuan yang dibutuhkan di dunia kerja, menjadi nilai tersendiri bagi lulusan perguruan tinggi saat memasuki dunia kerja.

Sayangnya banyak perguruan tinggi melahirkan lulusan yang tak siap pakai. Hal ini disebabkan lulusan perguruan tinggi kebanyakan hanya menguasai pengetahuan akademis saja. Sedangkan untuk mendapat pekerjaan, pengetahuan akademis saja tidak cukup. Dibutuhkan pengalaman lain yang berhubungan dengan karir dan dunia kerja. Pada kenyataannya, justru para lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pengalaman tersebut saat masih menempuh perkuliahan.

Ironisnya, banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak menggunakan kesempatan untuk memperdalam kemampuan dan pengalaman mereka ketika masih duduk di bangku kuliah. Padahal sekarang ini sangat banyak program atau wadah bagi mahasiswa dalam mengasah kemampuan dan pengalaman mereka. Namun, tetap saja kebanyakan mahasiswa hanya ambisius dalam hal pengetahuan akademis.

Kondisi lulusan perguruan tinggi yang tak siap pakai dapat dilihat dari kondisi perusahaan saat melakukan perekrutan. Banyak yang tidak memenuhi syarat yang diinginkan perusahaan. Hal ini dikuatkan oleh hasil studi kasus perusahaan Willis Towers Watson tentang Talent Management and Rewards, bahwa sejak tahun 2014,  delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap pakai. Padahal setiap tahunnya, lulusan perguruan tinggi di Indonesia selalu bertambah.

Masalah ini tentunya harus dituntaskan karena hal tersebut menyebabkan akan jumlah pengangguran, terutama di tingkat lulusan sarjana/diploma terus bertambah. Jika pengangguran bertambah, maka masalah-masalah sosial dan ekonomi, otomatis akan muncul.

Program Magang Kampus Merdeka Jadi Jembatan ke Dunia Kerja

Berangkat dari kondisi ini, para lulusan perguruan tinggi tidak dapat hanya bermodalkan ijazah dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi semata ketika memasuki dunia kerja. Sejak di bangku kuliah, mahasiswa harus membekali diri dengan berbagai kemampuan dan pengalaman untuk mendukung keberlanjutan karir di masa depan. Para lulusan perguruan tinggi harus memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik sehingga tak hanya mampu menentukan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keinginannya, tetapi juga mampu bersaing di dunia kerja.

Untuk membantu perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang siap pakai, sesuai dengan perkembangan zaman, dan mampu mengikuti tuntutan dunia usaha, maka pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). MBKM memiliki sembilan program yakni: Program Magang, Studi Independen, Kampus Mengajar, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Indonesian International Student Mobility Awards, Wirausaha Merdeka, Praktisi Mengajar, Bangkit by Google, GoTo, and Traveloka, dan Kementerian ESDM-GERILYA. Semua program tersebut memberikan hak yang sama kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studi.

Salah satu program MBKM yang cukup diminati saat ini adalah Program Magang. Berdasarkan data yang dipublikasikan Kemdikbud.or.id (26/1/2023), pada angkatan pertama tahun 2021, Program Magang menerima 12.837 mahasiswa dari 543 perguruan tinggi dengan jumlah mitra sebanyak 121 instansi. Pada angkatan kedua tahun 2021, jumlah peserta meningkat dua kali lipat menjadi 24.873 dari 638 perguruan tinggi dan jumlah mitra sebanyak 152 instansi. Selanjutnya, Program Magang angkatan ketiga tahun 2022 menerima 27.977 mahasiswa dari 645 perguruan tinggi dengan 219 mitra. Sedangkan angkatan keempat tahun 2022 jumlah peserta sebanyak 31.368 mahasiswa dengan 187 mitra.

Berangkat dari data yang ada, maka dapat dibuktikan bahwa Program Magang merupakan salah satu program terfavorit dalam program MBKM. Hal ini terlihat jelas dari peningkatan jumlah mahasiswa yang mengikuti program tersebut setiap tahunnya. Program Magang menjadi incaran banyak mahasiswa karena program ini merupakan salah satu program yang paling memungkinkan bagi mahasiswa untuk terjun langsung di dunia kerja. Dengan mengikuti program ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan dan menambah pengalaman.  

Hal ini dikuatkan oleh pengalaman Felicia Gisella Sihite, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU) yang merupakan peserta Program Magang Kampus Merdeka angkatan ke-4. Felicia mendapat kesempatan magang di salah satu perusahaan media online terkemuka di Indonesia, detik.com. Mahasiswa jurusan Akuntansi ini ditempatkan di detik.com biro Medan dan bergabung dalam divisi digital journalism.

Dalam testimoninya kepada penulis, Felicia mengatakan, ia mendapat banyak pengalaman selama mengikuti Program Magang di detik.com.  Felicia mendapat kesempatan untuk melakukan tugas-tugas jurnalistik seperti yang dilakukan jurnalis pada umumnya. Dengan bimbingan mentor, Felicia belajar menulis berita, melakukan wawancara, merancang sebuah peliputan, dan teknik fotografi. Setelah mendapat materi di ruangan, Felicia pun melakukan praktik di berbagai lokasi liputan di Kota Medan.

Tak hanya itu, Felicia juga mendapat pengalaman baru dalam hal penyiaran. Ia diberi kesempatan untuk menjadi presentar. Kesempatan ini membuat Felicia semakin berani tampil di depan umum dan berbaur dengan banyak orang. Ia mengatakan bahwa sebelumnya, ia memiliki sifat yang pendiam, namun setelah mengikuti Program Magang, kini ia sudah lebih terbuka dan berani mengeluarkan pendapatnya sendiri. Bahkan, ia sudah tahu bagaimana sistem kerja di dunia media. Melalui Program Magang ini, potensi Felicia dalam hal jurnalistik semakin terasah. Dirinya mengaku sudah siap berkompetisi di dunia jurnalistik setelah meluluskan perkuliahannya dari USU tahun 2024 mendatang.

Ada ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia yang menjadi peserta Program Magang Kampus Merdeka dan telah merasakan banyak manfaat seperti yang dirasakan Felicia. Berangkat dari manfaat ini, sangat diharapkan agak pihak-pihak terkait seperti pemerintah, perguruan tinggi ataupun mitra, dapat mendukung penuh Semarak Merdeka Belajar melalui Program Magang ini. Program Magang Kampus Merdeka, harus terus dikembangkan lebih luas dan lebih baik lagi sehingga memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi pengembangan kemampuan akademis dan nonakademis mahasiswa di bangku kuliah.

Berdasarkan pencapaian Program Magang Kampus Merdeka selama ini, penulis berpendapat bahwa program ini telah menjadi jembatan karir bagi mahasiswa sejak masih di bangku kuliah. Sebagai jembatan, Program Magang ini memberikan mahasiswa pengalaman berharga tentang bagaimana sistem kerja yang berlaku di sebuah instansi, baik swasta maupun pemerintah. Selanjutnya, dengan pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa, akan menjadikan mereka sebagai lulusan yang siap pakai di dunia kerja nantinya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun