Putri Firdyana Dwicahyaningrum
Kinanti Kharisma Laily
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Abstract
Confidence is an important thing that every human being has, especially students. Self-confidence plays a role in bridging oneself to do anything freely without feeling anxious. Confidence is a feeling that comes from within humans. But often, some students still lack the confidence to speak or express opinions in front of many people. In this study, it will be reviewed how counselors or guidance and counseling teachers build students' self-confidence through classical guidance services so that students become more courageous in expressing opinions and interacting with friends. This research will be conducted with the method of literature study. The results of this study explain that classical guidance services are effective in helping students increase their feelings of self-confidence. This is also influenced by the support of the surrounding environment and the ability to be able to better understand oneself with all the strengths and weaknesses. So that when a person can understand himself, then he will be able to express something to others as a form of self-acceptance.
Keywords: self-confidence, classical guidance
Abstrak
Kepercayaan diri merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap manusia terutama peserta didik. Kepercayaan diri berperan untuk menjembatani diri melakukan apapun secara bebas tanpa rasa cemas. Kepercayaan diri adalah perasaan yang berasal dari dalam diri manusia. Tetapi seringkali, terdapat peserta didik yang masih kurang memiliki kepercayaan diri baik itu untuk sekedar berbicara ataupun mengungkapkan pendapat di depan banyak orang. Dalam penelitian ini, akan diulas bagaimana carakonselor atau guru bimbingan dan konseling dalam membangun kepercayaan diri peserta didik melalui layanan bimbingan klasikal sehingga peserta didik menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat dan berinteraksi dengan temannya. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa layanan bimbingan klasikal efektif untuk membantu peserta didik meningkatkan perasaan kepercayaan diri yang ada dalam dirinya. Hal ini juga dipengaruhi oleh dukungan lingkungan sekitar dan kemampuan untuk bisa lebih memahami diri dengan segala kekurangan dan kelebihan. Sehingga saat seseorang sudah bisa memahami diri, maka dirinya akan mampu untuk mengekspresikan sesuatu kapada orang lain sebagai bentuk penerimaan terhadap diri sendiri.Â
Kata kunci: kepercayaan diri, bimbingan klasikal
PENDAHULUAN
         Rasa percaya diri sangat penting untuk menunjang aktivitas seseorang. Kepercayaan diri yang tinggi dapat membuat seseorang dapat secara bebas dan mudah untuk bisa beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain tanpa terlalu cemas dalam memikirkan dan melakukan suatu tindakan tertentu. Kepercayaan diri adalah perasaan dan sikap yang timbul dalam diri seseorang. Menurut Hidayati & Savira (2021) kepercayaan diri merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang dalam memahami kelebihan serta kekurangan pada dirinya yang dimana hal tersebut digunakan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat berinteraksi pada orang lain baik tidak langsung ataupun langsung. Aspek kepercayaan diri meliputi sikap optimis, bertanggung jawab, tidak bertele-tele, rasional dan realistis. Keyakinan mengacu pada keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki dan dapat dirasakan ketika perilaku siswa diwujudkan.
         Tampil percaya diri memang mudah untuk diucapkan, tetapi pada kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan. Dalam menumbuhkan rasa percaya diri, hal yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah cara seseorang untuk mengenali diri sendiri dan segala kebiasaan buruk diri (Taylor, 2013). Terkadang seseorang cenderung menyembunyikan bakat yang dimiliki sehingga hal itulah yang menjadi lawan dari kepercayaan dalam diri. Seseorang yang menyembunyikan bakat mereka terkadang terhalang oleh perasaan rendah diri. Perasaan rendah diri ini yang terkadang membuat seseorang menjadi tidak mampu dalam melakukan suatu hal yang belum kita lakukan sebelumnya.
         Dilain sisi, kepercayaan diri juga dapat dibangun oleh beberapa faktor seperti aspek fisik, cita-cita, perilaku hati-hati, pengalaman hidup yang pernah dilalui seseorang, kedekatan dengan orang tua, dan teman. Banyak dari peserta didik saat ini lebih senang jika melakukan interaksi dengan teman sebayanya, apalagi jika teman itu sangat dekat dengannya. Hal ini akan semakin menambah kepercayaan diri seseorang dalam belajar, berkomunikasi, serta mengemukakan pendapat di depan banyak orang. Saat kita berada di dekat orang-orang yang dapat memubuat kita merasa senang dan nyaman, maka tingkat kepercayaan diri kita dalam mengemukakan di depan banyak orang juga meningkat. Seperti halnya di dalam kelas dengan jumlah peserta didik yang berjumlah sekitar 25-30 orang. Kita dituntut untuk bisa aktif mengemukakan pendapat.
         Maka dari itu, peran konselor atau guru bimbingan dan konseling penting dalam memberikan pelayanan yang berkaitan dengan membangun rasa percaya diri peserta didik. Pasalnya kepercayaan diri perlu dibangun sejak dini sehingga anak dapat menemukan kualitas hidup dan kebermaknaan hidup menjadi suatu individu yang utuh. Melalui layanan dasar yaitu bimbingan klasikal, guru bimbingan dan konseling dapat merumuskan strategi agar peserta didik lebih semangat dan tidak minder dalam mengeluarkan pendapat. Peserta didik juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri, bertanggung jawab, interaksi sosial, dapat menyesuaikan diri dengan baik, peduli pada orang sekitar, dan mengasah kemampuan diri.
         Kepercayaan diri yang baik juga dapat membentuk peserta didik menjadi seseorang yang tangguh dan dapat menanggulangi masalah yang yang terjadi atau akan terjadi dengan cara yang terbaik. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan dampak yang positif pada diri sendiri dan lingkungan sekitar karena merasa bahagia dan bangga dengan dirinya sehingga menular pada lingkungannya.
         Berdasarkan pendahuluan yang telah dijelaskan, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif layanan bimbingan klasikal yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk mengasah kepercayaan diri peserta didik.
METODE
         Dalam penelitian akan menggunakan metode studi kepustakaan. Dalam metode ini akan dikumpulkan berbagai informasi dari berbagai literatur sehingga dapat memunculkan teori dan persepsi baru.  Data yang diambil berasal dari kajian yang telah dipublikasikan sebelumnya. Hasil dari pengumpulan informasi tersebut akan direduksi kembali hingga akhirnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan cara kualitatif. Fokus pada penelitian ini adalah membahas bagaimana konselor melakukan layanan bimbingan klasikal guna membangun kepercayaan diri peserta didik di depan umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
         Kepercayaan diri memiliki peran penting oleh setiap manusia. Seseorang dapat tumbuh dan berkembang jika dirinya memiliki keyakinan penuh terhadap dirinya. Kepercayaan diri merupakan suatu perasaan yang timbul dari setiap hati nurani manusia. Dengan perasaan itulah seseorang dapat menjalani hidup dan mengarahkan hidup sesuai dengan keinginan dan kebahagiaannya. Tetapi terkadang terdapat hambatan yang membuat kepercayaan diri itu susah muncul, yaitu adanya perasaan minder. Perasaan minder inilah yang dapat menurunkan rasa kepercayaan diri seperti membandingkan diri dengan seseorang dan dapat menganggu perkembangan seseorang khususnya peserta didik dalam bidang belajar, sosial, dan lainnya. Ada juga hambatan yang mucul berasal dari lingkungan sosial seperti lingkungan sekolah dan teman sebaya, keluarga, hubungan dekat, dan lainnya (Taylor, 2013).
         Di samping hal itu, selain memberikan dampak yang negatif, lingkungan sosial juga memberikan dampak yang besar dalam memberikan dampak positif bagi perkembangan seseorang. Saat seseorang banyak menerima hal negatif dari lingkungan sekitar secara terus menerus, maka akan berpotensi merusak proses kepercayaan diri itu terbentuk. Sebaliknya, seseorang banyak menerima hal positif dari lingkungan sekitar, maka pengaruh itu dapat membangun proses kepercayaan diri (Perry, 2005).
         Saat seseorang membangun kepercayaan diri, maka akan dapat memberikan dampak yang besar pada lingkungan sekitar seperti rasa yakin pada diri, kesehatan, dan kebahagiaan; hubungan dekat; keluarga; pertemanan; dan hubungan sosial lainnya.  Seseorang yang telah mencapai kematangan emosional adalah orang yang telah memutuskan jalan menuju sebuah kebebasan alamiah diri (Hankin, 2005). Orang yang telah menempuh jalan menuju kebebasan adalah orang yang kompeten dan memiliki prestasi. Mereka termasuk orang yang riang dan tenang karena mereka bebas dari perasaan cemas, khawatir, minder, dan perasaan negatif lain. Maka dari itu, sudah saatnya seseorang menerima dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangan diri. Berhenti mempersalahkan diri sendiri terhadap apa yang dipandang salah bagi sebagian orang karena akan menjadi penghalang bagi seseorang untuk menjalani hidup yang sukses. Dengan seseorang berhenti mempersalahkan diri dan mengembangkan rasa menghargai diri dapat membantu seseorang dalam memaksimalkan potensi, menumbuhkan hubungan yang sehat, dan membuat orang di sekitar menganggap bahwa kita pantas untuk dihormati. Seseorang yang ingin dihormati oleh orang lain, maka harus bisa menerima diri secara utuh dan berusaha menjadi seseorang yang diinginkan (Dzikran, 2018). Berusaha untuk memahami bagaimana cara kita untuk bisa mencapai kebahagiaan pada diri sendiri sehingga membuat orang lain memperlakukan kita dengan sepantasnya dan seperti yang kita inginkan.Â
         Dalam melatih kepercayaan diri, peran sekitar terutama kedua orang tua menjadi salah satu unsur penting dan vital untuk mengarahkan dan membangun kepercayaan diri anak. Orang tua memiliki hubungan yang dekat dengan anak dan menjadi pedoman bagi anak daalam kehidupannya (Surya, 2007). Selain orang tua, konselor atau guru bimbingan dan konseling berperan penting memupuk rasa percaya diri. Tugas konselor adalah membangun rasa percaya diri peserta didik selama mereka di sekolah. Dalam mewujudkan hal tersebut, konselor memiliki suatu layanan yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam menyuarakan pendapat, menerima saran dan pendapat orang lain, melatih kemampuan dalam berkomunikasi sehingga nantinya akan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri individu atau peserta didik. Layanan yang diberikan adalah layanan dasar dalam metode bimbingan klasikal. Layanan bimbingan kelas atau klasikal ini merupakan suatu strategi layanan yang berupa diskusi kelas atau penyampaian pendapat  dan diberikan pada sejumlah peserta didik di dalam satuan kelas oleh guru bimbingan dan konseling (Fara, 2017).
         Bimbingan klasikal bukan bagian dari pembelajaran bidang studi. Layanan bimbingan klasikal dilakukan rutin dan terjadwal di kelas bersama guru bimbingan dan konseling untuk melakukan asessment kebutuhan peserta didik dan melakukan layanan bersifat preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), pemeliharaan, dan/atau pengembangan (Farozin, 2012). Metode bimbingan klasikal digunakan untuk melihat potensi peserta didik dengan tiga tahap, yaitu tahap awal, kegiatan, dan akhir (Andriati, 2015). Meskipun ada beberapa hambatan dalam proses pelaksanaan kegiatan seperti:
- Aspek internal, yang berasal dari kondisi emosional, fisik, sosial, dan makanan yang dikonsumsi, serta dari faktor luar yang berasal dari keadaan ruangan, lingkungan, sumber yang dipaparkan, dan peraga yang dicontohkan.
- Aspek eksternal, berasal dari kondisi lingkungan, ruang kelas, materi yang dipaparkan, dan alat peraga yang dicontohkan. Terkadang peserta didik merasa bosan jika mareka sudah tidak nyaman dengan suasana dan penyampaian guru yang mungkin terkadang membosankan.
         Maka dari itu, dari pernyataan di atas, guru bimbingan dan konseling dapat melakukan terobosan dan menciptakan suasana yang lebih aktif dalam kelas secara kreatif dan inovatif. Dalam membangun kepercayaan dalam kelas, guru bimbingan dan konseling dapat melakukan beberapa hal seperti membagi kelas menjadi beberapa kelompok, diskusi, pre test, post test, membahas materi ataupun tugas yang telah didiberikan sebelumnya, dan kegiatan lain. Tingkat kepercayaan diri peserta didik akan mengalami perubahan dan perkembangan saat setelah melakukan bimbingan klasikal. Dalam mencapai perkembangan diri, peserta didik secara mandiri memilih penyelesaian akhir yang ingin dicapai melalui strategi yang relevan. Sebagai seorang pendidik, tugas utama adalah mengarahkan dan membimbing peserta didik yang memiliki keseragaman penyelesaian akhir yang berbeda antara satu dengan yang lain. Saat peserta didik telah memutuskan sesuatu sebagai strategi dalam mencapai penyelesaian akhir yang ingin dicapai, maka secara tidak langsung mereka juga turut aktif dalam melakukan kegiatan yang ingin dilaksanakan dan bertanggung jawab penuh atas pilihannya. Saat peserta didik berpikir bahwa materi dan keterampilan yang dibahas adalah bagian penting untuk mencapai tujuan, maka hal tersebutlah yang dapat membangkitkan rasa kepercayaan diri, kreatif dalam pembelajaran dan partisipatif (Blegur, 2020).Â
         Dalam melakukan bimbingan klasikal, ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan bimbingan bimbingan klasikal menurut Zulkarnain & Uzlifah (2020). Beberapa tahapan tersebut dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling dengan menyeluruh sebagai berikut:
- Tahap perencanaan kegiatan, guru bimbingan dan konseling menyusun RPL sebagai pedoman dalam melakukan layanan di kelas. Penyusunan RPL didasarkan pada kebutuhan dari peserta didik yang sebelumnya telah dilakukan asesmen. Asesmen dapat digunakan untuk memahami kebutuhan dan permasalahan peserta didik. Teknik yang digunakan seperti DCM, AUM, sosiometri, inventarisasi tugas-tugas perkembangan, wawancara, observasi, angket, dan lainnya (Lesmana, 2021). Dalam menyusun RPL, guru bimbingan dan konseling mengambil materi atau teori dari literatur sesuai dengan pedoman bimbingan dan konseling yang jelas.
- Pengorganisasian, saat RPL sudah disusun, langkah selanjutnya adalah penyiapan materi dan bahan yang akan dipaparkan di kelas. Materi yang akan disampaikan memanfaatkan sarana dan prasarana yang mendukung dalam kelas seperti LCD, WiFi, papan tulis. Pelaksanaan bimbingan klasikal juga bisa memanfaatkan teknologi untuk membuat poster, video kreatif daan edukatif, dan lainnya.
- Pelaksanaan, setelah semua telah dipersiapkan, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan RPL yang telah disusun terhadap subjek sasaran yaitu peserta didik. Dalam memberikan materi, guru bimbingan dan konseling menggunakan metode yang bervariasi sesuai kebutuhan. Contoh metode yang dapat diterapkan yaitu ceramah, diskusi, pembagian kelompok diskusi, modeling, sharing of experience, dan lainnya. Dalam menggunakan metode yang menyenangkan dan menarik juga perlu memperhatikan kenyamanan peserta didik dan penguasaan guru bimbingan dan konseling dalam menerapkan metode tersebut (Badaruddin, 2015). Metode yang menarik akan bisa membuat peserta didik merasa terkesan dan semangat dalam menerima materi sehingga dapat ikut aktif dalam kelas untuk membangun kepercayaan diri.
- Monitoring dan penilaian, tahap ini adalah tahap dimana dilakukan penilaian terhadap hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan. Penilaian dilihat dari kesesuaian proses kegiatan terhadap RPL yang telah disusun. Melihat bagaimana perkembangan peserta didik setelah mengikuti kegiatan bimbingan klasikal. Proses penilaian dan penilaian hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dimonitor langsung oleh guru bimibingan dan konseling.
- Tindak lanjut, setelah dilakukan monitoring dan penilaian, maka kegiatan selanjutnya adalah pelaporan hasil pelaksanaan program. Bagaimana program layanan berjalan sesuai dengan RPL dan akan dianalisis serta ditindaklanjuti apakah program layanan perlu melakukan perbaikan atau bahkan perubahan guna memantapkan atau penyesuaian kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Saat layanan belum berhasil untuk mengubah peserta didik, maka konselor perlu merancang inovasi baru. Guru bimbingan dan konseling perlu selalu berinovasi saat memilih metode baru dalam kegiatan serta menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, dapat diartikan bahwa materi yang disampaikan bukan tergantung pada guru dan kurikulum tetapi pada peserta didik (Anwar, 2018). Bagaimana mereka memahami materi dam dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Saat peserta didik ditemukan memiliki masalah khusus, maka akan dilakukan layanan di luar dari layanan bimbingan klasikal yaitu dengan melakukan bimbingan individu atau bahkan konseling individu dengan peserta didik yang bersangkutan. Dari kegiatan layanan ini juga dapat dijadikan dasar dalam melakukan bimbingan kelompok atau konseling kelompok jika ada yang mengalami permasalahan serupa.
         Proses kegiatan layanan bimbingan klasikal tersebut perlu dilakukan secara berkala, apalagi terkait tahap awal untuk mengasesmen kebutuhan dari peserta didik. Permasalahan peserta didik mengalami perbedaan antara satu dengan yang lainnya dan angkatan satu dengan angkatan lainnya. Dalam memperoleh hasil yang maksimal, asesmen perlu dilakukan secara berkala dan tidak boleh ditinggalkan agar dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik dengan sepenuhnya dan tidak terjadi lagi salah sasaran, karena tak jarang ada peserta didik yang menganggap bahwa program yang diberikan itu tidak penting (Hanggara et al., 2018).
KESIMPULAN
         Kepercayaan diri merupakan hal yang penting demi menunjang aktivitas seseorang, baik dalam hal beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang lain secara bebas tanpa rasa cemas. Kepercayaan diri munculnya dari dalam hati nurani manusia. Maka dari itu, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah berusaha paham tentang diri sendiri dengan kekurangan dan kelebihan sehingga dapat memaksimalkan potensi, menumbuhkan hubungan yang sehat, dan membuat orang di sekitar menganggap bahwa kita pantas untuk dihormati. Selain itu, lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap pengembangan kepercayaan diri seseorang. Saat seseorang banyak menerima hal negatif dari lingkungan sekitar secara terus menerus, maka akan dapat merusak proses kepercayaan diri terbentuk. Sebaliknya, jika seseorang banyak menerima hal positif dari lingkungan sekitar, maka pengaruh itu dapat membangun proses kepercayaan diri.
         Saat di sekolah, kepercayaan diri peserta didik dapat dibangun melalui bimbingan klasikal atau kelas. Bimbingan klasikal merupakan suatu strategi layanan yang berupa diskusi kelas atau penyampaian pendapat  dan diberikan pada sejumlah peserta didik di kelas oleh guru bimbingan dan konseling. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti diskusi, pre test, post test, membagi kelas menjadi beberapa kelompok, membahas materi ataupun tugas yang telah didiberikan sebelumnya, dan kegiatan lain. Layanan ini bersifat preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), pemeliharaan, dan/atau pengembangan. Layanan bimbingan klasikal ini terdapat 5  (lima) tahapan yaitu, perencanaan kegiatan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, monitoring dan penilaian, serta tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Taylor, R. (2013). Kiat-kiat PEDE untuk meningkatkan rasa Percaya Diri. Gramedia Pustaka Utama.
Perry, M. (2005). Confidence Boosters. ESENSI.
Hankin, S. (2005). Pede abis!: strategi untuk meningkatkan rasa percaya diri. Gramedia Pustaka Utama.
Dzikran, A. (2018). Jadilah Diri Sendiri: Panduan Membangun Pribadi Berkarakter Dan Percaya Diri. Pustaka Alvabet.
Surya, H. (2007). Percaya diri itu penting. Elex Media Komputindo.
Fara, E. L. (2017). Bimbingan Klasikal yang Aktif dan Menyenangkan dalam Layanan & Â Bimbingan Konseling. Rasibook.
Blegur, J. (2020). Soft Skills untuk Prestasi Belajar: Disiplin Percaya diri Konsep diri akademik Penetapan tujuan Tanggung jawab Komitmen Kontrol diri. Scopindo Media Pustaka.
Lesmana, G. (2021). Penyusunan Perangkat Pelayanan Bimbingan Dan Konseling. Prenada Media.
Badaruddin, A. (2015). Peningkatan motivasi belajar siswa melalui konseling klasikal. CV Abe Kreatifindo.
Anwar, M. (2018). Menjadi guru profesional. Prenada Media.
Savira, S. I. Hubungan Antara Konsep Diri dan Kepercayaan Diri Dengan Intensitas Penggunaan Media Sosial Sebagai Moderator Pada Mahasiswa Psikologi  Universitas Negeri Surabaya.
Farozin, M. (2012). Pengembangan model bimbingan klasikal untuk meningkatan motivasi belajar siswa SMP. Jurnal Cakrawala Pendidikan, (1).
Andriati, N. (2015). Pengembangan model bimbingan klasikal dengan teknik role playing untuk meningkatkan kepercayaan diri. Jurnal Bimbingan Konseling, 4(1).
Zulkarnain, A., & Uzlifah, T. (2020). Bimbingan Klasikal Dalam Membangun Kepercayaan Diri Siswa Kelas X IBB MAN 3 Bantul Yogyakarta. Suluh: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 6(1), 8-15.
Hanggara, G. S., Andrianie, S., & Ariyanto, R. D. (2018). Penggunaan Aplikasi Analisis Kebutuhan Berbasis SMS untuk Optimalisasi Layanan BK dalam Memfasilitasi Perkembangan Siswa Seutuhnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI