Mohon tunggu...
044_ERISA LAURENSI
044_ERISA LAURENSI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengukur Keefektifan Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran untuk Peserta Didik pada Jenjang Sekolah Dasar

18 Juli 2022   16:09 Diperbarui: 18 Juli 2022   16:20 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MENGUKUR KE EFEKTIFAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK DALAM PEMBELAJARAN UNTUK PESERTA DIDIK PADA JENJANG SEKOLAH DASAR

By: Erisa Laurensi

202110430311044

Pengertian Teori Konstruktivistik

            Teori konstruktivistik merupakan teori yang cukup terkenal dalam dunia Pendidikan. Sebelum mengetahui lebih dalam mengenai teori konstruktivistik, ada baiknya untuk menyelami terlebih dahulu tentang konstruktivistik itu sendiri. Konstruktivistik merupakan upaya membangun struktur kehidupan budaya modern. Berdasarkan penjelasan di atas konstruktivistik adalah teori yang sifatnya konstruktif dan dibangun dari segi pemahaman, keterampilan, dan proses belajar. Karena sifatnya yang konstruktif, kegiatan siswa diharapkan dapat meningkatkan kecerdasannya. Secara teori, konstruktivistik tidak diketahui secara pasti kapan dimulai dan siapa atau gerakan yang mengakuinya sebagai dasar teori konstruktivis modern. Teori konstruktivistik merupakan teori yang memberikan pemikiran dan persyaratan yang lebih luas kepada siswa tentang bagaimana menerapkan teori-teori yang telah mereka ketahui dalam kehidupan mereka.

            Secara teori, konstruktivistik tidak diketahui secara pasti kapan dimulai, dan tidak ada seorang pun atau Gerakan yang secara pasti mengakuinya sebagai dasar teori konstruktivistik modern (Abrar Rangkuti, 2015). Konstruktivistik dalam konteks Pendidikan dan pembelajaran muncul secara formal sebagai teori pengetahuan dan teori belajar pada 1980-an dan 1990-an melalui karya Bruner dan Van Glaseerfeld yang digunakan di kalangan pendidik. Menurut literatur terkait, Van Glazerfeld adalah salah satu pelajar gerakan konstruktivistik (Glaseerfeld,1997 dalam Dadang Supardan 2016).

            Konstruktivistik adalah epistemology akuisisi pengetahuan yang berfokus pada pembentukan pengetahuan dari pada penyediaan dan pelestarian pengetahuan. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang membangun pengetahuannya. Pentingnya pembentukan dalam teori konstruktivistik mencakup tiga hal : 1) Adanya konstriktivistik ekstrinsik, realitas eksternal direkonstruksi menjadi pengetahuan, 2) Konstruktivistik intrinsik atau kognitif. Proses pembangunan pengetahuan berfokus pada bagian dalam individu. 3) Konstruktivistik dialektis atau konstruktivistik sosial. Membangun pengetahuan merupakan bagian dari interaksi sosial, yang meliputi berbagai informasi, diskusi, perbandingan, dan lainya.

Ciri-ciri Teori Konstruktivistik

            Ciri-ciri pembelajaran yang menerapkan teori konstruktivistik : 1.) Pengetahuan tidak dapat ditularkan dari guru kepada siswa kecuali oleh pikiran yang dimiliki siswa sendiri, 2.) Mendorong siswa untuk memulai ide/gagasan dan menggunakanya sebagai pedoman perencanaan pembelajaran, 3.) Mendukung pembelajaran kolaboratif menunjukkan sikap dan perilaku siswa serta memberikan siswa kesempatan untuk membangun pengetahuan baru melalui inisiatif kehidupan nyata, 4.) Strategi konstruktivitis menggunakan pembelajaran generatif. Pendekatan ini menyatakan bahwa siswa harus menggunakan pendekatan khusus untuk menyelesaikan peran intelektual mereka dengan mendukung arah terbaru, 5.) Belajar dengan menemukan. Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan semua Teknik keterampilan konseptual dan dilatih secara serius dan mandiri sehingga dapat menerima desain terbaru.

Keefektifan Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran di Tingkat Sekolah 

            Berkenaan dengan keefektifan, khususnya teori konstruktivistik dalam pembelajaran, datanya didasarkan pada penelitian-penelitian yang dipublikasikan di jurnal terbitan. Tujuanya adalah untuk menampilkan data yang valid. Keluaran tersebut nantinya dapat menjelaskan apakah teori konstruktivistik digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Secara umum, ukuran keefektifan teori konstruktivistik dalam pembelajaran adalah Kembali pada maksud teori konstruktivistik, ini adalah cara untuk mengolah atau membangun sendiri pengetahuan yang diterima oleh anak itu sendiri sehingga guru dapat membuat skala penilaian kemampuan siswa. Pelaksanaan ini  akan efektif jika pembelajaran dapat dilaksanakan dengan benar.

Kelebihan Teori Konstruktivistik

            1) guru bukan satu-satunya sumber belajar. Yang penting dalam proses pembelajaran guru hanyalah pemberi pengetahuan pembelajaran dan siswa perlu lebih aktif dalam proses pembelajaran baik dalam hal latihan maupun soal. Jadi guru hanya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan murid-muridnya. 2)siswa (pembelajaran) lebih kreatif dan aktif. Artinya siswa harus mampu memahami pembelajaran baik di dalam maupun di luar sekolah sehingga dapat mengaitkan dengan baik dan utuh pengetahuan yang telah diperolehnya. Selain itu, siswa harus mampu memahami ilmu baru dan berhubungan dengan ilmu lama. 3) belajar akan lebih bermakna. Pembelajaran yang bermakna berarti memberikan informasi kepada struktur penelitian lain. Artinya belajar tidak hanya harus mendengarkan guru, tetapi siswa harus dapat menghubungkan pengalaman pribadinya dengan informasi yang diperoleh dari teman, tetangga, televisi,dll. 4) Belajar memiliki kebebasan, artinya siswa bebas mengasosiasikan lingkungannya dan pengetahuan yang diperoleh di sekolah untuk menciptakan konsep-konsep yang diharapkan. 5) Perbedaan individu dapat diukur dan sangat dihargai.

Kekurangan Teori Konstruktivistik

            Pertama, proses pembelajaran konstruktivistik secara konseptual merupakan proses pembelajaran selain perolehan informasi yang terjadi dari luar ke dalam pengalaman siswa melalui proses asimilasi dan adaptasi yang mengarah pada terwujudnya struktur kognitif. Kedua, peran siswa. Dari pandangan ini, belajar adalah proses pembentukan pengetahuan. Ketiga, peran guru. Pendekatan ini membantu guru atau pendidik memfasilitasi proses pembangunan pengetahuan siswa. Guru tidak menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya, tetapi membantu siswa membentuk pengetahuanya sendiri. Keempat, alat atau sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peran utama kegiatan pembelajaran adalah agar siswa membangun pengetahuannya sendiri.

Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran

            Berbicara tentang implementasi berarti berbicara mengenai bagaimana menerapkan teori. Teori konstruktivistik umumnya mengatakan bahwa belajar adalah proses pembentukan pengetahuan. Secara umum, pengetahuan adalah konstruksi atau pembentukan berdasarkan apa yang telah di alami dan apa yang telah dipelajari. Secara garis besar pembelajaran konstruktivistik memiliki prinsip-prinsip berikut : Pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri, pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, siswa aktif terus-menerus, guru memiliki peran membantu menyediakan sarana siswa. Implementasi teori konstruktivistik berdasarkan empat prinsip di atas belajar adalah tentang bagaimana anak-anak dapat belajar, dan guru hanyalah fasiliator. Untuk mendorong anak belajar lebih aktif, 1) Lingkungan belajar yang demokratis, 2) aktivitas pembelajaran yang interaktif dan berpusat pada siswa seperti metode diskusi dan pemecahan masalah, dan 3) diperlukan seorang pendidik yang ingin mendorong siswa untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya.

            Kerangka pemikiran teoritis konstruktivistik tidak terlepas dari Jean Plaget dan Vygotsky, terutama dalam praktik pedagogi. Plaget dapat mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang dalam teori skema, asimilasi, regulasi, dan proses keseimbangan. Ia juga mengatakan bahwa dengan membentuk dan membangun dirinya, potonsi yang dimiliki seseorang dapat berkembang dan berhasil. Sementara Vygotsky mengatakan bahwa anak-anak dapat mengembangkan konsep yang lebih logis, sistematis dan rasional berkat dialog dengan orang-orang yang lebih mampu di sekitar mereka. Berdasarkan uraian di atas, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah model dan metode apa yang sesuai dengan arah dan tujuan yang dimaksudkan. Pada dasarnya ada dua model pembelajaran yang sesuai dan sering digunakan dalam teori konstruktivistik (Udin S.Winataputra, 2011) yaitu : 1) Discovery Learning (Pembelajaran Menemukan), 2) Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun