Mohon tunggu...
Evina Nila Andriani
Evina Nila Andriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PBI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Be kind. Even on your bad days.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berjuang dengan "Insecure", Ubah Rasa Minder Menjadi Prestasi

23 Juni 2021   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2021   10:19 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap individu tentu memiliki perasaan insecure terhadap orang lain. Sedikit atau banyak, rasa itu hidup dalam tubuh manusia. Menilai diri sendiri inferior dari orang lain sehingga tidak mampu menghadapi suatu tantangan juga menjadi luapan emosi yang dirasakan.

Hal yang kemudian membedakan adalah bagaimana mengubah 'insecure' menjadi motivasi untuk selalu berjuang dan berbenah diri. Haffiyana Nurlitasari adalah satu sosok yang berjuang dengan perasaan minder. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta semester enam itu terbiasa hidup di lingkungan orang-orang bertalenta secara kognitif.

"Sebenarnya, aku tuh orang yang biasa aja. Enggak pintar dan bersemangat. Bahkan aku jarang ranking. Selalu urutan ke 5-an, padahal muridnya cuma 30 orang waktu itu sekelas," ucap Hana, Selasa (22/6).

Ia memilih untuk menerima dan memilih jalan lain untuk berjuang. Memperlihatkan bahwa ia mampu, meski tidak melalui jalur akademis. Bukan hanya untuk memenuhi standar yang sama dengan orang lain.

Hana tak memungkiri, usia 16 tahun telah menjadi titik balik kehidupannya. Perjalanan hidup yang fluktuatif sudah dimulai sejak ia menduduki bangku SMA. Berada di sekolah favorit adalah alasannya. Tempat itu memaksa dirinya untuk bisa survive dengan kemampuan yang ia miliki.

"Aku kan sekolah di SMA Negeri 1 Bantul. Nah, di situ aku sadar bahwa aku tidak bisa menyaingi teman-temanku dengan jalan yang sama. Sebenarnya bisa saja, tapi aku lebih memilih untuk membantu bisnis orangtuaku. Dulu sih mikirnya ya buat bekal hidup kedepannya, eh sekarang malah ketagihan bisnis," ucapnya.

Sejak saat itu, Hana memilih untuk tidak mengikuti arus. Belajar memahami diri sendiri tanpa mengikuti gaya orang lain. Baginya, setiap orang memiliki jalan masing-masing dalam meraih mimpinya. Tidak melulu tentang belajar ilmu eksak.

"Aku kan anak IPA. Dari situ aku justru merasa bahwa aku salah jurusan, semakin hari semakin nggak paham sama pelajarannya. Makanya aku mikir kalau aku harus bisa beda dari teman-temanku," tambahnya.

Gadis pemilik kulit putih pucat itu juga mencintai dunia fotografi. Aktivitas atau hobi mengumpulkan foto hasil jepretannya mulai ia tekuni. Ia tidak peduli, meski hasil fotonya hanya mendekam di laptopnya. Menurutnya, menjadi seorang fotografi membuatnya semakin menghargai momen.

"Waktu itu, apa yang aku lakuin dianggap lucu. Ngapain ngumpulin foto banyak-banyak cuma buat pajangan di laptop. Tapi dari kegiatan itu justru aku lebih menghargai suatu peristiwa,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun