Akuakultur atau yang biasa di kenal dengan budidaya perikanan merupakan cara pemeliharaan organisme akuatik dibawah lingkungan yang terkendali. Organisme akuatik disini, sesuai dengan definisi ikan menurut undang-undang No. 45 Tahun 2009, yakni bukan hanya ikan (pisces) saja, tetapi mollusca, crustacea dsb.Â
Budidaya perikanan semakin hari semakin bertambah intensif, sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi. Beragam inovasi terus dikembangkan pemerintah Indonesia untuk mengangkat sektor perikanan budidaya sejajar dengan sektor yang sama di level internasional. Disebutkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto, salah satu inovasi teknologi yang berhasil dikembangkan dalam budidaya perikanan di Indonesia adalah penerapan Recirculating Aquaculture System (RAS). Dimana RAS sebelumnya telah banyak di terapkan dibeberapa negara maju, seperti Amerika, Israel, Singapura, dan German.
Apa sih RAS itu?
Sistem akuakultur resirkulasi adalah sebuah sistem sirkulasi air tambak dengan menggunakan kembali air budidaya yang telah di gunakan sebelumnya dan mengalami penurunan kualitas, tentunya setelah mengalami proses filtrasi. Untuk menggantikan budidaya ekstensif, budidaya resirkulasi ini sangat tepat dan sesuai bahkan untuk daerah yang memiliki debit air kecil serta lahan sempit. Sistem ini di bagi menjadi 2 macam, yaitu resirkulasi tertutup dimana air akan di daur ulang 100 % oleh sistem serta sistem resirkulasi semi tertutup yaitu ketika hanya sebagian air buangan yang di daur ulang, sehingga masih membutuhkan penambahan air dari luar.
Lalu apa saja peralatan penting yang harus di miliki jika ingin menerapkan RAS?
Peralatan yang digunakan dalam teknologi RAS, yang terpenting adalah tangki dan pompa. Biasanya tangki yang digunakan berbahan plastik, fiberglass, semen polytank dan sebagainya. Untuk informasi tambahan, di anjurkan untuk mengecat bagian dalam tangki dengan warna gelap/kelabu, sehingga tidak menyebabkan stres pada ikan. Â
Pada teknologi RAS, di dalamnya berisi perangkat utama seperti:
- Unit budidaya (tangki kultur) yang akan menjadi tempat pembudidayaan ikan.
- Unit penyaring partikulat sebagai tempat untuk menyaring padatan terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau pun mengonsumsi supply.
- Unit biofiltration yang merupakan bagian utama dalam sistem resirkulasi dan sebagai tempat dimana proses nitrifikasi berlangsung.
- Pompa resirkulasi yaitu pompa untuk mengarahkan, menaikkan dan mengalirkan air, yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
- Aerator sebagai sistem aerasi atau pemasok oksigen ke dalam kolam air.
- Sistem sterilisasi air yang berfungsi  untuk membunuh mikroorganisme patogen, parasit dan bakteri, denga  penggunaan gas ozon dan ultaviolet (UV).
Setelah tau peralatan apa saja yang di butuhkan, yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana sih sistem akuakultur resirkulasi bekerja?
- Sistem ini dimulai saat air dari tangki kultur yang mengandung banyak kotoran akibat hasil dari metabolisme serta pakan ikan di alirkan secara gravitasi menuju bak filter melalui pipa yang terhubung. Di dalam bak filter ini, terjadi proses terpenting dari sistem akuakultur resirkulasi yaitu proses biofilter. Bak filter terdiri dari beberapa macam penyaringan seperti penyaringan mekanis, biologi, kimia serta bak sterilisasi.
- Pada filter mekanis bagian atas menggunakan spon untuk menyaring kotoran yang berukuran besar, seperti kotoran ikan. Pada bagian bawah menggunakan cangkang kerang air tawar, sebagai alternatif dapat juga digunakan arang atau kerikil ukuran besar sehingga air menjadi jernih.
- Setelahnya air mengalir melewati filter biologi, dimana pada bagian pertama memanfaatkan cangkang kerang sedangkan pada bagian kedua menggunakan kerikil lebih kecil atau ijuk untuk memperluas permukaan yang memungkinakan tempat penempelan bakteri nitrifikasi. Dalam filter ini, limbah dari pencernaan ikan yang menjadi amonia akan menjadi makanan bagi bakteri nitrifikasi yaitu Nitrisomonas, sehingga menghasilkan nitrit. Selanjutnya nitrit akan dilahap oleh bakteri Nitrobacter untuk dikonversi menjadi nitrat. Hal tersebut dapat menetralkan kandungan amonia yang larut dalam air.
- Tahapan akhir, air terus dialirkan menuju bak sterilisasi. Di dalam bak sterilisasi dilakukan penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV) untuk mematikan parasit atau bakteri yang terdapat dalam air sehingga tidak membahayakan ikan yang dibudidayakan. Setelah itu, air dipompa dan didistribusikan kembali kedalam wadah budidaya (tangki kultur).
Bagaimana cara pembudidayaan dengan sistem RAS ?
- Memahami mekanisme kerja sistem RAS di atas.
- Menyiapkan alat dan bahan.
- Bak filter di lubangi dengan. menggunakan alat tertentu tergantung dari bahan bak filter tersebut yang nantinya bisa membantu merekatkan pipa pada lubang.
- Pipa dipasang untuk menghubungkan tangki kultur dengan bak filter sesuai dengan urutan sehingga nanti air akan mengalir berurutan sesuai jalur, dari tangki kultur menuju bak filter fisika, biologi hingga kimia dan berakhir di bak sterilisasi dengan penggunaan UV. Ukuran pipa di sesuaikan saja dengan kebutuhan.
- Bak filter diisi dengan material yang sesuai konsep.
- Lakukan percobaan pengisian air agar mengetahui apakah bak filter ataupun pipa mengalami kebocoran atau tidak serta memastikan filter dapat bekerja secara stabil dan maksimal. Percobaan dilakukan tanpa adanya ikan di tangki kultur.
- Setelah dirasa tidak ada masalah, maka budidaya dengan sistem RAS ini bisa di terapkan, tentunya dengan tetap di kontrol secara berkala.
Contoh budidaya dengan menerapkan sistem RAS
Teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi sudah dikembangkan selama 20 - 30 tahun di Norwegia dengan membudidayakan beberapa jenis ikan seperti salmon (Salmo salar), sidat (Anguilla anguilla), nila (Oreochromis niloticus), lobster (Homarus gammarus), dsb.
Sementara itu, di Indonesia, teknologi RAS sudah berhasil dijalankan oleh beberapa daerah, salah satunya yaitu UPT Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Sulawesi Utara. Ikan yang di budidayakan yaitu ikan nila ukuran 2 - 3 cm dengan padat tebar 5.000 ekor/m3. Biaya investasi awal senilai kurang lebih Rp 80 juta dengan biaya penyusutan mencapai 13,3 juta pertahun dan biaya operasional berkisar 1,5 juta per bulan, maka setidaknya akan di raup pendapatan kotor hingga 100 juta/tahun atau lebih dari 8 juta/ bulan.
Hal tersebut membuktikan bahwa budidaya dengan penerapan RAS, produktivitas bisa digenjot hingga 100 kali lipat dibanding dengan sistem konvensional yang padat tebarnya hanya mencapai mencapai 50 ekor/m2.
Selain ikan nila, Indonesia juga sudah berhasil membudidayakan ikan lele, lobster pasir Panulirus homarus, dsb.
Kelebihan dan kekurangan RAS apa aja nih?
Setelah membaca banyak informasi di atas, maka banyak sekali alasan yang melatarbelakangi penerapan Recirculating Aquaculture System diantaranya yaitu :
- Dapat mengatasi permasalahan keterbatasan air karena pergantian air akan jauh lebih hemat sebab terus menerus di daur ulang.
- Dapat mengatasi permasalahan lahan, karena hanya membutuhkan sedikit lahan.
- Mampu menghasilkan produktivitas yang jauh lebih tinggi daripada budidaya secara konvensional.
- Kualitas air lebih terjaga.
- Lebih mudah dalam mengendalikan dan memelihara.
- Ramah lingkungan.
- Dapat  dilaksanakan sepanjang waktu.
Sedangkan kekurangan dari sistem ini yaitu lebih mahal dibandingkan budidaya konvensional, karena mengeluarkan biaya listrik, oksigen dan pembelian pompa.
Maka dari itu, dengan berkembangnya teknologi budidaya perikanan di berbagai negara, negara Indonesia juga perlu melakukan banyak inovasi untuk mengembangkan teknologi tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi sistem akuakultur resirkulasi di berbagai daerah, mengingat hingga kini masih sedikit pembudidaya yang telah menerapkan sistem tersebut padahal RAS sangat mendukung peningkatan produksi dan perbaikan teknologi akuakultur baik untuk pasaran lokal, regional, maupun internasional nantinya.
Referensi:Â [1]Â [2]Â [3]Â [4]Â [5]Â [6]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H