Mohon tunggu...
Ni Ketut Alit Ariana Utami
Ni Ketut Alit Ariana Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang mencari hobi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pendekatan Problem Solving Sebagai Implementasi Filsafat Pragmatisme Dalam Pembelajaran Sejarah

18 Desember 2024   17:15 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:13 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filosofi Pragmatisme yang dipelopori oleh tokoh seperti John Dewey, menekankan betapa pentingnya pembelajaran praktis, pemecahan masalah, dan pengalaman nyata. Dalam konteks pendidikan, filsafat ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif, dan mereka belajar melalui pengalaman mereka sendiri dan interaksi dengan dunia sekitar mereka. Di dalam jenjang-jenjang pendidikan tersebut, terkadang terdapat materi yang tidak diminati atau tidak disukai oleh siswa (Sarah, 2018). Sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang paling sering dihindari siswa. Kesan sejarah yang melelahkan dan membosankan adalah masalah yang umum dalam pembelajaran sejarah modern. Salah satu cara untuk menerapkan pragmatisme dalam pembelajaran sejarah adalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau sering disebut dengan problem solving. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengaitkan peristiwa sejarah dengan masalah saat ini, yang meningkatkan pemahaman mereka mengenai relevansi pembelajaran sejarah. Dalam tujuan pembelajaran sejarah diantaranya meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, yang dimana hal ini sejalan dengan pendekatan problem solving yang mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah secara individu atau kelompok. 

Pendekatan problem solving adalah pendekatan yang dimana siswa dihadapkan dengan pada berbagai situasi masalah dan siswa diharuskan untuk mencari solusi masalah sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Dalam pendekatan ini, guru hanya bertanggung jawab untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah. Pendekatan ini dalam konteks sejarah melibatkan siswa dalam proses mengeksplorasi dan menganalisis secara kritis masalah sejarah secara kompleks (Naufal, 2019). Pendekatan problem solving dalam pembelajaran sejarah terdiri dari beberapa prosedur, antara lain:

1. Identifikasi Masalah

Masalah atau isu historis yang relevan untuk dianalisis oleh siswa harus dipilih dan dirumuskan oleh guru. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan yang mendalam dan menantang siswa untuk berpikir kritis dan mengaitkannya dengan konteks sosial, politik, atau budaya yang lebih luas. 

2. Mengumpulkan Informasi

Siswa diberikan kesempatan untuk mencari data dan informasi dari berbagai sumber primer dan sekunder, seperti dokumen sejarah, artefak, buku, peta, buku referensi, dan sumber digital. Aktivitas ini membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan literasi informasi mereka, termasuk kemampuan untuk menilai validitas dan relevansi sumber yang mereka gunakan. 

3. Analisis dan Interpretasi

Setelah mendapatkan informasi, siswa menganalisis data untuk menemukan pola, hubungan sebab-akibat, dan pendapat yang berbeda. pada tahap ini, siswa didorong untuk menilai validitas dan keandalan informasi yang mereka temukan. Guru bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa dalam memahami konteks dan kompleksitas permasalahan historis. 

4. Kolaborasi

Pada tahap ini, siswa bekerja secara berkelompok untuk membahas mengenai temuan mereka. Hal ini meliputi berbagai ide, membuat argumen, dan menilai perspektif orang lain dalam kelompok. Siswa memperoleh kemampuan untuk berkomunikasi, mendengarkan, dan menghargai perspektif yang berbeda melalui kolaborasi ini. 

5. Perumusan Solusi atau Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi dan analisis data, siswa diminta untuk menemukan solusi atau kesimpulan terkait masalah historis yang telah ditentukan. Solusi ini dapat berupa pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut atau saran untuk mengatasi situasi yang serupa di masa depan. Guru harus memastikan bahwa kesimpulan yang dibuat didasarkan pada bukti dan pemikiran yang logis. 

Dalam pembelajaran sejarah, pendekatan problem solving menawarkan cara yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai sejarah serta keterampilan kritis, analitis, dan reflektif. Pendekatan ini juga mendorong siswa untuk berkolaborasi, berbicara, dan berbagi informasi. Pada akhirnya, hal ini dapat menghasilkan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna dan menarik bagi siswa. Guru tidak hanya memberikan informasi kepada siswa, tetapi juga membantu mereka dalam melakukan penelitian, mengajukan pertanyaan, dan mengevaluasi hasil penelitian mereka. 

Manfaat yang diperoleh dari implementasi pendekatan problem solving yakni siswa dilatih untuk mengevaluasi sumber, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan membuat analisis yang logis dan sistematis. Proses ini membantu mereka belajar berpikir kritis, yang dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pendekatan problem solving, diskusi kelompok seringkali menjadi metode utama. Hal ini memungkinkan siswa untuk saling berdiskusi, berbagi pendapat, dan belajar dari perspektif rekan-rekan mereka untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan kerja sama mereka. Pendekatan problem solving mengubah pembelajaran menjadi proses aktif di mana siswa berperan  sebagai peneliti, pengamat, dan penjawab pertanyaan. Proses belajar dapat menjadi dinamis, menarik, dan menantang karena siswa tidak hanya menjadi pendengar pasif (Sukirman, 2018). Menggunakan berbagai sumber sejarah membuat siswa terbiasa mengevaluasi validitas sumber, membandingkan informasi dari berbagai sudut pandang, dan memahami konteks sejarah dari berbagai media. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami informasi penting di era modern. 

Filsafat Pragmatisme mengajarkan siswa bagaimana sejarah mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan masa depan dengan menggunakan pengetahuan sebagai alat untuk memecahkan masalah praktis. Implementasi filsafat pragmatisme dalam pembelajaran sejarah melalui pendekatan problem solving memberikan kontribusi positif dalam menciptakan pengalaman belajar yang aktif, kritis, dan kontekstual, mendorong siswa untuk tidak hanya memahami fakta sejarah, tetapi juga untuk mengevaluasi sumber, membuat analisis, dan menemukan solusi untuk masalah yang kompleks dengan berpikir kritis dan analisis. 

Daftar Pustaka

Ridlo, A. N. 2019. METODE PEMBElAJARAN PROGRESIF DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH. 

Sarah, S. (2018). Pandangan Filsafat Pragmatis John Dewey Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Fisika. 73 

Sukirman. (2018). Strategi Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif. Jakarta: Gramedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun