Mohon tunggu...
Taufik Hidayat
Taufik Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - https://ngalirspace.wordpress.com/
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hanya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Menghirup Wangi Harum" Serat Wulangreh Karya Pakubuwana IV

1 Januari 2022   07:46 Diperbarui: 1 Januari 2022   07:51 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bait tersebut, dijelaskan tentang ajaran untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT., seperti yang tertera pada baris pertama yang berbunyi 'Wong ing dunya wajib manuta ing Gusti'. Bait tersebut juga menyebutkan, bahwa manusia harus eling dan ngrumangsani dirinya adalah makhluk yang lemah. Dengan pemberian-Nya, maka wajib bersyukur dan mensyukuri semua yang ada, termasuk pangkat atau kedudukan. Pada baris keempat disebutkan 'aja dupeh wus awirya' 'jangan membanggakan kedudukan yang tinggi'. 

Wirya dalam Sastra Djawa berarti kuasa, luhur, atau mulia. Pada bait ini, bisa diartikan sebagai kedudukan yang tinggi (kuasa). Ajaran yang terdapat dalam tembang disini berupa perintah untuk selalu eling kepada Tuhan, atau jangan lupa kepada Tuhan, karena kedudukan atau pangkat. Pernyataan tersebut mempertegas, bahwa manusia harus selalu ingat kepada Tuhan atas hal-hal yang diperolehnya, karena semua itu merupakan pemberian-Nya.

Serat Wulangreh merupakan salah satu serat-serat piwulang yang popular khususnya di kalangan masyarakat tanah Jawa. Serat ini tak kalah masyhurnya dengan Serat Wedhatama. Banyak digubah menjadi tembang atau bentuk lain yang sangat apik dan menarik, sehingga harapannya dapat dipelajari oleh khalayak. 

Namun seperti Serat Wedhatama, zaman sekarang juga mulai banyak yang tidak mengerti kandungannya. Hal itu salah satunya disebabkan minat terhadap basa Jawa klasik kian menurun. Namun, ikhtiyar masih tetap dilakukan oleh para cendekiawan kita, sehingga nilai-nilainya masih bisa diambil dan isinya juga relevan dengan sikon zaman kiwari. 

Tinggal kita yang mau atau tidak untuk memahaminya dan memaknainya. Karena sebetulnya, problem adab, ilmu, dan pemimpin yang saat ini sedang dihadapi, bisa juga kita temukan solusinya dari karya-karya para ulama kita zaman dahulu, salah satunya Serat Wulangreh karya Pakubuwana IV ini. Wallahu a'lam bish showab.

[1] Bremara Sekar Wangsa, Edy Tri Sulistyo, Suyanto. 2019. "Makna Budi Pekerti Remaja pada Serat Wulangreh Karya Pakubuwono IV: Pupuh Macapat Durma". Jurnal Mudra Vol. 34 No. 3.

[2] Abdullah Ciptoprawiro. 1986. "Filsafat Jawa". Jakarta: Balai Pustaka.

[3] Vivi Rahma Oktavilani. 2018. "Etika Bernegara dalam Serat Wulangreh Karya Paku Buwana IV". Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.

[4] Ulis Sa'adah. 2010. "Konsep Menuntut Ilmu dalam Serat Wulangreh Pupuh Dhandhanggula Karya Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV (Perspektif Pendidikan Islam)". Semarang: IAIN Walisongo.

[5] Bambang Khusen al-Marie. 2017. "Wulangreh: Piwulang Tentang Laku & Solah Muna-Muni SISKS Pakubuwana IV". Mirenglor: Kajian Sastra Klasik. Hal. 114.

[6] Izzuddin Rijal Fahmi. 2017. "Pendidikan Moral-Sufistik dalam Serat Wulangreh Karya Susuhunan Paku Buwono IV". Ponorogo: Skripsi IAIN Ponorogo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun