Mohon tunggu...
Mochammad Afisena
Mochammad Afisena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Sistem Keluarga

30 Juli 2024   21:36 Diperbarui: 30 Juli 2024   21:54 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori sistem keluarga, yang dikembangkan oleh ahli seperti Bowen pada sekitar tahun 1970-an, bertumpu pada kemampuan individu untuk memisahkan fungsi intelektual dan emosional mereka. Konsep ini diterapkan dalam konteks keluarga untuk memahami bagaimana reaksi individu dapat memengaruhi dan diproyeksikan ke anggota keluarga lainnya. Berikut terdapat 8 konsep dalam teori sistem keluarga Bowen: 

1) Differentiation of Self (Perbedaan Diri)

Tingkat diferensiasi merujuk pada sejauh mana seseorang dapat berpikir dan bertindak untuk diri sendiri saat berurusan dengan masalah yang penuh emosi. Ketidakmampuan anggota keluarga untuk mandiri dan terus-menerus bergantung pada anggota lainnya menciptakan situasi yang tidak menguntungkan. Pada akhirnya, kematangan dan dorongan untuk mencapai potensi penuh diri ini yang membantu anggota tersebut mencapai perkembangan individu yang lebih baik. Seperti contoh dalam satu keluarga terdapat 2 anak perempuan yakni A dan B. A mempunyai pikiran sendiri dan lebih jelas tentang apa yang akan dilakukan dan tidak akan dilakukan. Sedangkan B, dia tidak bisa mengekspresikan dirinya secara benar sehingga dapat menyebabkan masalah dalam hubungan keluarga.

2) Triangulation (Triangulasi) 

Kondisi emosi dua anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh reaksi anggota lain (pihak ketiga anggota keluarga) dalam menanggapi permasalahan. Kondisi ini dapat memiliki hasil yang negatif atau positif tergantung pada bagaimana anggotanya mengelola kecemasan dan reaktivitas. Bowen mengasumsikan bahwa jika salah satu anggota segitiga tetap tenang dan dalam kontak emosional dengan dua lainnya, sistem tersebut secara otomatis menjadi tenang dan sebaliknya. Seperti contoh 2 saudara kandung yang sedang bertengkar. Maka orang tua sebagai orang ketiga seharusnya menjadi penengah diantara pertengkaran mereka. Namun akan memperparah situasi jika orang tua tidak dapat netral atau tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik saat menyelesaikan masalah tersebut. 

3) Nuclear Family Emotional Process ( Sistem Emosional Keluarga Inti)

Setiap keluarga inti memiliki beragam strategi untuk mengurangi ketegangan dan menjaga stabilitas emosi. Tingkat keseragaman rasa cemas dan potensi ketidakstabilan pada setiap anggota keluarga akan semakin tinggi jika konflik yang mendominasi keluarga semakin kuat. Seperti contoh adik dan kakak bertengkar maka salah satu dari keduanya semisal kakak harus mengelola emosinya dan mencari cara agar ketegangan mereda dan konflik dapat teratasi. 

4) Family Projection Process (Proses Proyeksi Keluarga) 

Emosi atau sifat akan mewarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui proses turun-temurun. Orangtua akan mengalihkan emosi kepada anak mereka, yang kemudian akan eskipun pada pandangan awal pemutusan emosi mungkin tampak sebagai solusi untuk mengatasi masalah, sebenarnya bisa menyebabmeneruskannya kepada keturunan selanjutnya. Proses proyeksi terjadi dalam hubungan triangulasi antara ayah, ibu, dan anak.

5) Emotional Cutoff 

Pemutusan emosi adalah tindakan mengambil jarak dari keluarga untuk menghentikan ikatan emosional. Mkan timbulnya masalah baru. Seperti contoh ketika anak-anak mendapat terlalu banyak tekanan dalam keluarga, maka mungkin anak tersebut akan menjauh dengan melarikan diri dengan cara yang bermacam-macam. Anak mencari hubungan lain sebagai pengganti hubungan yang terputus. 

6) Multigenerational Transmission Process (Transmisi Multigenerasi) 

Kecemasan dapat diturunkan melalui proses transmisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan transmisi ini dapat mengakibatkan disfungsi dalam keluarga. Seperti contoh ada seorang kakek yang rentan terhadap ledakan emosi dan depresi. Hal ini dapat mempengaruhi nenek dan ayah. Setelah itu pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan psikologis anak cucu. 

7) Sibling Position

 Bowen percaya bahwa bagaimana perilaku saudara tertua terhadap saudara yang termuda memiliki dampak pada bagaimana nanti mereka saat menjadi orang tua. Keberhasilan dalam pernikahan dapat dicapai dengan cara menggabungkan pasangan yang memiliki urutan kelahiran yang berbeda. Dengan mengasumsikan bahwa anak pertama cenderung memiliki kemampuan untuk mengambil tanggung jawab, maka idealnya mereka bisa menikah dengan orang yang merupakan anak bungsu. 

8) Societal Regression (Regresi Masyarakat) 

Stressor lingkungan seperti kelebihan penduduk, kelangkaan sumber daya alam, epidemi, tekanan ekonomi, dan kurangnya keterampilan untuk hidup dalam dunia yang beragam adalah semua faktor stres potensial yang berkontribusi pada regresi dalam masyarakat. Beberapa kondisi ini yang menentukan keluarga dapat mengatasi hal tersebut atau malah menjadikannya sebagai inti konflik atau ketegangan dalam keluarga.

Karakteristik Keluarga Sehat Dalam Teori Sistem Kualitas 

keluarga jika ditinjau dari teori sistem ditentukan oleh relasi atau kombinasi dua pihak. Dengan kata lain, keluarga yang sehat merupakan keluarga yang memiliki relasi baik antar anggotanya. Dalam teori sistem, keluarga yang sehat juga dikenali dengan karakteristik yang berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam beradaptasi untuk mencapai tujuan mereka. Karakteristik untuk beradaptasi meraih tujuan yaitu : 

1) Kelekatan, yaitu hal yang mengindikasikan perasaan dekat secara emosi dan adanya waktu untuk bersama. 

2) Fleksibilitas, yaitu hal yang menggambarkan adanya perasaan untuk mampu menyesuaikan terhadap kondisi baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak. 

3) Stabilitas, yaitu pemanfaatan waktu untuk aktivitas sehari-hari dan adanya perayaan di waktu tertentu. Jika hal-hal tersebut dimiliki oleh sebuah keluarga, maka keluarga tersebut akan dapat berinteraksi dengan baik sehingga saat-saat kebersamaan dapat terpelihara dengan baik dan akan terbentuk sebuah keluarga yang harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun