Jika dilihat secara seksama dapat ditemukan bahwa untuk terus tampil dengan kondisi perubahan yang ekstrim dalam lingkungan bisnis perlu beradaptasi dengan perubahan tersebut.Â
Perubahan tersebut dapat dinilai untuk memberikan aspek yang segar dalam perusahaan. Sehingga, berkawan dengan perubahan akan melahirkan inovasi-inovasi yang baru untuk perusahaan dan berdampak baik untuk menjadikan perusahaan terus tumbuh.
Keefektivitasan pemimpin dalam mempertahankan nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah organisasi dapat berjalan dengan performa lebih baik jika mereka memfokuskan komunikasi dalam percakapan bisnis dibandingkan dengan menyajikan sebuah perintah secara menyeluruh.Â
Komunikasi dari kedua belah pihak sangat diperlukan bagi perusahaan. Dalam artikel Harvard Business Review menyatakan bahwa seorang pemimpin harus berpikir kritis untuk bisa memperdulikan karyawannya.
Dalam berpikir kritis pun dapat dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana seperti
 "apakah hal ini adil bagi mereka?"
Pertanyaan-pertanyaan sederhana akan membantu pemimpin untuk menunjukan sisi kepeduliannya terhadap karyawan. Sebuah perusahaan akan jaya apabila karyawannya pun jaya, begitu pula sebaliknya.Â
Selain hal itu berikan karyawan untuk dapat mengemukakan pendapatnya untuk perusahaan. Karena karyawan memahami kendala perusahaan dengan tepat sebagai aspek mekanisme untuk mengelola risiko.
Pemimpin memang memiliki hak penuh untuk mengendalikan jalannya perusahaan. Namun, karyawan merupakan sebuah aset yang penting untuk perusahaan dapat terus eksis, dan tercipta hubungan antara pemimpin dengan bawahan yang seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H